Tuesday, April 10, 2007
Nefertiti
"Nefertiti" karya Nick Drake ini memikatku karena cukup nyeleneh diantara novel-novel baru yang dipajang di toko buku. Memang ini termasuk di kategori fiksi sejarah, tapi bukan sejenis dengan novel-novel yang berusaha mengorek-ngorek cerita di balik vatikan seperti yang masih booming juga sampai saat ini. Sesuai judulnya, ini adalah fiksi sejarah dengan setting Mesir kuno. Dari settingnya saja sudah terbayang nuansa yang sangat eksotis.
Novel aslinya berjudul sama "Nefertiti, The Book of The Dead" diterbitkan oleh Bantam Press Mei 2006. Penerbit Dastan Books tampaknya cepat sekali mengambil kesempatan untuk mengalihbahasakan novel ini ke bahasa Indonesia. Maret 2007, versi terjemahannya telah dirilis oleh Dastan Books dalam 588 halaman.
Nefertiti adalah Ratu Mesir yang saat ini patung dadanya direproduksi dan dipajang di banyak tempat. Ia adalah istri dari Pharaoh Amenhotep IV (atau Akhenaten). Ia juga ibu mertua sekaligus ibu tiri dari Pharaoh Mesir yang paling terkenal Tutankhamun. Meskipun patungnya banyak ditemukan di puing2 kota tua Amarna, tapi akhir kehidupan dari Nefertiti tidak pernah diketahui. Nefertiti menghilang begitu saja dari sejarah, tanpa catatan dan tanpa makam. Penggalan kisah itulah yang direka oleh Nick Drake dalam novel ini.
Hilangnya Nefertiti
Tokoh utama novel ini adalah Rahotep seorang petugas Medjay, suatu lembaga yang mungkin setara dengan badan intelejen di masa sekarang. Rahotep awalnya bertugas di Thebes, namun secara mendadak ia dipanggil oleh Raja Akhenaten ke Akhetaten (yup, beda satu huruf dengan nama rajanya). Akhetaten adalah ibukota baru yang sedang dibangun oleh Raja, demi memenuhi ambisinya untuk membangun agama baru dengan Akhenaten dan Nefertiti sebagai dewa dan dewi tertinggi.
Rahotep ditugaskan secara langsung oleh Akhenaten dalam satu misi rahasia yang tidak boleh masyarakat umum mengetahuinya. Ia diminta melacak satu kasus, kasus hilangnya Ratu Nefertiti! Hilangnya Nefertiti menjadi masalah yang sangat genting bagi kelangsungan kekuasaan Akhenaten. Karena dalam sepuluh hari lagi akan diadakan Festival besar untuk meresmikan ibukota dan agama baru yang dicanangkan oleh Akhenaten. Jika Nefertiti tidak mendampingi Akhenaten dalam perayaan itu, hilanglah muka Akhenaten di hadapan rakyatnya dan sekian banyak utusan negara tetangga yang telah diundang.
Tugas yang diemban Rahotep tidaklah ringan. Selain diancam oleh Raja bahwa jika sampai hari festival Nefertiti belum ditemukan maka Rahotep dan keluarganya akan dibinasakan, ia juga mendapat halangan dari sekian banyak pihak yang diam-diam menjadi musuh Raja dan Ratu. Musuh mereka antara lain datang dari pihak para pendeta agama lama yang merasa dibuang dan disingkirkan oleh agama baru ciptaan Akhenaten. Musuh yang lain datang dari para oportunis yang mencari2 celah untuk bisa menggulingkan kekuasaan Raja.
Petunjuk yang sangat sedikit, birokrasi yang ketat, dan adanya saling curiga-mencurigai di antar para petinggi kerajaan membuat kemajuan penyelidikan Rahotep berjalan lamban. Sementara waktu terus berjalan mendekati hari penyelenggaraan festival.
Setting Mesir Kuno yang Memikat
Setting Mesir Kuno di novel ini memang sangat memikat dan memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan. Meskipung penggambaran settingnya tidak terlalu detail, tapi cukup memberikan cerita yang menyegarkan dan berbeda dari yang lain. Terus terang saja, aku rada kebingungan menggambarkannya dalam imajinasiku, karena data2 bentuk bangunan Mesir kuno kurang lengkap di memoriku :(
Cuman yang jadi catatanku, kenapa ya di lipatan cover depan di gambar reruntuhan kota tua Mesir kuno itu, kok ada mobil-mobil??? Kan jadinya aneh, novel bersetting tahun 1350-an Sebelum Masehi kok ada gambar mobilnya? Mestinya bisa diedit dulu kan, tidak dibiarkan mentah seperti itu. Padahal covernya keren, tapi mobil2 itu sangat mengganggu.
