Tuesday, March 13, 2007

Deception Point

Novel ke-2 dari Dan Brown setelah Digital Fortress ini akhirnya diterjemahkan juga oleh Serambi. "Deception Point" memang aslinya ditulis dan diterbitkan sebelum Da Vinci Code dan Angels & Demons. Diterjemahkan oleh Isma B Koesalamwardi dan Hendry M Toenaja dalam 631 halaman, diterbitkan oleh Serambi Oktober 2006.

Lumayan lama nganggur di rak bukuku tidak sempat terbaca. Kebetulan mood bacaku lagi menurun drastis, karena banyaknya urusan kerjaan dan kegiatan lain-lain. Meskipun sebenarnya aku tahu banget, novel2 Dan Brown pastilah menarik dengan plot berlapis yang seru. Dan saat aku pengen membangkitkan lagi keinginan membaca, novel inilah yang aku pilih.

Penemuan Ilmiah dan Intrik Politik

Berlatarbelakang masa-masa menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat. Presiden saat itu, Zach Herney, masih memiliki ambisi kembali memangku jabatan untuk yang kedua kalinya. Tapi tidak semudah itu, ada Senator Sedgewick Sexton yang juga memiliki ambisi yang sama dan gencar menyerang kebijakan2 Presiden untuk menjatuhkan pamor Presiden.

Tokoh utama dalam novel ini adalah Rachel Sexton, putri Senator Sedgewick Sexton yang tidak sepenuhnya memihak pada ayahnya. Rachel bekerja di NRO (National Reconnaissance Office), sebuah badan milik pemerintah yang bertugas mengumpulkan segala macam data dengan berbagai cara menjadi laporan intelijen yang menjadi sumber acuan badan pemerintah lainnya. Jadi secara tidak langsung Rachel bekerja di pihak Presiden.

Seperti biasa, Dan Brown selalu mengawali novelnya dengan peristiwa pembunuhan. Kali ini adalah seorang ilmuwan dari Kanada yang sedang melakukan penelitian di Arktik Kutub Utara. Sebuah langkah yang cukup jitu, menciptakan thriller sejak bagian pertama untuk memikat pembaca.

Kisah berlanjut dengan Rachel Sexton dipanggil oleh Presiden dan ditugaskan secara rahasia menuju suatu tempat dimana NASA telah mendapatkan sebuah penemuan besar sepanjang sejarah. Penemuan itu sementara masih dirahasiakan hingga data2 yang terkumpul cukup akurat dan memadai untuk dipublikasikan.

NASA pada saat itu sedang menghadapi tekanan keras terutama dari kubu Senator Sexton. Senator Sexton menganggap NASA adalah badan yang banyak menghamburkan uang dengan hasil yang sangat minim. Dan Sexton banyak mendapatkan dukungan dari masyarakat berkat isu yang ia lemparkan ini.

Penemuan itu seolah bagaikan angin segar buat NASA untuk melejitkan kembali pamornya. Sebuah temuan berupa fosil di dalam sebuah batu meteor tua (bocorin aja deh, toh di sampul belakang juga sudah disebut :) ) akan menjadi sejarah besar buat NASA. Presiden sengaja menyimpannya beberapa saat untuk memukul telak semua serangan Sexton.

Rachel yang diharapkan Presiden menjadi salah seorang saksi dari kubu yang netral hanya bisa terpana saat melihat sendiri semua temuan itu. Tapi kemudian cerita berkembang menjadi seperti yang tertulis di sampul depan novel ini: "Tak satu pun seperti yang terlihat, di balik setiap sudut terdapat kejutan yang mencengangkan". Dari sekedar sebagai saksi, Rachel bersama dua orang peneliti sipil non NASA, Michael Tolland dan Corky Marlinson, malah menjadi target pasukan rahasia untuk dilenyapkan.

Dan Brown Memang Jago Bercerita

Seperti novel2nya yang lain, Dan Brown membuktikan dirinya sebagai seorang yang piawai dalam bercerita. Dengan plot berlapis dari sejumlah karakternya Dan Brown menyajikan ketegangan demi ketegangan dalam tempo yang cukup cepat. Pengenalan karakter ia lakukan bersamaan dengan berkembangnya cerita, sehingga ritme cerita bisa tetap terjaga. Pembagian babnya yang pendek-pendek seringkali diakhiri dengan kejutan yang membuat pembaca terus penasaran dengan kelanjutan cerita.

Menjadi semakin lengkap ketika kemampuan bercerita Dan Brown didukung penuh dengan data dan informasi yang lengkap dan mendetail. Dalam novel ini Dan Brown memamerkan pengetahuannya tentang meteor, tentang kehidupan dan fenomena laut, tentang NASA, dan juga tentang politik dalam pemilihan presiden Amerika. Di tangan Dan Brown data-data itu bisa menjadi sebuah cerita yang memikat.

Entah yang mana yang ia temukan dahulu, data2 tersebut yang memberi inspirasi cerita, atau timbul ide cerita terlebih dahulu baru ia melakukan riset?

Sebagai sebuah cerita thriller, tentu saja bakal terjadi beberapa kali pertumpahan darah dan melayangnya beberapa nyawa dengan sia-sia. Dan Brown cukup tega membunuh beberapa karakter yang awalnya memegang peranan penting, demi mendapatkan kejutan dan suspense yang lebih menggigit.

Dibumbui dengan intrik-intrik politik yang sangat kental, plus beberapa skandal, dan tentunya sedikit kisah cinta sebagai pemanis, novel ini membuktikan bahwa Dan Brown memang penulis thriller yang kampiun. Pantaslah kalau novel2nya menjadi best seller.