Tuesday, May 29, 2007
The Amulet of Samarkand
Sejenak beralih membaca novel fantasi sepertinya menyenangkan juga, meskipun itu sebenarnya bukan genre favoritku. Terbukti ketika seluruh dunia dilanda demam Harry Potter, aku tenang2 saja dan belum pernah membaca satu seri pun :) Tapi nonton filmnya sudah pernah sih.
Entah kenapa ketika "The Bartimaeus Trilogy" muncul terjemahannya, jadi tergoda ingin baca. Mungkin karena terpikat covernya yang keren, atau mungkin karena memang sedang jenuh dengan novel2 yang terlalu serius.
Penerbit Gramedia baru saja menerbitkan buku pertama dari Bartimaeus Trilogy karya Jonathan Stroud ini. Judulnya "The Amulet of Samarkand". Buku aslinya diterbitkan tahun 2003. Terjemahannya ini dirilis Mei 2007 dalam 512 halaman.
Tentang Penyihir Cilik Juga
Pada suatu masa yang fiktif, Parlemen Inggris di London dikuasai oleh para penyihir. Hanya para penyihir yang menjadi menteri dan anggota parlemen. Manusia biasa hanyalah para "commoner" yang terjebak dalam kehidupan yang biasa2 saja. Menjadi penyihir adalah status yang sangat tinggi, dan hanya orang2 terpilih dan terlatih yang dapat menapakinya.
Nathaniel adalah salah satu anak yang terpilih. Ia dipisahkan secara total dari kedua orangtuanya sejak usia 6 tahun untuk dididik oleh penyihir kawakan. Menteri Arthur Underwood ditugaskan menjadi Masternya yang akan membimbingnya hingga menjadi penyihir yang nantinya layak menjabat tugas kenegaraan. Pada usia 12 tahun Nathaniel akan resmi menjadi penyihir muda dan mendapat nama baru.
Mr. Underwood mendidiknya dengan disiplin namun minus kasih sayang. Dia mengajarkan apa yang ia ingin ajarkan, bukan apa yang dibutuhkan Nathaniel. Kemampuan Nathaniel menyerap pelajaran ternyata sangat hebat. Diam-diam dia sering membaca buku2 sihir tingkat yang lebih tinggi yang belum waktunya ia pelajari.
Hingga pada suatu waktu, Mr. Underwood kedatangan tiga orang tamu sesama penyihir. Mr. Underwood memperkenalkan Nathaniel kepada para tamunya. Simon Lovelace, salah satu tamu itu, menguji Nathaniel dengan beberapa pertanyaan. Ketika Nathaniel mampu menjawab semua pertanyaan bahkan yang belum diajarkan Masternya, Simon malah mengejeknya. Nathaniel sakit hati, ia masuk ke dalam dan mengeluarkan serangga untuk menyerang para tamu. Simon dan tamu lainnya marah besar, Nathaniel dihukum tanpa ampun. Mr. Underwood sama sekali tidak berusaha melindunginya.
Sejak saat itu Nathaniel memendam dendam terhadap Simon Lovelace. Menjelang usianya yang kedua belas saat ia boleh melakukan pemanggilan mahluk gaib pertamanya, Nathaniel telah memiliki ilmu yang jauh melebihi usianya. Sebelum masternya mengajak untuk melakukan ritual pemanggilan mahluk terlemah, Nathaniel telah berhasil melakukan ritual pemanggilan terhadap mahluk kelas menengah. Mahluk itu dari jenis Jin. Namanya adalah Bartimaeus.
Bartimaeus sempat tidak percaya bahwa yang memanggilnya adalah seorang anak yang baru belajar sihir. Tapi ia melihat tidak ada kesalahan dalam ritual yang dilakukan anak itu, Bartimaeus tidak bisa berbuat apa2 selain patuh dan mengikuti perintah Master yang memanggilnya. Dan tugas Bartimaeus adalah membalas dendam Nathaniel. Ia diperintah memata2i Simon Lovelace dan mencuri salah satu benda sihir yang sangat dijaga Simon. Bartimaeus mengambil sebuah benda yang dikenal sebagai Amulet of Samarkand.
