Sunday, April 22, 2007

Bebas - Out

Sebuah novel yang ditulis oleh penulis Jepang Natsuo Kirino pada tahun 1997 berjudul "Out", dialih bahasakan oleh penerbit Gramedia dengan judul "Bebas". Diterbitkan bulan April 2007 ini dalam 576 halaman.

Dari gambar sampulnya sedikit sudah tergambar isinya. Sebelah mata seorang wanita dengan pisau tajam mengkilat terhunus di dekatnya. Sebuah cerita gelap yang mengisahkan perjuangan beberapa orang wanita dalam menjalani kehidupannya yang berat hingga akhirnya terjebak dalam satu kondisi yang membuat mereka melanggar satu batasan.

Ditambah dengan label 'Novel Dewasa' di sampul belakangnya, cukuplah sebagai peringatan bagi yang iseng2 ingin tahu isinya. Ini adalah novel yang boleh dibaca hanya oleh mereka yang bisa memisahkan antara fiksi dan realita. Bertaburan adegan sadis yang sanggup membuat ngilu orang yang membacanya.

Wanita2 Putus Asa

Tentang beberapa orang wanita yang putus asa akan hidupnya yang kemudian terperosok dalam satu peristiwa yang menjebak mereka satu demi satu dan tak mungkin lagi kembali ke belakang. Sebuah pembunuhan yang tak direncanakan merubah total jalan hidup mereka.

Empat wanita bekerja shift malam di pabrik makanan kotak di pinggiran Tokyo. Masako, Yayoi, Yoshie, dan Kuniko. Masing-masing memiliki masalah pelik dalam kehidupan pribadinya. Masako tidak akur lagi dengan suami dan anaknya yang sudah remaja. Yoshie, janda miskin, yang harus merawat ibu mertuanya yang sekarat tapi sangat sinis. Kuniko menghadapi tumpukan utang karena gaya hidupnya yang sok kaya.

Sementara Yayoi yang sangat baik dan setia kepada suaminya ternyata akhirnya dikhianati habis2an oleh suaminya. Hingga satu saat Yayoi tak tahan lagi. Ia membunuh Kenji suaminya. Dalam kebingungan Yayoi meminta bantuan Masako untuk menyingkirkan mayat suaminya. Masako bersama kedua temannya akhirnya membantu Yayoi dengan berbagai motivasi. Mayat Kenji dimutilasi dan dibuang ke berbagai tempat.

Beberapa potongan tubuh ditemukan oleh polisi. Berita menggemparkan itu pun segera menyebar ke seluruh kota. Keempat wanita itu pun harus memainkan perannya masing2 agar tidak terbuka kedoknya. Polisi sempat salah duga dengan menahan seorang pemilik klub malam sebagai pelaku pembunuhan. Ketika akhirnya pemilik klub itu dilepaskan dengan bisnis yang terlanjur hancur karena reputasi buruknya, keempat wanita itu mendapat musuh baru yang lebih kejam. Si pemilik klub itu bertekad membalas dendam kepada pelaku pembunuhan yang sebenarnya.

Banyak Detail dan Lambat

Plot cerita berjalan agak lambat, sebagaimana umumnya penulis Jepang Natsuo Kirino banyak memberikan gambaran mendetail dalam setiap adegan. Pembaca yang nggak sabaran mungkin bisa menyerah membaca novel ini. Perasaan dan pikiran setiap tokohnya dilukiskan dengan cukup detail, lengkap dengan latarbelakangnya. Penulis bahkan sering berbalik mengulang satu cerita yang sama tapi dengan menggunakan sudut pandang dari tokoh yang lain. Plot yang lambat itu terbayar dengan menyatunya pembaca dengan setiap tokoh utama.

Dengan detail tersebut, karakter tokoh2nya terbangun cukup kuat. Masako yang dingin, Yoshie yang lelah, Kuniko yang tolol, dan Yayoi yang hilang kesabaran. Nyaris semua tokoh itu digambarkan dengan suasana kehidupan yang gelap. Dalam menjalani rutinitas hidupnya, mereka sebenarnya sedang berteriak putus asa akan beban hidup mereka masing2. Dan ini bisa membuat pembaca ikut merasa depresi saat mengikuti kisah ini.

Penulis berhasil menyusun cerita yang rumit dengan perencanaan yang cukup rapi. Setiap elemen yang akan menjadi bagian dari kisah berikutnya telah dipersiapkan dengan matang di bagian sebelumnya. Nyaris tidak ada potongan cerita yang sia-sia, karena semuanya ikut membangun dan melengkapi cerita inti.

Beberapa alur ceritanya kadang dapat segera ditebak, meskipun masih cukup banyak kejutan disana-sini. Tapi bagi yang menyukai detail dan proses cerita, tiap bagian cerita tetap mengasyikkan untuk dibaca. Dan untunglah endingnya ternyata tidak dibuat terlalu mudah ditebak.

Depressing

Sadis. Itulah yang harus diingatkan untuk setiap orang yang akan membaca buku ini. Proses mutilasi mayat yang berdarah-darah diuraikan cukup panjang sepertinya mampu bikin pembaca merasa mual. Dan masih ada lagi beberapa adegan penyiksaan yang tak kalah sadis dan penuh darah. Ini memang tentang orang2 berdarah dingin yang sudah mati rasa.

Ditambah lagi dengan suasana yang terbangun dari setiap karakternya memang sangatlah dingin dan gelap. Setiap tokoh memiliki sisi gelap yang kemudian mendorong mereka melampaui batas kemanusiaan. Nyaris tidak ada tokoh yang bahagia dengan hidupnya. Pembaca akan ikut merasa tertekan sepanjang jalannya cerita. Tapi bukankah kisah yang bagus itu memang yang mampu membawa pembacanya hanyut bersama cerita?

Sebuah jendela yang membuka pandangan ke suatu penggalan kehidupan dari orang2 rumahan yang terpaksa melakukan perbuatan kriminal yang kejam. Ketika motivasi dan kesempatan itu ada di depan mata dan tak sempat lagi menoleh ke belakang, semuanya pun terjadi begitu saja. Satu nasehat agar kita tetap menjaga akal sehat kita kapan saja dan dalam situasi apa pun.