Wednesday, July 18, 2007
(Errr...) Selamanya
Hehehe.. jangan pada kaget gitu lah. Biasa aja kali. Memang sih, ini kayaknya keluar dari jalur genre buku yang biasanya aku baca dan review di blog ini. Novel romantis remaja.. huhuhu.. adaptasi dari filmnya Multivision pula :) Nggak "gue banget" dah :p Aku juga kaget kok :D
Ini semua juga diawali oleh suatu kekagetan. Tiba-tiba saja ada yang kasih tahu kalau seorang temen blogger yang rajin mencela, telah menerbitkan novel perdananya. Wua!... Novel itu berjudul "Selamanya", dengan genre novel percintaan remaja. Whuaa!! .. Dan itu adalah novel adaptasi dari film berjudul sama yang diperankan Julie Estelle dan Dimas Seto, produksi Multivision.. Whuahahahaha!!! ;))
Rio Rinaldo, temen blogger yang emang jago nulis, adalah seorang pencela sejati :D Tapi setahuku selama ini nggak pernah ada tanda-tanda akan mengawali karir penulisan fiksi dari segmen cerita romantis.. Atau mungkin ini sebenarnya adalah hasrat terpendam yang tidak pernah tersalurkan? .. who knows ;))
Oke, novel ini diterbitkan untuk mengawal peluncuran filmnya. "Selamanya", terbitan Gagas Media, 2007, 168 halaman. Disusun berdasarkan script film yang ditulis oleh Sekar Ayu Asmara. Dilengkapi dengan tagline 'true love lasts forever'...
Kisah Cinta Pecandu Narkoba
Bara adalah mantan pecandu narkoba yang telah bersih. Sekarang dia selain sibuk dengan pekerjaan rutinnya, juga sering menjadi relawan membantu menyadarkan dan menyembuhkan para pecandu narkoba yang masih terjebak dalam lingkaran setan. Bara telah mampu bangkit dari keterpurukannya di masa lalu. Bahkan ia telah memutuskan untuk segera menikahi Nina pacarnya selama 4 tahun ini.
Tapi bagaimana jika pada malam saat Bara meminta Nina untuk menjadi istrinya dan menyematkan cincin pengikat, suatu kejadian malah mempertemukan Bara dengan Aristha. Cinta sejatinya yang hilang 6 tahun yang lalu...
Bara meninggalkan Aristha 6 tahun yang lalu tanpa pamit untuk menjalani rehabilitasi. Setelah sembuh, ganti Bara yang mencari Aristha dan tak pernah ketemu. 6 tahun kemudian Bara akhirnya bertemu lagi dengan Aristha, yang ternyata masih menjadi pemakai.
Siapakah yang akan dipilih Bara? Nina yang telah banyak berkorban selama 4 tahun ini, ataukah Aristha cinta sejatinya yang telah lama menghilang? Kayaknya udah gampang ditebak dari taglinenya, pastilah cinta sejati yang menang ;) Apalagi Bara merasa berdosa kepada Aristha, karena dia lah dulu yang menjerumuskan Aristha hingga menjadi pemakai seperti dirinya.
Ya Gitu Deh :)
Ya begitulah, as simple as that. Nggak terlalu neko-neko. Tidak ada jalinan cinta yang rumit dengan masalah yang aneh-aneh. Mungkin terasa seperti nonton sinetron, karena ceritanya ya biasa aja. Sebenernya sih nggak bisa dibilang biasa aja, tapi hampir semua konfliknya itu udah terasa klise gitu. Tidak ada yang baru. Apalagi ada satu momen tentang "hidupnya tinggal beberapa bulan lagi"... oh plisss! Untung nggak ada yang amnesia .. :D
Sepertinya tema besar yang diusung adalah "Jauhi Narkoba". Pelaku utamanya adalah pemakai dan mantan pemakai. Selain bercerita tentang jaringan bandar yang telah menyebar dimana-mana, proses transaksi, hingga penggerebekan polisi, di dalamnya juga diceritakan perjuangan salah satu pelaku saat menjalani proses rehabilitasi yang menyengsarakan. Pada bagian itu lumayan menarik juga.
Bunga-bunga cerita yang melengkapi kisah ini rasanya belum mampu menambah greget. Keberadaan Chacha, sahabat Aristha, yang berprofesi sebagai stripper terasa seperti tempelan biar ada bagian yang hot ;) Kemalangan beruntun yang dialami Aristha juga kayaknya terlalu dibuat2 demi mendramatisir jalannya cerita.
