Monday, July 09, 2007
Middlesex
Novel yang ditulis oleh Jeffrey Eugenides pada tahun 2002 ini adalah pemenang penghargaan Pulitzer 2003 untuk fiksi. Sebuah jaminan bahwa ini adalah karya yang bagus dan layak dinikmati. Dan sepanjang yang aku ikuti, novel pemenang Pulitzer itu lebih 'manusiawi' daripada novel2 pemenang nobel sastra :D Dalam arti tetap enak diikuti dan tidak terlalu 'nyastra' seperti pemenang nobel.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia baru saja diterbitkan oleh Serambi, Juni 2007 ini dalam 812 halaman. Lumayan tebal dan berat. Diterjemahkan oleh teman kita Berliani Nugrahani (kita teman kan ya An?.. mintain buku gratis lagi yah.. :D).
Middlesex? apa maksudnya? Sub judul yang dicantumkan akan sedikit menjelaskan judul itu: "Pencarian jati diri seorang manusia berkelamin ganda". Yup tokoh sentral dalam novel ini adalah seorang hermaphrodite. Selain itu Middlesex kebetulan juga adalah nama salah satu tempat tinggal dari para tokoh utama di novel ini.
Hermaphrodite
Calliope Stephanides, generasi ketiga dari imigran Yunani di Amerika, dilahirkan di Detroit sebagai anak perempuan dari pasangan Tessie dan Milton Stephanides. Atau lebih tepatnya divonis sebagai perempuan oleh dokter Philobosian yang sudah mulai rabun. Keluarga Stephanides pun merawat dan membesarkan Callie sebagai perempuan tanpa pernah memeriksa lebih lanjut, karena itu adalah hal yang tabu bagi mereka.
Callie pun tumbuh sebagai anak2 perempuan sebagaimana lazimnya. Tidak terdapat masalah atau kelainan. Masalah mulai timbul ketika Callie memasuki usia puber. Teman2nya di sekolah khusus perempuan telah mulai tumbuh sebagai wanita yang beranjak dewasa, tapi Callie tetap saja berdada rata dan tidak juga mendapatkan haid. Yang terjadi malah suara Callie mulai berubah lebih berat dan tumbuh kumis tipis di atas bibirnya. Berbagai usaha ia lakukan untuk menutupi kelainannya dengan menyumpal dadanya dengan tisu, pura2 mendapat haid, memanjangkan rambut untuk menutupi jakun, dan untungnya wanita berkumis tipis lazim adanya di antara wanita Yunani.
Semakin runyam ketika Callie tertarik dengan sahabat wanitanya. Callie betah berlama-lama bersamanya. Puncaknya ketika Callie diajak berlibur bersama keluarga mereka. Dalam satu kejadian Callie terjatuh dan terluka. Dokter yang merawat lukanya, menemukan kelainan yang sangat aneh pada bagian genital Callie dan melaporkan pada orang tuanya.
Milton dan Tessie, orang tua Callie, membawa Callie ke dokter Peter Luce di New York, dokter spesialis yang banyak menangani kasus kelamin ganda. Ketika membaca berkas milik dokter Luce tentang dirinya, diagnosa dan solusi yang akan diberikan, Callie malah memutuskan melarikan diri dari keluarganya. Callie lari ke barat, ke San Fransisco dengan merubah identitasnya sebagai laki-laki berjuluk Cal Stephanides.
Kisah Keluarga Imigran Yunani
Sinopsis di atas sebenarnya hanya sepotong cerita dari keseluruhan cerita di novel ini. Ada lagi potongan2 lain yang melengkapi novel ini yang bukan hanya tentang Calliope, tapi lebih luas lagi sebagai kisah tentang keluarga imigran Yunani. Keluarga Stephanides.
Mulai dari hubungan Lefty dan Desdemona, kakek dan nenek Calle, saat masih tinggal di Yunani. Desa mereka diserang dan dibakar orang Turki yang menyebabkan mereka mengungsi dan akhirnya mendapat tempat di kapal yang menuju Amerika. Di kapal mereka menikah, pernikahan yang kemudian dianggap sebagai penyebab kelainan Callie. Sampai di Detroit mereka tinggal bersama sepupu mereka Sourmelina. Proses asimilasi Lefty dan Desdemona dengan budaya Amerika dituturkan dengan cukup runtut.