Pencurian itu ternyata berbuntut heboh dan sangat panjang. Simon mengerahkan seluruh kemampuan dan tentara ghaibnya untuk mendapatkan kembali Amulet tersebut. Simon sangat membutuhkan Amulet itu untuk sebuah rencana besar yang segera ia laksanakan. Nathaniel dan Bartimaeus pun terjebak dalam sebuah konspirasi besar yang akan mengakibatkan banyak nyawa melayang.
Tanpa Detail Mantra dan Ritual
Karya fiksi fantasi yang sangat imajinatif. Mungkin bakal dibanding-bandingkan dengan Harry Potter, tapi sayang aku tidak bisa komentar dari sisi itu karena belum pernah baca Harry Potter :). Yang jelas detil fantasi yang dirancang oleh Jonathan Stroud sangatlah lengkap dan juga konsisten sepanjang cerita. Dunia ghaib dan segala tatanannya telah disusun dengan baik sebelumnya untuk kemudian dijabarkan sebagai latar belakang cerita. Karena ini adalah dunia hasil fantasi, maka apapun tatanan yang dirancang oleh penulis adalah sah-sah saja, selama tetap dijaga konsistensinya.
Detil setting dan elemen2 sihir tidak terlalu dijabarkan disini. Tidak ada contoh kata2 aneh yang menjadi rapal mantra2 tertentu, hanya diceritakan bahwa si pelaku sedang merapalkan mantra tertentu. Ritual2 pemanggilan atau aksi sihir lainnya juga tidak diurai satu demi satu, hanya sebatas menggambar pentacle dan memasang lilin.
Plotnya Seru, Karakternya Hebat
Tapi itu tidak mengurangi keasyikan membaca kisah ini. Plot ceritanya menyajikan deretan kisah yang seru. Sebuah dunia baru dengan aturannya sendiri dimana penyihir menguasai dunia, dan para mahluk halus menjadi suruhan para penyihir untuk kepentingan pribadi masing-masing. Setiap penyihir menyimpan ambisinya masing2. Status sosial mereka yang di atas manusia biasa membuat kebanyakan dari mereka menjadi pongah. Gesekan dan persaingan antar penyihir inilah yang membangun cerita ini.
Dunia para mahluk gaibnya juga tidak kalah seru. Malah pada setengah bagian cerita Bartimaeus adalah penutur pertama. Berbagai kelas dan bentuk demon tersebar di seluruh cerita. Kita harus melambungkan sendiri imajinasi kita untuk menggambarkan setiap mahluk yang diceritakan disini dan juga untuk membayangkan unjuk kekuatan mereka masing-masing.
Karakter Bartimaeus dan Nathaniel cukup menarik. Bartimaeus yang sudah berusia ribuan tahun dan mengalami banyak hal kadang malah menjadi guru bagi Nathaniel dengan caranya sendiri. Dengan ejekan dan sikap sinisnya ia menuntun Nathaniel yang masih terbata2 di dunia penyihir. Bartimaeus yang sebenarnya merasa terhina karena diperintah oleh anak kecil, lama kelamaan bersimpati kepada keteguhan hati Nathaniel yang masih sangat muda. Sementara Nathaniel adalah tipe anak pemberontak yang pantang mundur ke belakang. Keras kepala dan independen.
Hanya saja, meskipun Nathaniel memiliki kecerdasan dan kemampuan yang di atas rata-rata, tapi dia tidak digambarkan sepenuhnya sebagai "good boy". Mungkin malah lebih wajar begitu. Keinginannya untuk membalas dendam lebih berat kepada orang yang pernah menyakitinya telah membawa kedalam sebuah kesulitan besar. Dan tampaknya memiliki bakat untuk menjadi orang yang ambisius untuk menjadi penguasa.
Menuju Film?