Intrik di dalam lingkaran kekuasaan kerajaan Mesir dituliskan begitu rumit. Begitu banyak pihak yang kita nggak tahu dia memihak siapa dan melawan siapa. Perseteruan itu dilengkapi juga dengan kekejaman para penguasa dalam melenyapkan rakyat jelata atau musuh politik yang dianggap menghalangi jalannya. Penyiksaan2 yang sadis dituturkan di beberapa bagian novel ini. Buat yang nggak sanggup bacanya, lewatin aja bagian itu :)
Cerita Kriminal yang Kurang Menggigit
Sayangnya sebagai cerita kriminal, novel ini menurutku kurang menggigit. Penyelidikan Rahotep berjalan lambat tanpa memberikan banyak petunjuk kasus yang berarti. Kemajuan demi kemajuan kebanyakan malah terjadi karena faktor kebetulan. Kadang juga Rahotep hanya untung2an asal tebak saja, siapa tahu benar. Untuk sebuah cerita penyidikan kasus kriminal, agak-agak mengecewakan kalau terkuaknya kasus dengan proses yang seperti itu.
Beberapa bagian juga tidak dikisahkan secara lengkap pada endingnya bagaimana kejadian sebenarnya, siapa pelakunya, dan mengapa. Dibiarkan menggantung tanpa penjelasan. Teka-teki yang disajikan yang seharusnya menjadi bagian memikat ternyata tidak digali secara mendalam.
Nick Drake kurang bisa mendramatisasi adegan juga menurutku. Banyak bagian yang seharusnya bisa menjadi scene yang dramatis, malah disajikan datar-datar saja tanpa banyak eksploitasi emosi. Kadang itu bikin aku kehilangan arah dan bertanya-tanya, bagian ini sebenarnya penting nggak sih? kok nggak ada emosinya sama sekali?
Secara singkat, novel ini cukup eksotis dan menarik dengan latar belakang Mesir Kuno nya, tapi tidak cukup menawan sebagai cerita kriminal.
Novel aslinya berjudul sama "Nefertiti, The Book of The Dead" diterbitkan oleh Bantam Press Mei 2006. Penerbit Dastan Books tampaknya cepat sekali mengambil kesempatan untuk mengalihbahasakan novel ini ke bahasa Indonesia. Maret 2007, versi terjemahannya telah dirilis oleh Dastan Books dalam 588 halaman.
Nefertiti adalah Ratu Mesir yang saat ini patung dadanya direproduksi dan dipajang di banyak tempat. Ia adalah istri dari Pharaoh Amenhotep IV (atau Akhenaten). Ia juga ibu mertua sekaligus ibu tiri dari Pharaoh Mesir yang paling terkenal Tutankhamun. Meskipun patungnya banyak ditemukan di puing2 kota tua Amarna, tapi akhir kehidupan dari Nefertiti tidak pernah diketahui. Nefertiti menghilang begitu saja dari sejarah, tanpa catatan dan tanpa makam. Penggalan kisah itulah yang direka oleh Nick Drake dalam novel ini.
Hilangnya Nefertiti
Tokoh utama novel ini adalah Rahotep seorang petugas Medjay, suatu lembaga yang mungkin setara dengan badan intelejen di masa sekarang. Rahotep awalnya bertugas di Thebes, namun secara mendadak ia dipanggil oleh Raja Akhenaten ke Akhetaten (yup, beda satu huruf dengan nama rajanya). Akhetaten adalah ibukota baru yang sedang dibangun oleh Raja, demi memenuhi ambisinya untuk membangun agama baru dengan Akhenaten dan Nefertiti sebagai dewa dan dewi tertinggi.