Dilanjutkan ke generasi kedua. Desdemona melahirkan 2 anak, Milton dan Zoe. Saat sudah remaja Milton jatuh hati pada Tessie anak Sourmelina yang masih sepupu keduanya. Meskipun sempat dihalangi karena masih sedarah, akhirnya mereka menikah juga. Dan kemudian Milton dan Tessie dikarunia Chapter Eleven dan Calliope.
Melingkar-lingkar hingga Separuh Buku
Kisah keluarga Stephanides ini dituturkan cukup panjang. Hingga di pertengahan buku, kisahnya masih melingkar-lingkar dalam beragam masalah2 keluarga Stephanides dan tidak juga masuk secara mendetil ke masalah kelainan seksual yang dialami Calliope.
Memang, pernik2 kehidupan Stephanides sangat penuh warna dan menarik untuk diikuti. Apalagi Eugenides cukup piawai meramu cara berceritanya dengan menyisipkan humor atau sindiran, kadang juga menyisipkan data2 sejarah atau ilmu pengetahuan untuk menambah variasi. Dan tidak ketinggalan... adegan2 yang lumayan panas ;)
Cara penuturannya sangat mendetil, bahkan kadang terasa terlalu mendetil untuk bagian yang sebenarnya tidak penting dan tidak punya peranan di cerita utama. Beberapa kali aku harus melompati halaman yang berisi detil nggak penting. Penguraian detilnya sebenarnya menarik, tapi kalo malah memperlambat plot dan bikin pembaca kehilangan fokus ya mending di-skip saja.
Barulah di bagian III dan IV saat Callie mulai menghadapi masalah dengan identitas gendernya kisah menjadi jauh lebih menarik dan terfokus.
Uraian yang Lengkap Tentang Segala Hal
Jeffrey Eugenides tampaknya telah melakukan pekerjaan rumahnya dengan sangat baik. Segala detail tentang kelainan interseksual atau kelamin ganda ini dipaparkan di novel ini, dari cerita dewa hermaphrodite, suku2 tertentu yang menganggap para hermaphrodite sebagai manusia pilihan, hingga berbagai bentuk kelainan kelamin ganda dan solusi operasi bedah medis untuk memperbaikinya.
Eugenides juga menggelar pengetahuannya tentang berbagai budaya manusia. Bukan hanya tentang budaya Yunani yang masih dijaga oleh keluarga Stephanides, tapi juga sedikit menjangkau ke kehidupan sekelompok muslim, kelompok negro, dan kehidupan orang katolik.
Tidak hanya itu, Eugenides juga bisa menyatu secara utuh dengan karakter2nya baik secara fisik, mental, hingga psikologis, dan kemudian menyajikannya secara dramatis kepada pembaca untuk bisa ikut menyelam dalam kondisi yang dihadapi setiap karakter. Misalnya saat menggambarkan betapa membosankan pekerjaan Lefty di pabrik mobil, saat Milton memainkan klarinetnya untuk setiap bagian tubuh Tessie, atau saat Callie terpikat pada sahabat wanitanya. Pembaca akan seperti ikut merasakan sendiri semua sensasinya...
Yah, memang karya yang ambisius :D Pantaslah jika novel ini baru kelar setelah 9 tahun dikerjakan.
Kisah Panjang Tentang Minoritas
Menurutku novel ini adalah novel yang tidak untuk diselesaikan dalam sehari. Baca saja pelan-pelan untuk menyerap semua penuturan Eugenides tentang segala hal yang ia ketahui. Banyaknya detail dan cerita sampingan kadang bikin kehilangan fokus inti cerita. Kadang juga diperlukan wawasan yang cukup luas untuk mengetahui hubungan sepotong kalimat atau satu istilah dengan cerita yang dikisahkan.
Tapi begitu sudah sampai dipertengahan, silakan saja langsung diselesaikan. Karena semuanya menjadi sangat menarik :) Meskipun mungkin kadang akan sedikit tersandung dengan salah ketik dan kerancuan kalimat terjemahan. Nggak pake editor sih ;)
Yang jelas dari semua penjabaran Eugenides di novel ini, kita bisa belajar tentang adanya satu kelompok kecil manusia yang ditakdirkan dengan kondisi kelamin yang tidak sempurna. Dari adanya kelompok kecil itu dan fakta2 ilmiah di belakangnya, terungkaplah bahwa pada suatu tingkat tertentu perbedaan antara pria dan wanita itu sangatlah tipis.
