Monday, January 07, 2008

The Kite Runner (the movie)

Kite Runner, MoviePemeran : Khalid Abdalla (Amir dewasa), Atossa Leoni (Soraya), Shaun Toub (Rahim Kahn), Zekeria Ebrahimi (Amir anak2), Ahmad Khan Mahmidzada (Hassan anak2)
Sutradara : Marc Forster
Durasi : 2 jam 2 min.
Distributor: Paramount Vantage
Tanggal Rilis: 14 Desember 2007 (US), Februari 2008 (Indonesia)


Novelnya karya Khaled Hosseini yang sudah terbit sejak tahun 2003 sempat menjadi sebuah fenomena yang dibicarakan oleh banyak pecinta buku di dunia. Dipuji banyak kritikus dan menjadi International best seller. Nyaris semua pembacanya mengaku terhanyut, mengharu biru, bahkan hingga berkali-kali meneteskan air mata mengikuti cerita novel tersebut. Bukan karena kisahnya cengeng merengek-rengek, tapi justru karena ketegaran tokoh2nya.

Nggak Berharap Banyak untuk Film Adaptasi

Menonton filmnya, seperti biasa menonton film adaptasi dari novel, awalnya nggak berani berharap banyak. Pasti banyak yang akan dikorbankan karena durasi. Nggak mungkin novel sekian ratus halaman akan utuh diterjemahkan dalam film yang maksimal 2 setengah jam sebelum penonton menjadi bosan. Dan juga visualisasi yang sudah terekam di otak waktu membaca novelnya, biasanya akan kacau balau ketika harus dicocokkan dengan visualisasi yang diciptakan sutradara film, karena selalu jauh berbeda.

Di film ini, setting kota Kabul ternyata jauh lebih kering dan gersang daripada visualisasi khayalanku waktu baca novelnya. Juga jauh lebih padat pemukimannya. Rumah Amir juga tidak semewah yang aku bayangkan. Ataukah... aku yang berlebihan bikin imajinasi ya?.. haha.. :p

Kisah Masa Kanak-kanaknya Mengharukan

Pelakon Amir anak anak (Zekeria Ebrahimi) dan Hassan (Ahmad Khan Mahmidzada) sangat menjiwai sekali perannya masing-masing. Terutama Hassan. Dia berhasil sekali menampilkan karakter seorang anak pelayan yang patuh dan sepenuhnya mengabdi kapada tuannya tanpa mengeluh. Hassan yang tampak selalu antusias melakukan setiap pekerjaannya justru lebih adorable daripada Amir yang lebih sering murung.

Mungkin memang Amir harus menampilkan karakter seperti itu. Meskipun hidup berkecukupan dan jauh lebih beruntung daripada Hassan yang hanya anak pelayan, Amir merasakan beban yang lebih berat. Dan pemerannya mampu memperlihatkan beban itu. Dia tampak menjaga jarak dari semua orang untuk menyembunyikan bebannya, bahkan kepada Hassan yang rela mengabdi total kepadanya.

Interaksi antara Amir dan Hassan menjadi bagian yang sangat menarik di film ini. Saat Hassan mengejar layang-layang yang berhasil dikalahkan oleh Amir, saat Hassan berkata ia rela memakan tanah kalau Amir menyuruhnya, saat Amir mengukir di batang pohon "Amir dan Hassan, Sultan-sultan Kabul", saat Hassan dengan antusias mendengarkan Amir mendongeng "Roustam and Sohrab" untuknya... semuanya sangat menyentuh meskipun diceritakan hanya secara singkat.

Sementara bagian yang paling keren dan menyenangkan untuk dilihat adalah visualisasi pertarungan layang-layang. Layang-layang benar2 dimainkan dalam sebuah pertarungan, meluncur berkejar-kejaran, membuat manuver gerakan untuk menjebak lawan, kemudian saling membelit benang, berputar-putar, kemudian... "slinnggg!!" .. benang dari salah satu layang-layang berhasil diputuskan lawannya... Selain ditampilkan dari pandangan darat, yang lebih seru adalah saat kamera seolah berada di belakang atau di atas layang-layang, mengikuti gerakan layang-layang saat meluncur di udara dengan sayapnya yang berkelepak-kelepak menahan dorongan angin. Keren... hidup banget!

