Thursday, April 21, 2005

Kartini-an, Ngrayain Apa Sih?


Huehuehuehue... kesannya aku jadi feminist gini, ngebahas hal2 yang berhubungan dengan wanita dalam posting yang berturutan. Ndak papa deh, mumpung momennya tepat. Bulan April kan memang identik dengan kegiatan2 yang mengangkat tema tentang kaum wanita. Ada hari Kartini gitu loh :D

Kartini-an adalah Pake Kebaya

Jaman masih sekolah SD sampe SMA dulu, yang namanya peringatan Hari Kartini setiap 21 April itu ya hari dimana semua murid cewek disuruh pake kebaya dan konde. Bisa dibayangkan, cewek abg jaman sekarang yang terbiasa dengan pakaian yang memberikan keleluasaan untuk bergerak, harus memakai kebaya yang sangat membatasi gerakan. Kesrimpet2 itu adalah suatu keniscayaan :D

Sebagian memang tampak anggun dan tambah manis dengan kebaya dan kondenya. Tapi sebagian lagi tampil norak ala tante2. Sebagian yang lain jadinya malah kayak mbok2 jamu. Dan yang super tomboy, nggak nolong juga meski pake pakaian ala putri solo itu :D

Selain idetik dengan kebaya, perayaan hari kartini juga identik dengan lomba2 yang bersifat kewanitaan. Ini udah lazim diadakan, baik itu peringatan di sekolah, di kelurahan, atau di instansi2 dan kantor2. Lomba putri luwes, lomba masak, lomba merangkai bunga, lomba puisi dan lain2. Bahkan kalaupun lomba itu ditujukan untuk peserta pria, yang dilombakan juga kegiatan yang berhubungan dengan wanita.

Ngrayain Apa sih?

Kalo dipikir2 lagi, apa sih yang mau dirayain dengan kegiatan2 itu?

Apa ini sebenernya ngerayain hari ulang tahun ibu Kartini ya? kan 21 April memang hari lahirnya ibu Kartini. Pas banget memang kalo perayaan ini adalah perayaan ulang tahun. Bersuka cita dengan segala hal yang mengingatkan kita pada cara hidup beliau. Pake kebaya, bersanggul, memasak, merangkai bunga, itu sangat mewakili stereotipe peran wanita tradisional dalam keluarga di masa ibu kartini.

Memang kok, wanita jaman sekarang kan semakin lama kayaknya semakin jauh dari tipikal wanita tradisional semacam itu. Nggak bisa atau nggak sempet masak, sibuk dengan berbagai kegiatan di luar rumah, anak dititipin ama pembantu, dll. Mungkin dengan adanya perayaan hari ulang tahun ibu Kartini yang semacam ini, wanita2 itu akan diingatkan kembali kepada peran tradisionalnya. Agar tetap bisa anggun memakai kebaya, bersikap lemah lembut seperti putri solo, bisa masak, bisa merangkai bunga, pokoknya yang ibu2 rumah tangga banget deh.

Eh... kok jadi gitu?

Bukannya yang sering digembar-gemborkan saat peringatan hari Kartini itu adalah "Mari mengenang jasa-jasa ibu Kartini dan meneruskan perjuangan beliau"? Bukannya peringatan hari Kartini itu tema besarnya adalah mengajak kaum wanita untuk mendobrak kungkungan tradisi yang membuat mereka terbelakang? Bukannya hal-hal itu yang harusnya dikenang dari seorang Kartini?

Ya memang. Dalam kegiatan seremonialnya, memang hal-hal itu yang selalu dikenang dan diingatkan kepada semua yang mengikuti peringatan itu.

Terus, kok malah kegiatan perayaannya malah berkesan ingin mengembalikan wanita ke peran tradisionalnya?

Lha ya ndak tau, wong ini udah turun temurun kok, cara memperingati hari Kartini itu ya seperti itu. Tanya aja sama yang pertama kali bikin ide ngadain perayaan hari Kartini :P

Feminisme

Ibu Kartini, yang katanya punya nama asli "Harum" ini (jayus!! :P), dianggap sebagai pahlawan emansipasi wanita kan karena pandangan2nya yang sangat memperhatikan tentang pentingnya pendidikan bagi wanita. Ditutupnya pintu pendidikan berarti ditutupnya pintu kesempatan untuk maju dan berkembang. Keinginannya kuat untuk terus sekolah, meski akhirnya harus kandas juga karena terbentur tradisi. Bahkan kemudian dia berusaha memperjuangkan keyakinannya dengan membangun sekolah khusus untuk perempuan, meski sayangnya umur beliau tidak panjang untuk bisa lebih memajukan sekolah tersebut.