Dunia yang kita tinggali ini memang terlalu kompleks dan rumit untuk hanya dipisahkan dalam hitam dan putih. Kita yang mungkin merasa lebih sempurna harusnya lebih arif dalam memahami kenyataan itu :)
Terjemahan dalam bahasa Indonesia baru saja diterbitkan oleh Serambi, Juni 2007 ini dalam 812 halaman. Lumayan tebal dan berat. Diterjemahkan oleh teman kita Berliani Nugrahani (kita teman kan ya An?.. mintain buku gratis lagi yah.. :D).
Middlesex? apa maksudnya? Sub judul yang dicantumkan akan sedikit menjelaskan judul itu: "Pencarian jati diri seorang manusia berkelamin ganda". Yup tokoh sentral dalam novel ini adalah seorang hermaphrodite. Selain itu Middlesex kebetulan juga adalah nama salah satu tempat tinggal dari para tokoh utama di novel ini.
Hermaphrodite
Calliope Stephanides, generasi ketiga dari imigran Yunani di Amerika, dilahirkan di Detroit sebagai anak perempuan dari pasangan Tessie dan Milton Stephanides. Atau lebih tepatnya divonis sebagai perempuan oleh dokter Philobosian yang sudah mulai rabun. Keluarga Stephanides pun merawat dan membesarkan Callie sebagai perempuan tanpa pernah memeriksa lebih lanjut, karena itu adalah hal yang tabu bagi mereka.
Callie pun tumbuh sebagai anak2 perempuan sebagaimana lazimnya. Tidak terdapat masalah atau kelainan. Masalah mulai timbul ketika Callie memasuki usia puber. Teman2nya di sekolah khusus perempuan telah mulai tumbuh sebagai wanita yang beranjak dewasa, tapi Callie tetap saja berdada rata dan tidak juga mendapatkan haid. Yang terjadi malah suara Callie mulai berubah lebih berat dan tumbuh kumis tipis di atas bibirnya. Berbagai usaha ia lakukan untuk menutupi kelainannya dengan menyumpal dadanya dengan tisu, pura2 mendapat haid, memanjangkan rambut untuk menutupi jakun, dan untungnya wanita berkumis tipis lazim adanya di antara wanita Yunani.
Semakin runyam ketika Callie tertarik dengan sahabat wanitanya. Callie betah berlama-lama bersamanya. Puncaknya ketika Callie diajak berlibur bersama keluarga mereka. Dalam satu kejadian Callie terjatuh dan terluka. Dokter yang merawat lukanya, menemukan kelainan yang sangat aneh pada bagian genital Callie dan melaporkan pada orang tuanya.
Milton dan Tessie, orang tua Callie, membawa Callie ke dokter Peter Luce di New York, dokter spesialis yang banyak menangani kasus kelamin ganda. Ketika membaca berkas milik dokter Luce tentang dirinya, diagnosa dan solusi yang akan diberikan, Callie malah memutuskan melarikan diri dari keluarganya. Callie lari ke barat, ke San Fransisco dengan merubah identitasnya sebagai laki-laki berjuluk Cal Stephanides.
Kisah Keluarga Imigran Yunani
Sinopsis di atas sebenarnya hanya sepotong cerita dari keseluruhan cerita di novel ini. Ada lagi potongan2 lain yang melengkapi novel ini yang bukan hanya tentang Calliope, tapi lebih luas lagi sebagai kisah tentang keluarga imigran Yunani. Keluarga Stephanides.
Mulai dari hubungan Lefty dan Desdemona, kakek dan nenek Calle, saat masih tinggal di Yunani. Desa mereka diserang dan dibakar orang Turki yang menyebabkan mereka mengungsi dan akhirnya mendapat tempat di kapal yang menuju Amerika. Di kapal mereka menikah, pernikahan yang kemudian dianggap sebagai penyebab kelainan Callie. Sampai di Detroit mereka tinggal bersama sepupu mereka Sourmelina. Proses asimilasi Lefty dan Desdemona dengan budaya Amerika dituturkan dengan cukup runtut.
Dilanjutkan ke generasi kedua. Desdemona melahirkan 2 anak, Milton dan Zoe. Saat sudah remaja Milton jatuh hati pada Tessie anak Sourmelina yang masih sepupu keduanya. Meskipun sempat dihalangi karena masih sedarah, akhirnya mereka menikah juga. Dan kemudian Milton dan Tessie dikarunia Chapter Eleven dan Calliope.