Keterbatasan Novel Adaptasi
Karena novelnya tipis, kayaknya nggak mungkin menuntut pendalaman karakter dan penjabaran detail yang terlalu mendalam. Apa memang jumlah halamannya dibatasi? biar lebih terjangkau oleh pasar abege? Tapi ya jadinya gitu, cerita dan karakternya terasa dangkal hanya di permukaan saja. Ekspresinya nyaris datar-datar saja. Emosi karakternya juga kadang tidak konsisten terjaga, bisa tiba2 berubah tanpa proses.
Ada satu pertanyaan, apakah bikin novel adaptasi film itu harus terpaku dengan dialog yang telah tersusun dalam script film ya? Penulis hanya berkewajiban menjabarkan narasi, setting, dan merangkai dialog demi dialog tanpa boleh berimprovisasi? Dan kalau dialog yang dibikin pembikin script terasa 'garing' tanpa jiwa, apa nggak boleh diberi perubahan sedikit?
Lalu, penulis novel dan sutradara filmnya ada kolaborasi nggak sih? Masing2 kan harus menginterpretasikan sendiri script film itu dalam medianya masing2. Sementara script film isinya cuma dialog dan setting, dan cara interpretasi tiap orang kan bisa beda-beda. Kalau bekerja sendiri-sendiri bisa-bisa film sama novelnya jadi beda.
Selamat Rio.. :)
Oke deh Rio, selamat dan salut buat karya komersial perdana loe. Gw tau ini bukan hasil karyamu seutuhnya, lo harus mengembangkan cerita milik orang lain. Pasti susah dan mungkin nggak sesuai dengan jiwa dan karakter lu sendiri. Jadi gw nggak bisa nyalahin dan mencela2 elu seenaknya :D
Cuman kalo sebenarnya tidak ada pembatasan halaman dan boleh bebas berimprovisasi, harusnya lu bisa berbuat lebih banyak deh, biar nggak hambar gitu :) Gw yakin lu mestinya punya sisi romantis yang bisa digali lebih dalam.. ;)
Oh iya, gw pengen tahu banget gimana ekspresi lu waktu nulis kalimat ini..
"Ada dua putih yang paling putih buatku... Cinta.. dan kamu" ...
Lu nyengir, muntah2 atau malah berkaca-kaca?... Hihihi...
Ini semua juga diawali oleh suatu kekagetan. Tiba-tiba saja ada yang kasih tahu kalau seorang temen blogger yang rajin mencela, telah menerbitkan novel perdananya. Wua!... Novel itu berjudul "Selamanya", dengan genre novel percintaan remaja. Whuaa!! .. Dan itu adalah novel adaptasi dari film berjudul sama yang diperankan Julie Estelle dan Dimas Seto, produksi Multivision.. Whuahahahaha!!! ;))
Rio Rinaldo, temen blogger yang emang jago nulis, adalah seorang pencela sejati :D Tapi setahuku selama ini nggak pernah ada tanda-tanda akan mengawali karir penulisan fiksi dari segmen cerita romantis.. Atau mungkin ini sebenarnya adalah hasrat terpendam yang tidak pernah tersalurkan? .. who knows ;))
Oke, novel ini diterbitkan untuk mengawal peluncuran filmnya. "Selamanya", terbitan Gagas Media, 2007, 168 halaman. Disusun berdasarkan script film yang ditulis oleh Sekar Ayu Asmara. Dilengkapi dengan tagline 'true love lasts forever'...
Kisah Cinta Pecandu Narkoba
Bara adalah mantan pecandu narkoba yang telah bersih. Sekarang dia selain sibuk dengan pekerjaan rutinnya, juga sering menjadi relawan membantu menyadarkan dan menyembuhkan para pecandu narkoba yang masih terjebak dalam lingkaran setan. Bara telah mampu bangkit dari keterpurukannya di masa lalu. Bahkan ia telah memutuskan untuk segera menikahi Nina pacarnya selama 4 tahun ini.
Tapi bagaimana jika pada malam saat Bara meminta Nina untuk menjadi istrinya dan menyematkan cincin pengikat, suatu kejadian malah mempertemukan Bara dengan Aristha. Cinta sejatinya yang hilang 6 tahun yang lalu...