Pada titik yang paling menyesakkan dada, saat Hassan mengorbankan dirinya untuk Amir, aku nggak bisa berkata-kata. Tapi aku juga nggak terlalu terharu biru menonton bagian ini. Entah mungkin sudah mengantisipasinya karena udah baca novelnya, atau kah karena memang digarap tanpa terlalu banyak didramatisir. Mungkin juga keharuan itu jadi kacau karena bercampur dengan perasaan kesal terhadap sikap Amir yang pengecut.

Datar di Bagian Pertengahan

Sebagaimana novelnya, setelah kejadian tersebut cerita berubah arah menjadi agak menjengkelkan karena Amir berubah memusuhi Hassan. Ketika Amir dan Baba berimigrasi ke Amerika, cerita menjadi kering tanpa gejolak berarti. Baguslah penulis skenarionya tidak berpanjang2 pada bagian ini, sekedar agar kisah kehidupan Amir tidak melompat tiba-tiba. Cerita kembali bernyawa saat Amir kembali ke Kabul yang sudah luluh lantak untuk menebus dosanya kepada Hassan.

Pemeran Amir dewasa (Khalid Abdalla) tidak jelek mainnya, tapi juga tidak terlalu istimewa. Wajahnya kurang berekspresi menurutku, dengan wajah canggung sebagai ekspresi default :p. Harusnya dia diberi kesempatan untuk lebih emosional waktu dia tahu ayahnya telah membohonginya sepanjang hidup. Tapi di ending film saat bermain layang-layang bersama Sohrab, ia berhasil menghidupkan karakter Amir dan menyentuh hati penonton.

Bikin Berkaca kaca

Menangis? ahh... berkaca-kaca cukuplah :p
Beberapa bagian yang paling menyentuh buatku adalah adegan-adegan berikut:
  • Saat Hassan tidak membalas Amir tapi malah memukul kepalanya sendiri.
  • Saat Amir membaca surat Hassan yang dititipkan pada Rahim Khan
  • Saat Amir melakukan sholat di masjid (ini keren banget visual dan soundtrack nya)
  • Saat Amir dengan antusias mengajari Sohrab bermain layang-layang sambil mengenang cara bermain Hassan (... errr... yang ini sih akhirnya pertahananku jebol.. hihihi :p )

Award untuk Kite Runner

Dan aku setuju dengan juri Golden Globe yang selain menominasikan film ini sebagai film berbahasa asing terbaik (ya, film ini tidak seperti novel aslinya yang berbahasa Inggris, film ini menggunakan bahasa asli Afghanistan sebagai bahasa penutur utamanya makanya dia masuk katagori film berbahasa asing meskipun bikinan Hollywood), juga memasukan film ini dalam nominasi Best Original Score, alias tata musik terbaik. Malah di Satellite Award, ajang awarding film dari para jurnalis se Amerika, film ini sudah memenangkan katagori tersebut.

Musik pembukanya yang mengiringi pemunculan judul dan credit title keren banget... menggunakan harmoni alat-alat musik gesek dengan ditingkahi perkusi khas asia selatan. Lagu pengiring saat Amir bersujud di masjid juga pas banget, sangat menyentuh ... kalau ada yang tahu lagu apa, dan punya lagunya, bagi-bagi yah :D

Sementara di ajang anugerah film versi Critics Choice Award, yang diselenggarakan oleh para kritikus film se Amerika dan Canada, film ini dinominasikan sebagai "Best Picture", dan juga mendapat nominasi dalam "Best Young Actor" untuk Ahmad Khan Mahmidzada si pemeran Hassan anak-anak. Ahh... dia memang pantas sekali mendapatkannya, pas banget karakternya. Besok tanggal 7 Januari, award ini baru diumumkan. Kalo untuk Oscar, ya tunggu saja sampai nominasinya diumumkan :)