Thursday, November 15, 2007
Mereka Bilang Aku Kafir
Sebuah novel yang diluncurkan pada saat yang tepat. Saat media marak memberitakan tentang jamaah-jamaah yang mengajarkan aliran yang dianggap sesat, saat masyarakat resah dan merasa terganggu dengan keberadaan mereka, saat itulah novel ini dilempar ke pasaran.
"Mereka Bilang Aku Kafir, novel pertobatan seorang anggota aliran sesat" ditulis oleh Muhammad Idris, diterbitkan oleh Hikmah, Oktober 2007, 237 halaman. Sebuah novel yang berdasarkan pengalaman pribadi penulis, yang mengisahkan tentang bagaimana seorang alumni pesantren bisa terjebak dengan fanatisme buta di dalam sebuah organisasi yang mengajarkan agama yang menyimpang dari akarnya.
Tersesat dalam Pencarian Diri
Idris baru saja lulus dari pondok pesantren, ia kembali ke rumahnya di Jakarta dengan harapan selanjutnya akan melanjutkan ke bangku kuliah. Di masjid dekat rumahnya ia berkenalan dengan Pak Hanafi, seseorang yang berpenampilan sangat kharismatik. Pak Hanafi mengajak Idris untuk mengikuti sebuah pengajian di rumahnya yang bisa memahami Al-Qur'an hanya dalam waktu seminggu. Idris yang masih sangat haus akan ilmu agama langsung menerimanya.
Dengan cara yang sangat halus, ternyata Pak Hanafi mengajak Idris untuk mengikuti sebuah organisasi yang menganut pemahaman agama Islam yang berbeda dari Islam yang dipahami umum. Perlahan lahan Idris mulai terjerat dalam jaringan jamaah yang bertujuan mendirikan negara RII yang sepenuhnya berdasarkan syariah Islam. Kelompok itu sendiri menyebut dirinya sebagai KR-9 (Kelompok Regional 9).
Idris kemudian mengikuti semacam training yang mendalami ajaran-ajaran yang diyakini dan dijalankan oleh jamaah tersebut. Dalam training juga diajarkan trik-trik bagaimana mengajak orang lain untuk bergabung. Dengan cara yang sangat sistematis, anggota-anggota baru dicuci otak dan menjadi semakin fanatik terhadap organisasi ini. Mereka diminta untuk merekrut sebanyak mungkin orang, dan juga menyumbang sebanyak mungkin harta untuk kepentingan KR-9
Selanjutnya aktivitas Idris sehari2 sepenuhnya untuk KR-9. Hingga kemudian Idris bahkan ditawari untuk menjadi guru di pesantren modern Al-Jannah milik KR-9. Ia pindah dari Jakarta untuk menetap di Al-Jannah dan melupakan cita-citanya untuk melanjutkan kuliah.
Idris tampaknya sudah mantap menggantungkan hidupnya demi KR-9. Meskipun di Al Jannah ia hidup sangat sederhana di antara bangunan pondok yang sangat megah. Bahkan akhirnya ia menikah dengan salah seorang guru wanita sesama pengikut KR-9 di Al-Jannah.
Titik balik mulai terjadi ketika Idris memiliki bayi kecil yang harus tinggal dalam lingkungan Al-Jannah. Hati Idris pun mulai terbuka dan memberontak. Sebuah kesempatan akhirnya terbuka bagi Idris dan anak istrinya untuk keluar dari Al-Jannah dan memulai sebuah hidup yang sama sekali baru.
Dituding Kafir
Sebuah perjalanan hidup yang sangat menarik untuk diikuti sebagai sebuah pelajaran bagi semua orang agar tidak mudah terjebak dalam sebuah ajaran yang menyesatkan. Mereka yang mengajarkan hal-hal semacam itu kebanyakan telah memahami psikologi manusia dan sangat lihai dalam mempengaruhi orang membuat mereka percaya akan suatu ajaran baru. Segalanya telah disiapkan dengan rapi untuk membuat setiap orang mudah terjebak.
