Monday, October 15, 2007
Trilogi Bartimaeus #2: Mata Golem
Sudah agak terlambat sebenarnya mereview buku ini, karena terjemahan buku ketiga dari trilogi ini juga sudah diterbitkan. Tapi sayang kalau tidak dibuat juga reviewnya. Buku pertama sudah direview, buku ketiga pun sudah ditangan. Sekalian saja, toh tidak ada keharusan bahwa yang direview di sini adalah buku2 paling gress :)
Gramedia Pustaka Utama, tidak mau menunggu lama untuk menerbitkan buku kedua dari "The Bartimaeus Trilogy" karya Jonathan Stroud ini. Hanya berbilang beberapa bulan dari penerbitan terjemahan buku pertama, terjemahan dari buku kedua "The Golem's Eye" sudah menyusul beredar di pasar perbukuan Indonesia. Masih diterjemahkan dengan apik oleh Poppy Damayanti Chusfani, "Mata Golem" diterbitkan oleh GPU pada bulan Juli 2007 dalam 624 halaman.
John Mandrake Kembali Bersama Bartimaeus
Sesuai dengan judul utamanya "The Bartimaeus Trilogy", serial trilogi ini berputar pada petualangan jin bernama Bartimaeus. Bartimaeus adalah sesosok jin cerdas yang telah berusia ribuan tahun, mengalami sendiri berbagai peristiwa penting yang terjadi di dunia. Dalam trilogi ini lebih dipusatkan pada saat-saat Bartimaeus harus melayani seorang penyihir muda bernama John Mandrake alias Nathaniel, yang tengah meniti karier sebagai penyihir terkemuka dalam pemerintahan Inggris.
Pada bagian akhir buku pertama "Amulet Samarkand", Nathaniel memang telah melepaskan Bartimaeus dan berjanji tidak akan pernah memanggilnya kembali. Namun tuntutan dari atasannya di Kementrian Departemen Urusan Dalam Negeri untuk segera mengungkap peristiwa pengrusakan di Piccadily, membuat Nathaniel tak punya pilihan lain kecuali memanggil kembali Bartimaeus. Sejumlah demon lain yang pernah ia panggil tidak ada yang kompetensi nya sebaik Bartimaeus. Meskipun bersama Bartimaeus, Nathaniel harus siap menebalkan telinga untuk menahan serbuan sindiran tajam dan sinis dari mulut Bartimaeus yang tidak pernah diam.
Di buku kedua ini diungkap secara gamblang tentang asal mula dan sepak terjang kelompok Resistance. Kelompok orang-orang bukan penyihir (commoner) yang muak dengan arogansi para penyihir yang menguasai pemerintahan Inggris. Pada buku pertama, kelompok Resistance ini sudah dimunculkan beberapa kali membuat kerusuhan kecil. Dan di buku kedua ini, kelompok Resistance mengambil porsi cukup yang cukup besar, terutama seputar anggota Resistance yang bernama Kitty Jones.
Setelah keberhasilan Nathaniel menggagalkan rencana kudeta yang akan dilakukan oleh Simone Lovelace, yang dikisahkan di buku pertama, Nathaniel mendapat tempat terhormat dalam pemerintahan. Di usianya yang masih empat belas tahun ia sudah menjadi asisten Kepala Kementrian Departemen Urusan Dalam Negeri. Oleh atasannya ia ditugaskan membongkar dan menangkap para perusuh yang tergabung dalam kelompok Resistance.
Hingga pada suatu malam menjelang perayaan Founders Day, terjadilah pengrusakan di sederet toko elit di kawasan Piccadily. Sejumlah korban polisi dan jin penjaga berjatuhan, tapi pelakunya sama sekali tidak terlacak. Tidak nampak adanya jejak sihir. Mr. Tallow menyimpulkan dari tidak adanya jejak sihir, maka itu adalah perbuatan kelompok Resistance. Dan iapun menuding Nathaniel telah kebobolan, karena tidak berhasil melacak Resistance.