Melingkar-lingkar hingga Separuh Buku
Kisah keluarga Stephanides ini dituturkan cukup panjang. Hingga di pertengahan buku, kisahnya masih melingkar-lingkar dalam beragam masalah2 keluarga Stephanides dan tidak juga masuk secara mendetil ke masalah kelainan seksual yang dialami Calliope.
Memang, pernik2 kehidupan Stephanides sangat penuh warna dan menarik untuk diikuti. Apalagi Eugenides cukup piawai meramu cara berceritanya dengan menyisipkan humor atau sindiran, kadang juga menyisipkan data2 sejarah atau ilmu pengetahuan untuk menambah variasi. Dan tidak ketinggalan... adegan2 yang lumayan panas ;)
Cara penuturannya sangat mendetil, bahkan kadang terasa terlalu mendetil untuk bagian yang sebenarnya tidak penting dan tidak punya peranan di cerita utama. Beberapa kali aku harus melompati halaman yang berisi detil nggak penting. Penguraian detilnya sebenarnya menarik, tapi kalo malah memperlambat plot dan bikin pembaca kehilangan fokus ya mending di-skip saja.
Barulah di bagian III dan IV saat Callie mulai menghadapi masalah dengan identitas gendernya kisah menjadi jauh lebih menarik dan terfokus.
Uraian yang Lengkap Tentang Segala Hal
Jeffrey Eugenides tampaknya telah melakukan pekerjaan rumahnya dengan sangat baik. Segala detail tentang kelainan interseksual atau kelamin ganda ini dipaparkan di novel ini, dari cerita dewa hermaphrodite, suku2 tertentu yang menganggap para hermaphrodite sebagai manusia pilihan, hingga berbagai bentuk kelainan kelamin ganda dan solusi operasi bedah medis untuk memperbaikinya.
Eugenides juga menggelar pengetahuannya tentang berbagai budaya manusia. Bukan hanya tentang budaya Yunani yang masih dijaga oleh keluarga Stephanides, tapi juga sedikit menjangkau ke kehidupan sekelompok muslim, kelompok negro, dan kehidupan orang katolik.
Tidak hanya itu, Eugenides juga bisa menyatu secara utuh dengan karakter2nya baik secara fisik, mental, hingga psikologis, dan kemudian menyajikannya secara dramatis kepada pembaca untuk bisa ikut menyelam dalam kondisi yang dihadapi setiap karakter. Misalnya saat menggambarkan betapa membosankan pekerjaan Lefty di pabrik mobil, saat Milton memainkan klarinetnya untuk setiap bagian tubuh Tessie, atau saat Callie terpikat pada sahabat wanitanya. Pembaca akan seperti ikut merasakan sendiri semua sensasinya...
Yah, memang karya yang ambisius :D Pantaslah jika novel ini baru kelar setelah 9 tahun dikerjakan.
Kisah Panjang Tentang Minoritas
Menurutku novel ini adalah novel yang tidak untuk diselesaikan dalam sehari. Baca saja pelan-pelan untuk menyerap semua penuturan Eugenides tentang segala hal yang ia ketahui. Banyaknya detail dan cerita sampingan kadang bikin kehilangan fokus inti cerita. Kadang juga diperlukan wawasan yang cukup luas untuk mengetahui hubungan sepotong kalimat atau satu istilah dengan cerita yang dikisahkan.
Tapi begitu sudah sampai dipertengahan, silakan saja langsung diselesaikan. Karena semuanya menjadi sangat menarik :) Meskipun mungkin kadang akan sedikit tersandung dengan salah ketik dan kerancuan kalimat terjemahan. Nggak pake editor sih ;)
Yang jelas dari semua penjabaran Eugenides di novel ini, kita bisa belajar tentang adanya satu kelompok kecil manusia yang ditakdirkan dengan kondisi kelamin yang tidak sempurna. Dari adanya kelompok kecil itu dan fakta2 ilmiah di belakangnya, terungkaplah bahwa pada suatu tingkat tertentu perbedaan antara pria dan wanita itu sangatlah tipis.
Dunia yang kita tinggali ini memang terlalu kompleks dan rumit untuk hanya dipisahkan dalam hitam dan putih. Kita yang mungkin merasa lebih sempurna harusnya lebih arif dalam memahami kenyataan itu :)
<< Home