Yang pasti ini buku yang menyenangkan untuk dibaca sampai habis. Bikin penasaran bagaimana akhirnya Nathaniel berjuang untuk membalas dendamnya padahal harapan hidup sudah sangat tipis. Aksi sihir menyihir dan pergulatan antar jin yang penuh dengan ledakan dan efek yang tidak terbayangkan sepertinya menuntut untuk segera difilmkan :)
Entah kenapa ketika "The Bartimaeus Trilogy" muncul terjemahannya, jadi tergoda ingin baca. Mungkin karena terpikat covernya yang keren, atau mungkin karena memang sedang jenuh dengan novel2 yang terlalu serius.
Penerbit Gramedia baru saja menerbitkan buku pertama dari Bartimaeus Trilogy karya Jonathan Stroud ini. Judulnya "The Amulet of Samarkand". Buku aslinya diterbitkan tahun 2003. Terjemahannya ini dirilis Mei 2007 dalam 512 halaman.
Tentang Penyihir Cilik Juga
Pada suatu masa yang fiktif, Parlemen Inggris di London dikuasai oleh para penyihir. Hanya para penyihir yang menjadi menteri dan anggota parlemen. Manusia biasa hanyalah para "commoner" yang terjebak dalam kehidupan yang biasa2 saja. Menjadi penyihir adalah status yang sangat tinggi, dan hanya orang2 terpilih dan terlatih yang dapat menapakinya.
Nathaniel adalah salah satu anak yang terpilih. Ia dipisahkan secara total dari kedua orangtuanya sejak usia 6 tahun untuk dididik oleh penyihir kawakan. Menteri Arthur Underwood ditugaskan menjadi Masternya yang akan membimbingnya hingga menjadi penyihir yang nantinya layak menjabat tugas kenegaraan. Pada usia 12 tahun Nathaniel akan resmi menjadi penyihir muda dan mendapat nama baru.
Mr. Underwood mendidiknya dengan disiplin namun minus kasih sayang. Dia mengajarkan apa yang ia ingin ajarkan, bukan apa yang dibutuhkan Nathaniel. Kemampuan Nathaniel menyerap pelajaran ternyata sangat hebat. Diam-diam dia sering membaca buku2 sihir tingkat yang lebih tinggi yang belum waktunya ia pelajari.
Hingga pada suatu waktu, Mr. Underwood kedatangan tiga orang tamu sesama penyihir. Mr. Underwood memperkenalkan Nathaniel kepada para tamunya. Simon Lovelace, salah satu tamu itu, menguji Nathaniel dengan beberapa pertanyaan. Ketika Nathaniel mampu menjawab semua pertanyaan bahkan yang belum diajarkan Masternya, Simon malah mengejeknya. Nathaniel sakit hati, ia masuk ke dalam dan mengeluarkan serangga untuk menyerang para tamu. Simon dan tamu lainnya marah besar, Nathaniel dihukum tanpa ampun. Mr. Underwood sama sekali tidak berusaha melindunginya.
Sejak saat itu Nathaniel memendam dendam terhadap Simon Lovelace. Menjelang usianya yang kedua belas saat ia boleh melakukan pemanggilan mahluk gaib pertamanya, Nathaniel telah memiliki ilmu yang jauh melebihi usianya. Sebelum masternya mengajak untuk melakukan ritual pemanggilan mahluk terlemah, Nathaniel telah berhasil melakukan ritual pemanggilan terhadap mahluk kelas menengah. Mahluk itu dari jenis Jin. Namanya adalah Bartimaeus.
Bartimaeus sempat tidak percaya bahwa yang memanggilnya adalah seorang anak yang baru belajar sihir. Tapi ia melihat tidak ada kesalahan dalam ritual yang dilakukan anak itu, Bartimaeus tidak bisa berbuat apa2 selain patuh dan mengikuti perintah Master yang memanggilnya. Dan tugas Bartimaeus adalah membalas dendam Nathaniel. Ia diperintah memata2i Simon Lovelace dan mencuri salah satu benda sihir yang sangat dijaga Simon. Bartimaeus mengambil sebuah benda yang dikenal sebagai Amulet of Samarkand.