Idris dalam hal ini terjebak dengan tudingan "kafir" yang dialamatkan padanya oleh Pak Hanafi dan teman2nya. Tudingan "kafir" membuatnya memberontak. Tapi jebakan telah disiapkan, semakin ia memberontak semakin erat ia terjerat. Dan ketika Idris akhirnya tak berdaya lagi untuk memberontak, ia menyatakan bersedia ikut menjalani apa yang diyakini Pak Hanafi. Ajaran dan aturan dari organisasi KR-9 telah menjadi sebuah dogma agama yang baru bagi Idris. Dan agama bagi Idris adalah segala-galanya yang harus ia perjuangkan sampai mati. Para perancang ajaran KR-9 sangat memahami hal itu dan memanfaatkannya.
Fanatisme buta juga dijadikan alat dalam menjaga anggota jamaah ini untuk tetap taat terhadap ajaran KR-9. Mereka selalu mengucapkan "Sami'na wa atha'na" setiap kali mendapat perintah. Saya mendengar dan saya taat. Betapapun sebenarnya mereka tidak bisa menerima perintah itu karena tidak wajar. Itu yang diajarkan, dan membangkang berarti kafir...
Serigala Berkedok Agama
Entah apa tujuan orang-orang yang membangun organisasi yang mengajarkan tuntunan hidup yang menyimpang dari ajaran agama yang ada. Kebanyakan tampaknya adalah bertujuan untuk kepentingan dirinya sendiri. Memanfaatkan orang lain yang sudah tercocok hidungnya.
Beberapa mungkin memang sangat idealis dan meyakini kebenaran penafsiran barunya terhadap ajaran agama yang ada. Beberapa hanya ingin membuat ajaran agama yang lebih ringan tanpa banyak ritual dan larangan. Beberapa lagi mungkin ingin menunjukkan eksistensi diri agar menjadi pemimpin dengan banyak penganut setia. Tapi beberapa lagi yang lain ternyata ada yang bertujuan memperkaya diri sendiri dari sumbangan para pengikut.
Dan mengemas semua itu dalam kedok ajaran agama adalah sebuah kelicikan yang sangat cerdas. Orang Indonesia yang rata2 masih taat kepada agama, seringkali menjadi mangsa empuk bagi mereka. Bukan hanya mereka yang tidak begitu paham tentang agama, tapi bahkan lulusan pesantren seperti Idris ini bisa dijerat.
Berani Membuka Aib Masa Lalu
Buku ini lumayan enak dibaca. Memberikan banyak pemahaman kepada pembaca, bagaimana seseorang bisa sampai terjerat dalam ajaran yang menyimpang. Mungkin bisa juga menjadi bekal bagi semua orang agar tidak mengulangi kesalahan serupa yang telah dilakukan Idris.
Buku ini membahas semua aspek kehidupan tokoh Idris. Mungkin juga sebetulnya ini adalah memoar dari kehidupan Idris yang kemudian dikembangkan sedemikian rupa hingga menjadi novel. Tapi buku ini bukanlah investigasi lengkap tentang kehidupan organisasi menyimpang tersebut, karena di dalamnya banyak cerita keseharian Idris selama di Al-Jannah.
Meskipun semua nama tokoh, organisasi, waktu dan tempatnya telah disamarkan dari kisah aslinya, tetapi keberanian Muhammad Idris untuk mengungkapkannya kepada publik sungguh sebuah keberanian yang patut diacungi jempol. Idris harus mengorek-orek luka lama dan membuka aibnya untuk menulis buku ini, dan itu pasti tidak mudah. Apalagi saat ini Idris harus kembali memulai hidupnya dari nol, karena sekian tahun dari usianya telah terbuang untuk mengabdi kepada organisasi sesat tersebut.