London dinyatakan siaga satu. Jam malam diberlakukan. Sejumlah besar jin dikerahkan untuk ikut menjaga London. Nathaniel pun terpaksa melanggar janjinya dengan memanggil kembali Bartimaeus untuk melayaninya lagi kali ini. Meskipun sering bertengkar, tetapi kerjasama antara Nathaniel dan Bartimaeus banyak memberikan hasil. Bartimaeus akhirnya mengetahui bahwa pembuat kerusakan itu adalah mahluk jadi2an bernama Golem. Golem adalah mahluk tanah liat raksasa super kuat yang diperintah dari jauh oleh seorang penyihir. Golem pernah dipakai oleh penyihir Inggris saat menyerbu Praha beberapa ratus tahun sebelumnya. Setelah itu rahasia penciptaan Golem terkubur tak pernah diketahui lagi.
Tentu saja Golem yang muncul bukanlah perbuatan kelompok Resistance. Kelompok Resistance sendiri sedang menyibukkan diri dengan sebuah rencana besar yang menurut mereka akan sanggup menggoyahkan pemerintahan Inggris dari kekuasaan para penyihir arogan. Mereka akan merampok makam Gladstone, pendiri kerajaan Inggris. Di dalam makamnya terdapat banyak sekali benda2 hebat berkekuatan sihir yang akan bisa membantu Resistance untuk mengalahkan para penyihir.
Bartimaeus dan Nathaniel pun berhadapan dengan banyak pihak pada waktu yang bersamaan. Mereka harus menemukan rahasia Golem, kemudian juga harus tetap waspada terhadap aktivitas Resistance, tidak ketinggalan juga harus menghadapi pihak2 dari dalam pemerintahan sendiri yang cemburu atas karier Nathaniel dan berusaha menjegalnya.
Tetap Seru!!
Jonathan Stroud berhasil dengan konsisten tetap berada dalam dunia yang ia bangun sendiri. Dunia fantasi tentang London yang diperintah oleh para penyihir yang dilayani oleh sejumlah jin dan sejenisnya yang berhasil diikat sebagai budak. Hirarki dunia jin dan juga karakter dan kemampuan masing-masing mahluk tetap terjaga konsisten sebagaimana ia tetapkan sejak di buku pertama. Arogansi para penyihir penguasa juga tetap ditampilkan sebagaimana dahulu. Sebuah dunia fantasi yang telah direncanakan dengan baik oleh Jonathan Stroud.
Dan tentu saja karakter tokoh2nya juga tetap terjaga dengan sangat baik. Mungkin hanya Nathaniel yang sedikit berubah. Itu pun bukan karena tidak konsisten, tapi karena memang karakter Nathaniel yang mulai berubah menjadi lebih arogan sebagaimana para pejabat pemerintah yang lain. Bartimaeus tetap menjadi karakter favorit tentunya, dengan sarkasme atau sinismenya kepada Nathaniel atau kepada jin-jin yang lain yang seringkali sangat menggelitik. Meskipun tampaknya akan lebih mengena kalau dibaca pada teks bahasa aslinya. Aksi para imp penakut dan kekonyolan afrit Honorius juga bisa mengundang senyum para pembaca.
Hanya saja di kisah ini, jalinan cerita masa lalu yang memang benar tertulis dalam sejarah dunia sedikit dijungkir balikkan. Semua sejarah dunia masa lalu dalam versi Bartimaeus selalu melibatkan penyihir dan jin dalam setiap peristiwanya. Nggak perlu protes untuk hal itu, karena ini memang dunia fantasi ciptaan Jonathan Stroud.
Jadikah Difilmkan?
Bagi pecinta cerita fantasi, kisah ini cukup memikat untuk diikuti. Tidak terlalu melambung ke alam lain yang benar-benar fantasi, karena tetap menggunakan tempat2 dan karakter yang real ada di dunia nyata. Ketegangan, keajaiban, kekonyolan, berpadu jadi satu membangun cerita yang lancar dicerna.
Tentu saja dunia fantasi ciptaan Jonathan Stroud ini perlu imajinasi ekstra bagi pembaca untuk menggambarkannya. Seperti apa itu imp, foliot, afrid, atau Golem. Bagaimana pula efek efek sihir yang muncul dari aksi para penyihir maupun para jin saat mengeluarkan kemampuannya. Jika rencana pembuatan filmnya dapat segera terealisasi, gambaran itu pun akan segera bisa kita lihat dengan lebih nyata. Tapi kok belum ada update lagi ya tentang progress pembuatannya...