Istilah kerennya ibu Kartini ini adalah tokoh pelopor feminisme di Indonesia. Memperjuangkan kesetaraan gender antara pria dan wanita.

Kalo dilihat di masa sekarang, mungkin cita2 Kartini itu sudah terwujud. Kaum perempuan telah mendapatkan hak yang sama untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya, sejauh kemampuan mereka mampu menggapainya. Tapi perjuangan pembela feminisme ternyata nggak cuma sampai segitu. Mereka masih memperjuangkan hal-hal selanjutnya, seperti kesetaraan dalam dunia kerja, karir, politik, hukum, dan segala bidang lainnya kalau mungkin.

Karena pada kenyataannya wanita punya kemampuan untuk mencapai itu semua, ya memang pada tempatnya mereka diberi kesempatan yang sama.

Kembali Feminin?

Jadi, apa sebenarnya semangat perayaan hari Kartini seperti yang sekarang lazim dilaksanakan itu? Ikut menggaungkan perjuangan ibu Kartini dan perjuangan feminisme, atau malah ingin mengembalikan wanita menjadi manusia yang sangat feminin?

Apakah perjuangan emansipasi telah dianggap kebablasan? sehingga kaum wanita perlu diposisikan kembali sesuai kodratnya? Padahal kalo menurut para aktivis feminisme, perjuangan mereka masih panjang. Kesetaraan gender yang sebenarnya masih merupakan impian.

Wanita masa kini memang lebih banyak menitik beratkan hidupnya ke karir daripada wanita dulu. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka mampu menjadi manusia produktif yang menghasilkan sesuatu. Bukan hanya sebagai pendamping dan cheer leaders. Tapi kadang hal itu menuntut konsekuensi, mereka tidak bisa total mengurus rumah tangga. Pembantu rumah tangga dan baby-sitter pun dikerahkan untuk membantu mengurus rumah dan anak2 mereka.

So, apakah perayaan itu ingin mengembalikan para wanita karier itu untuk menyadari fungsi awalnya dalam rumah tangga? agar mereka kembali feminin?

Menghimpun Partisipan

Peringatan yang bisa dianggap searah dengan perjuangan Kartini memang ada, tapi tidak sesemarak perayaan yang merayakan sisi feminin wanita. Memang sih untuk kegiatan yang mendukung perjuangan Kartini akan terasa sedikit berat. Karena harus memasukkan unsur2 yang bisa menonjolkan kemampuan2 wanita di bidang yang selama ini didominasi kaum pria. Itu jelas nggak gampang, nggak semua orang mau berpartisipasi dalam kegiatan yang "berat" seperti itu. Dan ya maaf saja, nggak rame...

Memang sih ya... perayaan yang mengangkat sisi feminin wanita pasti akan lebih mendapat sambutan yang luas. Para wanita akan berduyun2 mengikuti lomba2 itu. Karena sebagian besar dari mereka merasa mampu untuk itu. Coba aja kalo diadakan lomba menulis artikel untuk para wanita di tingkat kelurahan, kayaknya nggak mungkin bakal berduyun2 yang mau ikutan :(

Mungkin pada level tertentu, perayaan hari Kartini memang bukanlah untuk mengajak partisipannya untuk menapaki jejak perjuangan Kartini. Bagi level ini, mungkin cukup diberikan kepedulian saja tentang hari Kartini, bahwa hari Kartini adalah hari untuk para wanita tampil ke depan. Nilai2 perjuangan Kartini mungkin disisipkan disela2 acara tersebut, meski ya tidak semua orang akan bisa menangkapnya. Cukuplah bahwa pada acara ini, semua wanita berani menampilkan diri menjadi peserta. Di samping juga, dengan acara perayaan semacam itu, akan bisa membuat lingkungan tersebut menjadi lebih guyub dalam persatuan dan kebersamaan.


Ok deh.... selamat merayakan hari Kartini sesuai dengan nilai-nilai keyakinan masing-masing :D