Tapi tentunya itu bukanlah sebuah kesia-siaan, karena dengan demikian Idris bisa bercerita kepada banyak orang untuk tidak mengulangi kesalahannya.
"Mereka Bilang Aku Kafir, novel pertobatan seorang anggota aliran sesat" ditulis oleh Muhammad Idris, diterbitkan oleh Hikmah, Oktober 2007, 237 halaman. Sebuah novel yang berdasarkan pengalaman pribadi penulis, yang mengisahkan tentang bagaimana seorang alumni pesantren bisa terjebak dengan fanatisme buta di dalam sebuah organisasi yang mengajarkan agama yang menyimpang dari akarnya.
Tersesat dalam Pencarian Diri
Idris baru saja lulus dari pondok pesantren, ia kembali ke rumahnya di Jakarta dengan harapan selanjutnya akan melanjutkan ke bangku kuliah. Di masjid dekat rumahnya ia berkenalan dengan Pak Hanafi, seseorang yang berpenampilan sangat kharismatik. Pak Hanafi mengajak Idris untuk mengikuti sebuah pengajian di rumahnya yang bisa memahami Al-Qur'an hanya dalam waktu seminggu. Idris yang masih sangat haus akan ilmu agama langsung menerimanya.
Dengan cara yang sangat halus, ternyata Pak Hanafi mengajak Idris untuk mengikuti sebuah organisasi yang menganut pemahaman agama Islam yang berbeda dari Islam yang dipahami umum. Perlahan lahan Idris mulai terjerat dalam jaringan jamaah yang bertujuan mendirikan negara RII yang sepenuhnya berdasarkan syariah Islam. Kelompok itu sendiri menyebut dirinya sebagai KR-9 (Kelompok Regional 9).
Idris kemudian mengikuti semacam training yang mendalami ajaran-ajaran yang diyakini dan dijalankan oleh jamaah tersebut. Dalam training juga diajarkan trik-trik bagaimana mengajak orang lain untuk bergabung. Dengan cara yang sangat sistematis, anggota-anggota baru dicuci otak dan menjadi semakin fanatik terhadap organisasi ini. Mereka diminta untuk merekrut sebanyak mungkin orang, dan juga menyumbang sebanyak mungkin harta untuk kepentingan KR-9
Selanjutnya aktivitas Idris sehari2 sepenuhnya untuk KR-9. Hingga kemudian Idris bahkan ditawari untuk menjadi guru di pesantren modern Al-Jannah milik KR-9. Ia pindah dari Jakarta untuk menetap di Al-Jannah dan melupakan cita-citanya untuk melanjutkan kuliah.
Idris tampaknya sudah mantap menggantungkan hidupnya demi KR-9. Meskipun di Al Jannah ia hidup sangat sederhana di antara bangunan pondok yang sangat megah. Bahkan akhirnya ia menikah dengan salah seorang guru wanita sesama pengikut KR-9 di Al-Jannah.
Titik balik mulai terjadi ketika Idris memiliki bayi kecil yang harus tinggal dalam lingkungan Al-Jannah. Hati Idris pun mulai terbuka dan memberontak. Sebuah kesempatan akhirnya terbuka bagi Idris dan anak istrinya untuk keluar dari Al-Jannah dan memulai sebuah hidup yang sama sekali baru.
Dituding Kafir
Sebuah perjalanan hidup yang sangat menarik untuk diikuti sebagai sebuah pelajaran bagi semua orang agar tidak mudah terjebak dalam sebuah ajaran yang menyesatkan. Mereka yang mengajarkan hal-hal semacam itu kebanyakan telah memahami psikologi manusia dan sangat lihai dalam mempengaruhi orang membuat mereka percaya akan suatu ajaran baru. Segalanya telah disiapkan dengan rapi untuk membuat setiap orang mudah terjebak.