Buku ketiga sudah ditangan, tinggal menunggu giliran untuk dibaca :)
Gramedia Pustaka Utama, tidak mau menunggu lama untuk menerbitkan buku kedua dari "The Bartimaeus Trilogy" karya Jonathan Stroud ini. Hanya berbilang beberapa bulan dari penerbitan terjemahan buku pertama, terjemahan dari buku kedua "The Golem's Eye" sudah menyusul beredar di pasar perbukuan Indonesia. Masih diterjemahkan dengan apik oleh Poppy Damayanti Chusfani, "Mata Golem" diterbitkan oleh GPU pada bulan Juli 2007 dalam 624 halaman.
John Mandrake Kembali Bersama Bartimaeus
Sesuai dengan judul utamanya "The Bartimaeus Trilogy", serial trilogi ini berputar pada petualangan jin bernama Bartimaeus. Bartimaeus adalah sesosok jin cerdas yang telah berusia ribuan tahun, mengalami sendiri berbagai peristiwa penting yang terjadi di dunia. Dalam trilogi ini lebih dipusatkan pada saat-saat Bartimaeus harus melayani seorang penyihir muda bernama John Mandrake alias Nathaniel, yang tengah meniti karier sebagai penyihir terkemuka dalam pemerintahan Inggris.
Pada bagian akhir buku pertama "Amulet Samarkand", Nathaniel memang telah melepaskan Bartimaeus dan berjanji tidak akan pernah memanggilnya kembali. Namun tuntutan dari atasannya di Kementrian Departemen Urusan Dalam Negeri untuk segera mengungkap peristiwa pengrusakan di Piccadily, membuat Nathaniel tak punya pilihan lain kecuali memanggil kembali Bartimaeus. Sejumlah demon lain yang pernah ia panggil tidak ada yang kompetensi nya sebaik Bartimaeus. Meskipun bersama Bartimaeus, Nathaniel harus siap menebalkan telinga untuk menahan serbuan sindiran tajam dan sinis dari mulut Bartimaeus yang tidak pernah diam.
Di buku kedua ini diungkap secara gamblang tentang asal mula dan sepak terjang kelompok Resistance. Kelompok orang-orang bukan penyihir (commoner) yang muak dengan arogansi para penyihir yang menguasai pemerintahan Inggris. Pada buku pertama, kelompok Resistance ini sudah dimunculkan beberapa kali membuat kerusuhan kecil. Dan di buku kedua ini, kelompok Resistance mengambil porsi cukup yang cukup besar, terutama seputar anggota Resistance yang bernama Kitty Jones.
Setelah keberhasilan Nathaniel menggagalkan rencana kudeta yang akan dilakukan oleh Simone Lovelace, yang dikisahkan di buku pertama, Nathaniel mendapat tempat terhormat dalam pemerintahan. Di usianya yang masih empat belas tahun ia sudah menjadi asisten Kepala Kementrian Departemen Urusan Dalam Negeri. Oleh atasannya ia ditugaskan membongkar dan menangkap para perusuh yang tergabung dalam kelompok Resistance.
Hingga pada suatu malam menjelang perayaan Founders Day, terjadilah pengrusakan di sederet toko elit di kawasan Piccadily. Sejumlah korban polisi dan jin penjaga berjatuhan, tapi pelakunya sama sekali tidak terlacak. Tidak nampak adanya jejak sihir. Mr. Tallow menyimpulkan dari tidak adanya jejak sihir, maka itu adalah perbuatan kelompok Resistance. Dan iapun menuding Nathaniel telah kebobolan, karena tidak berhasil melacak Resistance.
London dinyatakan siaga satu. Jam malam diberlakukan. Sejumlah besar jin dikerahkan untuk ikut menjaga London. Nathaniel pun terpaksa melanggar janjinya dengan memanggil kembali Bartimaeus untuk melayaninya lagi kali ini. Meskipun sering bertengkar, tetapi kerjasama antara Nathaniel dan Bartimaeus banyak memberikan hasil. Bartimaeus akhirnya mengetahui bahwa pembuat kerusakan itu adalah mahluk jadi2an bernama Golem. Golem adalah mahluk tanah liat raksasa super kuat yang diperintah dari jauh oleh seorang penyihir. Golem pernah dipakai oleh penyihir Inggris saat menyerbu Praha beberapa ratus tahun sebelumnya. Setelah itu rahasia penciptaan Golem terkubur tak pernah diketahui lagi.