Rahotep ditugaskan secara langsung oleh Akhenaten dalam satu misi rahasia yang tidak boleh masyarakat umum mengetahuinya. Ia diminta melacak satu kasus, kasus hilangnya Ratu Nefertiti! Hilangnya Nefertiti menjadi masalah yang sangat genting bagi kelangsungan kekuasaan Akhenaten. Karena dalam sepuluh hari lagi akan diadakan Festival besar untuk meresmikan ibukota dan agama baru yang dicanangkan oleh Akhenaten. Jika Nefertiti tidak mendampingi Akhenaten dalam perayaan itu, hilanglah muka Akhenaten di hadapan rakyatnya dan sekian banyak utusan negara tetangga yang telah diundang.
Tugas yang diemban Rahotep tidaklah ringan. Selain diancam oleh Raja bahwa jika sampai hari festival Nefertiti belum ditemukan maka Rahotep dan keluarganya akan dibinasakan, ia juga mendapat halangan dari sekian banyak pihak yang diam-diam menjadi musuh Raja dan Ratu. Musuh mereka antara lain datang dari pihak para pendeta agama lama yang merasa dibuang dan disingkirkan oleh agama baru ciptaan Akhenaten. Musuh yang lain datang dari para oportunis yang mencari2 celah untuk bisa menggulingkan kekuasaan Raja.
Petunjuk yang sangat sedikit, birokrasi yang ketat, dan adanya saling curiga-mencurigai di antar para petinggi kerajaan membuat kemajuan penyelidikan Rahotep berjalan lamban. Sementara waktu terus berjalan mendekati hari penyelenggaraan festival.
Setting Mesir Kuno yang Memikat
Setting Mesir Kuno di novel ini memang sangat memikat dan memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan. Meskipung penggambaran settingnya tidak terlalu detail, tapi cukup memberikan cerita yang menyegarkan dan berbeda dari yang lain. Terus terang saja, aku rada kebingungan menggambarkannya dalam imajinasiku, karena data2 bentuk bangunan Mesir kuno kurang lengkap di memoriku :(
Cuman yang jadi catatanku, kenapa ya di lipatan cover depan di gambar reruntuhan kota tua Mesir kuno itu, kok ada mobil-mobil??? Kan jadinya aneh, novel bersetting tahun 1350-an Sebelum Masehi kok ada gambar mobilnya? Mestinya bisa diedit dulu kan, tidak dibiarkan mentah seperti itu. Padahal covernya keren, tapi mobil2 itu sangat mengganggu.
Intrik di dalam lingkaran kekuasaan kerajaan Mesir dituliskan begitu rumit. Begitu banyak pihak yang kita nggak tahu dia memihak siapa dan melawan siapa. Perseteruan itu dilengkapi juga dengan kekejaman para penguasa dalam melenyapkan rakyat jelata atau musuh politik yang dianggap menghalangi jalannya. Penyiksaan2 yang sadis dituturkan di beberapa bagian novel ini. Buat yang nggak sanggup bacanya, lewatin aja bagian itu :)
Cerita Kriminal yang Kurang Menggigit
Sayangnya sebagai cerita kriminal, novel ini menurutku kurang menggigit. Penyelidikan Rahotep berjalan lambat tanpa memberikan banyak petunjuk kasus yang berarti. Kemajuan demi kemajuan kebanyakan malah terjadi karena faktor kebetulan. Kadang juga Rahotep hanya untung2an asal tebak saja, siapa tahu benar. Untuk sebuah cerita penyidikan kasus kriminal, agak-agak mengecewakan kalau terkuaknya kasus dengan proses yang seperti itu.
Beberapa bagian juga tidak dikisahkan secara lengkap pada endingnya bagaimana kejadian sebenarnya, siapa pelakunya, dan mengapa. Dibiarkan menggantung tanpa penjelasan. Teka-teki yang disajikan yang seharusnya menjadi bagian memikat ternyata tidak digali secara mendalam.
Nick Drake kurang bisa mendramatisasi adegan juga menurutku. Banyak bagian yang seharusnya bisa menjadi scene yang dramatis, malah disajikan datar-datar saja tanpa banyak eksploitasi emosi. Kadang itu bikin aku kehilangan arah dan bertanya-tanya, bagian ini sebenarnya penting nggak sih? kok nggak ada emosinya sama sekali?
Secara singkat, novel ini cukup eksotis dan menarik dengan latar belakang Mesir Kuno nya, tapi tidak cukup menawan sebagai cerita kriminal.
<< Home