Pencurian itu ternyata berbuntut heboh dan sangat panjang. Simon mengerahkan seluruh kemampuan dan tentara ghaibnya untuk mendapatkan kembali Amulet tersebut. Simon sangat membutuhkan Amulet itu untuk sebuah rencana besar yang segera ia laksanakan. Nathaniel dan Bartimaeus pun terjebak dalam sebuah konspirasi besar yang akan mengakibatkan banyak nyawa melayang.
Tanpa Detail Mantra dan Ritual
Karya fiksi fantasi yang sangat imajinatif. Mungkin bakal dibanding-bandingkan dengan Harry Potter, tapi sayang aku tidak bisa komentar dari sisi itu karena belum pernah baca Harry Potter :). Yang jelas detil fantasi yang dirancang oleh Jonathan Stroud sangatlah lengkap dan juga konsisten sepanjang cerita. Dunia ghaib dan segala tatanannya telah disusun dengan baik sebelumnya untuk kemudian dijabarkan sebagai latar belakang cerita. Karena ini adalah dunia hasil fantasi, maka apapun tatanan yang dirancang oleh penulis adalah sah-sah saja, selama tetap dijaga konsistensinya.
Detil setting dan elemen2 sihir tidak terlalu dijabarkan disini. Tidak ada contoh kata2 aneh yang menjadi rapal mantra2 tertentu, hanya diceritakan bahwa si pelaku sedang merapalkan mantra tertentu. Ritual2 pemanggilan atau aksi sihir lainnya juga tidak diurai satu demi satu, hanya sebatas menggambar pentacle dan memasang lilin.
Plotnya Seru, Karakternya Hebat
Tapi itu tidak mengurangi keasyikan membaca kisah ini. Plot ceritanya menyajikan deretan kisah yang seru. Sebuah dunia baru dengan aturannya sendiri dimana penyihir menguasai dunia, dan para mahluk halus menjadi suruhan para penyihir untuk kepentingan pribadi masing-masing. Setiap penyihir menyimpan ambisinya masing2. Status sosial mereka yang di atas manusia biasa membuat kebanyakan dari mereka menjadi pongah. Gesekan dan persaingan antar penyihir inilah yang membangun cerita ini.
Dunia para mahluk gaibnya juga tidak kalah seru. Malah pada setengah bagian cerita Bartimaeus adalah penutur pertama. Berbagai kelas dan bentuk demon tersebar di seluruh cerita. Kita harus melambungkan sendiri imajinasi kita untuk menggambarkan setiap mahluk yang diceritakan disini dan juga untuk membayangkan unjuk kekuatan mereka masing-masing.
Karakter Bartimaeus dan Nathaniel cukup menarik. Bartimaeus yang sudah berusia ribuan tahun dan mengalami banyak hal kadang malah menjadi guru bagi Nathaniel dengan caranya sendiri. Dengan ejekan dan sikap sinisnya ia menuntun Nathaniel yang masih terbata2 di dunia penyihir. Bartimaeus yang sebenarnya merasa terhina karena diperintah oleh anak kecil, lama kelamaan bersimpati kepada keteguhan hati Nathaniel yang masih sangat muda. Sementara Nathaniel adalah tipe anak pemberontak yang pantang mundur ke belakang. Keras kepala dan independen.
Hanya saja, meskipun Nathaniel memiliki kecerdasan dan kemampuan yang di atas rata-rata, tapi dia tidak digambarkan sepenuhnya sebagai "good boy". Mungkin malah lebih wajar begitu. Keinginannya untuk membalas dendam lebih berat kepada orang yang pernah menyakitinya telah membawa kedalam sebuah kesulitan besar. Dan tampaknya memiliki bakat untuk menjadi orang yang ambisius untuk menjadi penguasa.
Menuju Film?
Yang pasti ini buku yang menyenangkan untuk dibaca sampai habis. Bikin penasaran bagaimana akhirnya Nathaniel berjuang untuk membalas dendamnya padahal harapan hidup sudah sangat tipis. Aksi sihir menyihir dan pergulatan antar jin yang penuh dengan ledakan dan efek yang tidak terbayangkan sepertinya menuntut untuk segera difilmkan :)
<< Home