Bara meninggalkan Aristha 6 tahun yang lalu tanpa pamit untuk menjalani rehabilitasi. Setelah sembuh, ganti Bara yang mencari Aristha dan tak pernah ketemu. 6 tahun kemudian Bara akhirnya bertemu lagi dengan Aristha, yang ternyata masih menjadi pemakai.
Siapakah yang akan dipilih Bara? Nina yang telah banyak berkorban selama 4 tahun ini, ataukah Aristha cinta sejatinya yang telah lama menghilang? Kayaknya udah gampang ditebak dari taglinenya, pastilah cinta sejati yang menang ;) Apalagi Bara merasa berdosa kepada Aristha, karena dia lah dulu yang menjerumuskan Aristha hingga menjadi pemakai seperti dirinya.
Ya Gitu Deh :)
Ya begitulah, as simple as that. Nggak terlalu neko-neko. Tidak ada jalinan cinta yang rumit dengan masalah yang aneh-aneh. Mungkin terasa seperti nonton sinetron, karena ceritanya ya biasa aja. Sebenernya sih nggak bisa dibilang biasa aja, tapi hampir semua konfliknya itu udah terasa klise gitu. Tidak ada yang baru. Apalagi ada satu momen tentang "hidupnya tinggal beberapa bulan lagi"... oh plisss! Untung nggak ada yang amnesia .. :D
Sepertinya tema besar yang diusung adalah "Jauhi Narkoba". Pelaku utamanya adalah pemakai dan mantan pemakai. Selain bercerita tentang jaringan bandar yang telah menyebar dimana-mana, proses transaksi, hingga penggerebekan polisi, di dalamnya juga diceritakan perjuangan salah satu pelaku saat menjalani proses rehabilitasi yang menyengsarakan. Pada bagian itu lumayan menarik juga.
Bunga-bunga cerita yang melengkapi kisah ini rasanya belum mampu menambah greget. Keberadaan Chacha, sahabat Aristha, yang berprofesi sebagai stripper terasa seperti tempelan biar ada bagian yang hot ;) Kemalangan beruntun yang dialami Aristha juga kayaknya terlalu dibuat2 demi mendramatisir jalannya cerita.
Keterbatasan Novel Adaptasi
Karena novelnya tipis, kayaknya nggak mungkin menuntut pendalaman karakter dan penjabaran detail yang terlalu mendalam. Apa memang jumlah halamannya dibatasi? biar lebih terjangkau oleh pasar abege? Tapi ya jadinya gitu, cerita dan karakternya terasa dangkal hanya di permukaan saja. Ekspresinya nyaris datar-datar saja. Emosi karakternya juga kadang tidak konsisten terjaga, bisa tiba2 berubah tanpa proses.
Ada satu pertanyaan, apakah bikin novel adaptasi film itu harus terpaku dengan dialog yang telah tersusun dalam script film ya? Penulis hanya berkewajiban menjabarkan narasi, setting, dan merangkai dialog demi dialog tanpa boleh berimprovisasi? Dan kalau dialog yang dibikin pembikin script terasa 'garing' tanpa jiwa, apa nggak boleh diberi perubahan sedikit?
Lalu, penulis novel dan sutradara filmnya ada kolaborasi nggak sih? Masing2 kan harus menginterpretasikan sendiri script film itu dalam medianya masing2. Sementara script film isinya cuma dialog dan setting, dan cara interpretasi tiap orang kan bisa beda-beda. Kalau bekerja sendiri-sendiri bisa-bisa film sama novelnya jadi beda.
Selamat Rio.. :)
Oke deh Rio, selamat dan salut buat karya komersial perdana loe. Gw tau ini bukan hasil karyamu seutuhnya, lo harus mengembangkan cerita milik orang lain. Pasti susah dan mungkin nggak sesuai dengan jiwa dan karakter lu sendiri. Jadi gw nggak bisa nyalahin dan mencela2 elu seenaknya :D
Cuman kalo sebenarnya tidak ada pembatasan halaman dan boleh bebas berimprovisasi, harusnya lu bisa berbuat lebih banyak deh, biar nggak hambar gitu :) Gw yakin lu mestinya punya sisi romantis yang bisa digali lebih dalam.. ;)
Oh iya, gw pengen tahu banget gimana ekspresi lu waktu nulis kalimat ini..
"Ada dua putih yang paling putih buatku... Cinta.. dan kamu" ...
Lu nyengir, muntah2 atau malah berkaca-kaca?... Hihihi...
<< Home