Wednesday, April 15, 2009

9 Matahari

9 MatahariJudul : 9 Matahari
Pengarang : Adenita
Penerbit : PT. Grasindo
Edisi : Cetakan kedua, Desember 2008, 359 hlm


Dari judulnya pertama kali aku kira ini sejenis novel silat.. hehe. Sampulnya sama sekali tidak memberikan barang sedikit petunjuk tentang isinya. Kemudian saat sedang membolak-balik buku ini ada penjaga tokonya mempromosikan buku ini dengan kalimat "Ini Laskar Pelangi versi mahasiswa". Oh no.. aku nggak begitu suka dengan pengekor :p Di kesempatan pertama itu pun aku batal mengambil buku ini.

Tapi akhirnya beberapa waktu kemudian setelah mendengar beberapa orang merekomendasikan buku ini, aku mengambilnya juga.

Perjuangan Menjadi Sarjana

Ini kisah tentang seorang gadis bernama Matari Anas. Keluarganya sedang menghadapi keadaan ekonomi yang sulit sejak ayahnya pensiun dini dan gagal membangun bisnis. Namun Tari tidak mau menyurutkan impian dan cita-citanya. Tari bertekad tetap terus sekolah dan menjadi sarjana.

Halangan utama Tari untuk bisa mencapai impiannya adalah biaya. Kuliah hingga menjadi sarjana memang adalah sebuah kemewahan bagi kondisi mereka saat itu. Walaupun orang tua dan kakaknya memintanya berhenti bermimpi, Tari menutup telinga. Ia mencari berbagai cara yang bisa membukakan jalan untuk bisa kuliah tanpa merepotkan orang tua. Dibantu kakaknya Hera, akhirnya Tari bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar uang masuk di Universitas Panaitan. Pinjaman yang entah nanti bagaimana cara mengembalikannya.

Tentunya itu baru masalah awal. Selanjutnya Tari masih harus mencari jalan lagi untuk menutup biaya uang sks persemester dan biaya hidup setiap bulan. Keluarganya sendiri semakin runyam karena bapaknya yang sering uring-uringan, dan selalu menyuruh Tari bekerja di pabrik saja daripada kuliah menghabiskan biaya. Untuk menutupi sebagian kebutuhannya, Tari kuliah sembari menjadi penyiar radio. Namun itupun belum mencukupi, Tari masih harus terus berhutang kesana kemari.

Di antara semua beban itu Tari harus mengatur waktu dan tenaga untuk tetap fokus kuliah dan rutin siaran. Sayangnya kejiwaan Tari ternyata juga bermasalah. Kondisi stress memikirkan kuliah, keluarga, kerja, dan hutang membuat Tari terpuruk. Akhirnya Tari memutuskan istirahat sementara dari kuliah, ia ingin bekerja dulu mengumpulkan uang untuk nantinya digunakan meneruskan kuliah.

Beruntunglah Tari selalu dikelilingi banyak teman dan kenalan yang bisa memberikan energi positif dan dorongan agar Tari terus maju mengejar mimpinya.

Kekuatan Tekad

Kekuatan novel ini adalah kebulatan tekad Matari Anas dalam menggapai apa yang sudah ia canangkan sebagai cita-cita hidupnya. Terseok-seok melalui jalan yang penuh lubang, namun Tari tetap ingin melangkah terus. Sempat jatuh tak mampu melangkah lagi, bahkan juga akhirnya sempat memutuskan berhenti sejenak, tapi cita-citanya tetap terpancang di dada Tari.

Jangan mengharapkan kisah dongeng spektakuler yang "from zero to hero", dimana pada ending cerita Tari akan menjadi tokoh paling sukses dan berjaya menggapai banyak keberhasilan. Bukan, ini bukan yang seperti itu. Ini seperti cerita dari sahabat, atau saudara kita sendiri yang kita dengar dari lingkungan sekitar kita. Menurutku justru yang seperti itu malah membuat pembaca merasa dekat dan terlibat langsung dengan tokoh-tokohnya, dan selanjutnya bisa memberi inspirasi dan membangkitkan semangat.

Yah, walaupun mungkin akan ada pihak-pihak yang berujar : jadi sarjana itu bukan jaminan sukses, banyak sarjana yang nganggur dan banyak yang putus sekolah bisa sukses. Apapun lah, yang bisa kita teladani kan kekuatan tekadnya Tari.

Memoar Kehidupan Penulis Sendiri?

Setelah membaca profil penulis di halaman belakang buku ini, tampaknya novel ini adalah memoar pribadi dari kehidupan Adenita sendiri. Meskipun hampir semua nama dan tempat disamarkan, pembaca akan dengan mudah menghubungkan tempat kuliah dan bekerja penulis dengan tempat-tempat yang disebutkan di novel ini. Jika memang benar begitu, bahwa novel ini adalah berdasarkan kisah penulis sendiri.. salut juga dengan perjuangannya.

Karena berdasarkan kisah nyata, jangan mengharapkan cerita penuh keajaiban dan akhir yang dramatis sensasional. Dalam perjalanan hidup Tari memang kadang muncul orang-orang baik hati yang di saat Tari sudah sangat terjepit tiba-tiba bersedia membantu kesulitan Tari. Namun semuanya masih dalam batas yang wajar. Akhir cerita juga tetap manusiawi tidak dilebih-lebihkan. Pembaca akan semakin yakin bahwa ini memang kisah nyata.

Karena berdasarkan kisah nyata juga, maka jangan merasa terganggu jika di beberapa bagian kisahnya keluar dari fokus cerita. Membahas secara detil tentang suatu hal yang ternyata tidak memberikan sumbangan terhadap kerangka cerita yang sudah tersusun dari awal. Karena memang begitulah kisah kehidupan yang sebenarnya, ada banyak hal yang terjadi tetapi tidak selalu berhubungan. Adenita hanya ingin menceritakan banyak hal-hal penting dan berkesan yang telah mewarnai hidupnya.

Filosofinya Menyentuh

Adenita mempunyai kemampuan bercerita yang bagus. Pembaca akan dengan mudah terhanyut dalam emosi para tokohnya, karena ia bisa menjabarkan pemikiran dan suasana hati tokoh-tokohnya dengan baik. Dialog-dialognya mengalir mudah dipahami. Hanya saja kadang ia memberikan penjabaran yang terlalu panjang untuk menjelaskan hal yang sudah pernah dibahas, atau menjelaskan hal yang tidak terlalu penting. Jadi pada beberapa bagian ada yang terpaksa aku skip.

Ia juga pandai menyusun dan menyisipkan pandangan-pandangan hidup yang penuh hikmah dalam kalimat-kalimat yang filosofis melalui beberapa tokohnya. Tentang ikhlas, tentang persahabatan, tentang hubungan anak dan orangtua, tentang tekad menggapai cita-cita, dan tentang 9 matahari. Indah dan menyentuh..