Sunday, February 17, 2008

Kafka on The Shore

Kafka on The ShoreJudul : Kafka on the Shore
Penulis : Haruki Murakami (2005)

Penerjemah : Th Dewi Wulansari, Editor : A. Fathoni
Penerbit : Pustaka Alvabet, Januari 2008
Halaman : 608 hlm, 12.5 x 20 cm
ISBN : 978-979-3064-58-1

Sudah lama denger tentang novel yang satu ini, lengkap dengan segala pujian yang katanya novel seru dan asik untuk dibaca meskipun rada absurd. Terpengaruh dengan komen bahwa novel ini rada absurd, lalu ditambah pula dengan kata 'kafka' yang mengingatkan kepada penulis jerman yang karya2nya tidak mudah dicerna, jadilah aku tidak pernah tertarik untuk membaca apalagi membeli versi yang berbahasa inggris.

Novel karya Haruki Murakami yang pertama diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah "Norwegian Wood". Aku sudah punya tapi baru terbaca beberapa halaman dan tidak dilanjutkan :D Lalu muncullah terjemahan "Kafka on the Shore" ini. Karena aku sedang bosan dengan novel2 bertema penderitaan wanita yang sedang merajai pasaran dengan gambar sampul yang seragam, maka aku ambil novel ini.

Ringkasan Cerita :

Tentang Kafka Tamura

Seorang anak laki-laki yang mengaku bernama Kafka Tamura melarikan diri dari rumahnya tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-limabelas. Ia sudah tidak sejalan lagi dengan ayahnya, sementara ibu kandung dan kakak perempuannya telah pergi entah kemana saat ia baru berusia empat tahun. Ditemani seorang bocah bernama Gagak yang menjadi suara hatinya, iapun nekat minggat mencari jalan hidupnya sendiri.

Ia pergi ke kota kecil bernama Takamatsu. Disana ia menemukan sebuah perpustakaan milik keluarga Komura yang ditata dengan apik dimana ia bisa menghabiskan waktu-waktu kosongnya dalam pelarian. Di perpustakaan itu ia menjadi akrab dengan penjaganya yang bernama Oshima yang banyak sekali membantu dalam segala hal. Ia kemudian juga berkenalan dengan pengelola perpustakaan itu yang bernama Nona Saeki. Perkenalannya dengan Nona Saeki inilah yang membawa Kafka mengetahui adanya lagu dan lukisan berjudul "Kafka on the Shore" milik Nona Saeki, dan akhirnya terseret dalam misterinya.

Selain itu ada 2 cerita paralel yang diselipkan di antara bab2 yang bercerita tentang Kafka.

Tentang Kejadian di Bukit tahun 1946

Sisipan pertama adalah salinan dokumen2 milik Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang akhirnya diumumkan kepada publik pada tahun 1986 atas nama kebebasan informasi. Dokumen2 itu merupakan transkrip wawancara seputar kejadian pada tahun 1946 di sebuah bukit kecil di Yamanashi. Pada masa setelah perang itu seorang ibu guru mengajak murid2 kelas satu SD setempat untuk berjalan-jalan ke sebuah bukit. Di tengah perjalanan ia melihat sebuah benda aneh di angkasa.

Dan pada saat berada di bukit, peristiwa aneh lain terjadi. Semua anak-anak tiba2 pingsan tanpa pertanda apapun. Dan ketika ibu guru memanggil bantuan, semua anak itu sudah bangun tanpa mengingat sedikitpun tentang apa yang terjadi saat mereka pingsan. Kecuali satu orang anak yang tidak juga siuman. Anak itu dibawa ke rumah sakit di kota dan tak pernah terdengar lagi kabarnya.

Tentang Pria Tua Nakata

Cerita paralel lain berkisah tentang seorang pria tua yang tinggal di daerah Nakano, Tokyo. Pria bernama Nakata itu tidak mampu membaca dan sedikit bodoh. Namun ia memiliki kemampuan aneh, ia bisa bercakap-cakap dengan kucing. Ia hidup sendiri dengan mengandalkan subsidi kota untuk orang-orang terbelakang. Sesekali ia diminta tolong orang untuk mencari kucing yang hilang dan mendapatkan uang tambahan.

Satu saat Nakata diminta mencari Goma seekor kucing torti berumur satu tahun. Berbekal kemampuannya berbicara dengan kucing, Nakata berkeliling di lingkungannya mencari Goma. Nakata berkenalan dengan berbagai jenis kucing, dan setiap kucing ia beri nama. Otsuka, Kawamura, Mimi, adalah nama2 yang ia berikan kepada teman2 kucingnya. Hingga akhirnya suatu kejadian mengharuskan Nakata pergi dari Nakano untuk menyelesaikan sebuah urusan.