Idris dalam hal ini terjebak dengan tudingan "kafir" yang dialamatkan padanya oleh Pak Hanafi dan teman2nya. Tudingan "kafir" membuatnya memberontak. Tapi jebakan telah disiapkan, semakin ia memberontak semakin erat ia terjerat. Dan ketika Idris akhirnya tak berdaya lagi untuk memberontak, ia menyatakan bersedia ikut menjalani apa yang diyakini Pak Hanafi. Ajaran dan aturan dari organisasi KR-9 telah menjadi sebuah dogma agama yang baru bagi Idris. Dan agama bagi Idris adalah segala-galanya yang harus ia perjuangkan sampai mati. Para perancang ajaran KR-9 sangat memahami hal itu dan memanfaatkannya.
Fanatisme buta juga dijadikan alat dalam menjaga anggota jamaah ini untuk tetap taat terhadap ajaran KR-9. Mereka selalu mengucapkan "Sami'na wa atha'na" setiap kali mendapat perintah. Saya mendengar dan saya taat. Betapapun sebenarnya mereka tidak bisa menerima perintah itu karena tidak wajar. Itu yang diajarkan, dan membangkang berarti kafir...
Serigala Berkedok Agama
Entah apa tujuan orang-orang yang membangun organisasi yang mengajarkan tuntunan hidup yang menyimpang dari ajaran agama yang ada. Kebanyakan tampaknya adalah bertujuan untuk kepentingan dirinya sendiri. Memanfaatkan orang lain yang sudah tercocok hidungnya.
Beberapa mungkin memang sangat idealis dan meyakini kebenaran penafsiran barunya terhadap ajaran agama yang ada. Beberapa hanya ingin membuat ajaran agama yang lebih ringan tanpa banyak ritual dan larangan. Beberapa lagi mungkin ingin menunjukkan eksistensi diri agar menjadi pemimpin dengan banyak penganut setia. Tapi beberapa lagi yang lain ternyata ada yang bertujuan memperkaya diri sendiri dari sumbangan para pengikut.
Dan mengemas semua itu dalam kedok ajaran agama adalah sebuah kelicikan yang sangat cerdas. Orang Indonesia yang rata2 masih taat kepada agama, seringkali menjadi mangsa empuk bagi mereka. Bukan hanya mereka yang tidak begitu paham tentang agama, tapi bahkan lulusan pesantren seperti Idris ini bisa dijerat.
Berani Membuka Aib Masa Lalu
Buku ini lumayan enak dibaca. Memberikan banyak pemahaman kepada pembaca, bagaimana seseorang bisa sampai terjerat dalam ajaran yang menyimpang. Mungkin bisa juga menjadi bekal bagi semua orang agar tidak mengulangi kesalahan serupa yang telah dilakukan Idris.
Buku ini membahas semua aspek kehidupan tokoh Idris. Mungkin juga sebetulnya ini adalah memoar dari kehidupan Idris yang kemudian dikembangkan sedemikian rupa hingga menjadi novel. Tapi buku ini bukanlah investigasi lengkap tentang kehidupan organisasi menyimpang tersebut, karena di dalamnya banyak cerita keseharian Idris selama di Al-Jannah.
Meskipun semua nama tokoh, organisasi, waktu dan tempatnya telah disamarkan dari kisah aslinya, tetapi keberanian Muhammad Idris untuk mengungkapkannya kepada publik sungguh sebuah keberanian yang patut diacungi jempol. Idris harus mengorek-orek luka lama dan membuka aibnya untuk menulis buku ini, dan itu pasti tidak mudah. Apalagi saat ini Idris harus kembali memulai hidupnya dari nol, karena sekian tahun dari usianya telah terbuang untuk mengabdi kepada organisasi sesat tersebut.
Tapi tentunya itu bukanlah sebuah kesia-siaan, karena dengan demikian Idris bisa bercerita kepada banyak orang untuk tidak mengulangi kesalahannya.
<< Home