Tentu saja Golem yang muncul bukanlah perbuatan kelompok Resistance. Kelompok Resistance sendiri sedang menyibukkan diri dengan sebuah rencana besar yang menurut mereka akan sanggup menggoyahkan pemerintahan Inggris dari kekuasaan para penyihir arogan. Mereka akan merampok makam Gladstone, pendiri kerajaan Inggris. Di dalam makamnya terdapat banyak sekali benda2 hebat berkekuatan sihir yang akan bisa membantu Resistance untuk mengalahkan para penyihir.
Bartimaeus dan Nathaniel pun berhadapan dengan banyak pihak pada waktu yang bersamaan. Mereka harus menemukan rahasia Golem, kemudian juga harus tetap waspada terhadap aktivitas Resistance, tidak ketinggalan juga harus menghadapi pihak2 dari dalam pemerintahan sendiri yang cemburu atas karier Nathaniel dan berusaha menjegalnya.
Tetap Seru!!
Jonathan Stroud berhasil dengan konsisten tetap berada dalam dunia yang ia bangun sendiri. Dunia fantasi tentang London yang diperintah oleh para penyihir yang dilayani oleh sejumlah jin dan sejenisnya yang berhasil diikat sebagai budak. Hirarki dunia jin dan juga karakter dan kemampuan masing-masing mahluk tetap terjaga konsisten sebagaimana ia tetapkan sejak di buku pertama. Arogansi para penyihir penguasa juga tetap ditampilkan sebagaimana dahulu. Sebuah dunia fantasi yang telah direncanakan dengan baik oleh Jonathan Stroud.
Dan tentu saja karakter tokoh2nya juga tetap terjaga dengan sangat baik. Mungkin hanya Nathaniel yang sedikit berubah. Itu pun bukan karena tidak konsisten, tapi karena memang karakter Nathaniel yang mulai berubah menjadi lebih arogan sebagaimana para pejabat pemerintah yang lain. Bartimaeus tetap menjadi karakter favorit tentunya, dengan sarkasme atau sinismenya kepada Nathaniel atau kepada jin-jin yang lain yang seringkali sangat menggelitik. Meskipun tampaknya akan lebih mengena kalau dibaca pada teks bahasa aslinya. Aksi para imp penakut dan kekonyolan afrit Honorius juga bisa mengundang senyum para pembaca.
Hanya saja di kisah ini, jalinan cerita masa lalu yang memang benar tertulis dalam sejarah dunia sedikit dijungkir balikkan. Semua sejarah dunia masa lalu dalam versi Bartimaeus selalu melibatkan penyihir dan jin dalam setiap peristiwanya. Nggak perlu protes untuk hal itu, karena ini memang dunia fantasi ciptaan Jonathan Stroud.
Jadikah Difilmkan?
Bagi pecinta cerita fantasi, kisah ini cukup memikat untuk diikuti. Tidak terlalu melambung ke alam lain yang benar-benar fantasi, karena tetap menggunakan tempat2 dan karakter yang real ada di dunia nyata. Ketegangan, keajaiban, kekonyolan, berpadu jadi satu membangun cerita yang lancar dicerna.
Tentu saja dunia fantasi ciptaan Jonathan Stroud ini perlu imajinasi ekstra bagi pembaca untuk menggambarkannya. Seperti apa itu imp, foliot, afrid, atau Golem. Bagaimana pula efek efek sihir yang muncul dari aksi para penyihir maupun para jin saat mengeluarkan kemampuannya. Jika rencana pembuatan filmnya dapat segera terealisasi, gambaran itu pun akan segera bisa kita lihat dengan lebih nyata. Tapi kok belum ada update lagi ya tentang progress pembuatannya...
Buku ketiga sudah ditangan, tinggal menunggu giliran untuk dibaca :)
<< Home