Tuesday, April 14, 2009

Rahasia Kaum Falasha

Rahasia Kaum FalashaJudul : Rahasia Kaum Falasha
Subjudul : Perburuan Filolog Muslim Indonesia Di Bawah Bayang-bayang Zionis
Pengarang : Mahardhika Zifana
Penerbit : Edelweiss
Edisi : Cetakan I, Januari 2009, 424 hlm


Judul dan sepotong sinopsis di halaman belakang novel ini menerbitkan rasa ingin tahuku. Sudah terbayang sebuah fiksi petualangan dalam balutan data dan kisah sejarah masa lalu. Beberapa novel lokal sejenis lebih banyak yang mengorek sejarah nusantara sendiri sebagai latar belakang. Karena itulah jadi pengen tahu bagaimana penulis lokal mampu mengangkat sejarah dari bangsa lain dalam sebuah fiksi lokal.

Sebenarnya agak ragu untuk membaca buku ini, belum pernah dengar nama penulisnya, penerbitnya juga jarang aku ikutin buku-bukunya, gambar sampulnya juga tidak menjanjikan :p. Yang agak memberikan tambahan keinginan membaca adalah karena ada nama penerbit Mizan sebagai pendamping penerbit Edelweiss. Dan satu hal lagi, di sampul depan ada tulisan "Akan menjadi film kolosal pertama dalam sejarah Indonesia" ! o ya? Jadi selama ini belum ada film kolosal di sejarah Indonesia? Film-film perjuangan dan film-film laga yang banyak beredar beberapa tahun lalu nggak termasuk kolosal ya? ... hmmm berarti cerita dalam novel ini pastilah amat sangat kolosal.. jadi penasaran sekolosal apa ya ceritanya?

Buku ini adalah buku pertama dari trilogi "Battle for Solomon's Treasure". Wow.. cukup berani penulisnya ikut mengangkat topik populer ini menjadi sebuah buku versi sendiri. Pasti diperlukan riset yang cukup mendalam untuk mengolah legenda itu menjadi fiksi dalam versi yang berbeda. Buku kedua rencananya berjudul "Pelangi di Puncak Ararat", dan buku ketiga berjudul "The Seven Sleepers".

Pencarian Tabut Perjanjian dan Harta Sulaiman

Kaum Falasha adalah nama yang lazim diberikan kepada orang-orang Yahudi di Ethiopia. Falasha dalam bahasa Armharic berarti "terasing" atau "tak punya rumah". Sebagian dari mereka telah dimukimkan di Israel, tapi masih ada sebagian kecil yang masih tinggal di Ethiopia. Mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai Kaum Beta Israel. Orang Beta Israel ini meyakini bahwa mereka adalah keturunan Menelik, putra Raja Sulaiman dan Ratu Saba.

Novel ini diawali cerita saat Esa, doktor muda bidang sastra lulusan Harvard University, menerima kabar tentang kematian Heri sahabat dekatnya. Heri terbunuh saat sedang melakukan penelitian untuk disertasi doktornya dalam bidang Filologi di Ethiopia. Polisi Ethiopia menduga seorang bernama Indra, asisten penelitian Heri, sebagai pelakunya. Bersamaan dengan kabar itu, Esa juga menerima sebuah paket kecil berisi benda berbentuk segitiga bertumpuk berwarna emas. Yang mengejutkan pengirimnya adalah Indra dengan pesan agar disimpan baik-baik.

Beberapa hari kemudian Esa ditugaskan kampusnya untuk ke Australia. Benda segitiga itu ia titipkan kepada Nisa teman lama Esa dan Heri. Padahal Nisa memiliki niat buruk akan menyerahkan benda tersebut kepada "Knights of Zion". Di Australia Esa akhirnya bertemu Indra. Darinya Esa mengetahui bahwa Heri sedang meneliti manuskrip kuno dari Ethiopia yang mengungkap tentang keberadaan Tabut Perjanjian Israel (Ark of Covenant) yang telah hilang sekian lama. Dan disebutkan pula disana tentang keberadaan harta simpanan Raja Sulaiman.

Tabut Perjanjian dan harta Sulaiman adalah sesuatu yang paling dicari oleh "Knights of Zion". Mereka merasa paling berhak atasnya. Maka Esa, Indra dan Nisa diburu oleh gerombolan berdarah dingin tersebut. Dengan bantuan Yitro, yang mengaku sebagai orang Beta Israel asli, mereka bertekad menemukan Tabut perjanjian dan harta Sulaiman lebih dahulu.

Petualangan dengan Unsur Islami

Riset yang dilakukan penulis seputar sejarah Yahudi di Ethiopia, keberadaan Tabut Perjanjian, dan seputar aktivitas organisani Zionis di dunia, lumayan lengkap untuk menjadi pondasi dasar cerita ini. Pastilah memerlukan waktu dan sumber daya yang banyak untuk melakukannya. Pembaca akan banyak mendapat tambahan informasi seputar topik tersebut dari buku ini. Walaupun pada kenyataannya Tabut Perjanjian dan Harta Sulaiman belum pernah ditemukan sampai saat ini.

Sisi novel ini yang berbeda dari novel bergenre petualangan yang lain adalah adanya sisi religius islami di dalamnya. Bukan hanya dalam penokohan pelaku dan kebiasaan religius setiap pelakunya, tetapi juga dalam mengambil acuan untuk tema cerita. Tema tentang Tabut Perjanjian yang hilang banyak diangkat sebelumnya dengan mengacu pada Alkitab (Torah dan Injil) dari sisi Yahudi atau Kristen. Sementara penulis di novel ini mencoba mengambil acuan dari Al-Qur'an.

Dari sudut ini, acungan jempol bisa aku berikan untuk kerja keras penulis membangun kerangka ceritanya.

Kurang Nendang

Sayangnya, dalam eksekusi pembuatan cerita fiksinya banyak yang terasa agak kedodoran.

Ketegangan yang dibangun kurang dramatis. Banyak kejar-kejaran dan aksi-aksi penyelamatan diri, hanya saja detail petualangannya kurang seru. Kadang terlalu cepat dan melewatkan momen-momen yang bisa didramatisir.

Dialog pengisi antar tokohnya seringkali terasa sebagai tempelan yang kurang natural dan tidak menyatu dengan suasana. Saat banyak tokoh berada dalam satu adegan, penulis kadang memaksakan bahwa setiap tokoh harus bicara dan ambil bagian dalam diskusi.

Keinginan menyisipkan unsur roman (yang tetap islami) dalam novel ini terasa kurang smooth. Mungkin terlalu memaksakan diri demi mengikuti formula bahwa setiap cerita sebaiknya mengandung unsur roman dan cinta-cintaan. Bukannya membuat cerita petualangan yang berkecepatan tinggi ini menjadi lebih lembut, tapi malah jadi konyol dengan pilihan dialog yang kurang pas.

Lalu benarkah akan jadi film kolosal? Dari novel ini tidak terlihat adanya adegan kolosal yang akan menjadi sejarah dalam perfilman Indonesia.
Oh.. masih ada lanjutan novel kedua dan ketiga ya? Mungkin disana ada adegan kolosalnya..
Semoga.