Ketiga cerita itu akhirnya bertemu pada satu jalur membentuk satu bangunan cerita surealis yang hingga halaman terakhir tetap menyisakan banyak pertanyaan.

Review :

Kisah Surealis yang Ditulis Secara Ringan

Karena belum pernah membaca karya Haruki Murakami yang lain, aku tidak punya perbandingan mengenai gaya bercerita Murakami. Sementara novel "Kafka on The Shore" yang dibilang sebagai salah satu 'masterpiece'nya ini adalah sebuah novel surealis yang memadukan cerita realis dengan fantasi yang tidak terjelaskan.

Meskipun jalan ceritanya berada pada jalur surealis namun cara Murakami bercerita tidaklah 'njelimet'. Ringan seperti sebuah novel realis biasa. Narasi dan dialognya ringan enak diikuti. Menjadi surealis ketika ia memadukannya dengan berbagai kejadian aneh yang tidak realistis. Kejadian yang tanpa penjelasan sebab-akibat dan pembaca diminta mereka-reka sendiri apa yang sebenarnya terjadi.

Di awal belum tertebak bahwa ini adalah sebuah kisah surealis, kecuali bagian kisah tentang Nakata yang bisa dimaklumi karena diambil dari sudut pandang seorang yang agak terbelakang. Keanehan mulai terasa saat mulai hadir tokoh2 aneh seperti Johnnie Walker, hantu gadis berbaju biru, dan puncak keanehan adalah hadirnya Kolonel Sanders icon KFC :D Sebagaimana kisah surealis, semua itu harus ditelan mentah-mentah tanpa bisa dipertanyakan. Nikmati saja ..

Karakter Kesepian dan Adegan Dewasa

Tokoh2nya digambarkan dengan karakter masing2 yang cukup kuat. Nakata yang bodoh, Kafka yang berusaha tegar, Nona Saeki yang agak rapuh. Namun pada satu titik ada saat dimana para tokoh itu menjadi karakter yang nyaris sama yang mampu berbicara serius panjang lebar tentang suatu hal. Termasuk Nakata.

Jika diteliti lagi ternyata ada satu garis merah tebal yang menjadi tipikal dari tokoh2 utama di novel ini. Kafka, Nakata, Oshima, Nona Saeki, Sakura, mereka semua orang-orang kesepian yang melarikan diri dalam kehidupannya dan sedang berusaha mandiri sembari membangun kehidupan baru.

Perlu ditekankan dan diperingatkan bahwa novel ini adalah novel dewasa. Selain ceritanya yang njelimet berliku-liku tidak mudah menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya, novel ini juga penuh adegan yang tidak untuk anak di bawah umur. Ada banyak adegan erotis yang dituturkan secara gamblang, bahkan salah satunya adalah adegan yang secara budaya manapun adalah hubungan yang 'tidak patut'. Kemudian ada pula adegan2 sadis berdarah-darah yang bisa membikin mual.

Seputar Versi Indonesianya

Penerjemahannya enak diikuti dan rapi. Beberapa teman ada yang meragukan novel ini akan bisa diterjemahkan dengan baik. Aku tidak tahu bagaimana gaya bahasa dari novel versi aslinya. Yang jelas terjemahan ini bisa diikuti dengan baik.

Satu hal yang sangat ingin aku protes kepada penerbit terjemahan ini adalah... (lagi dan lagi) masalah subjudulnya. Inisiatif sendiri dari penerbit untuk menambahkan sub judul yang sama sekali tidak ada di versi bahasa inggris (entah kalau di versi jepang) adalah inisiatif yang terlalu kreatif dan mematikan imajinasi pembaca. Subjudul "Labirin Asmara Ibu dan Anak", yang tertulis sangat besar di tengah sampul untuk ukuran subjudul, adalah sebuah spoiler berat yang diputuskan sendiri oleh penerbit. Yang semakin diperkuat lagi dengan sinopsis yang menyebutkan tentang Oedipus di sampul belakang. Dalam kisahnya sendiri pernyataan itu masih berupa teori yang belum dibuktikan, dan peristiwa seputar hal itu baru terbangun setelah lewat separuh cerita.

Oke, lupakan saja tentang sampul novel terjemahan ini yang gambar sampulnya sendiri juga tidak cukup mengesankan. Yang pasti membaca cerita yang ada di novel ini adalah sebuah pengalaman membaca yang mengasyikkan. Tapi tentunya bagi anda yang bisa menikmatinya tanpa perlu bertanya terlalu banyak. Sebuah kisah yang lengkap! Bisa membuat anda hanyut penasaran akan misterinya, membuat anda pusing dengan lika liku imajinasi surealisnya, membuat anda mual dengan adegan sadisnya, hingga membuat anda panas dingin mengikuti bagian2 erotisnya... :D