Monday, September 15, 2008
Tanril
Judul : Tanril
Subjudul : Novel Silat - Epik Ho Wuan Siang
Penulis : Nafta S. Meika
Penerbit : Akoer
Edisi : Cet I, Agustus 2008, 405 hlm.
Suatu sore sebuah novel baru sampai di tanganku. Bersampul putih dengan ilustrasi sebentuk benda yang berwujud naga yang sedang melingkar. Judul "Tanril" dengan tipografi yang sederhana tidak memberikan keterangan apapun. Mungkin itu nama seseorang yang bisa siapa saja. Namun gambar naga memunculkan isyarat tentang kisah legenda yang diwarnai fantasi dari dunia khayali.
Subjudul "Novel Silat - Epik Ho wuan Siang" lah yang bercerita lebih banyak. Novel Silat.. Ho Wuan Siang... hmm langsung terbersit karya2 legendaris dari mendiang Kho Ping Hoo yang banyak berkisah tentang petualangan para pendekar silat dari daratan Tiongkok. Mampukah Nafta S. Meika dalam karya debutannya ini menjadi penulis penerus dalam genre tersebut?
Ringkasan Cerita:
Wander Natalez Howard, nama lengkap dari Wander/Wuan, adalah anak kelima dari pasangan petugas pajak dan penenun luan, Likuun dan Chiru'un. Sejak kecil ia adalah anak yang lemah dan sakit2an. Ketika ia sudah bisa bersekolah, ia menjadi bulan2an teman2nya yang licik dan suka menindas, hingga berkali-kali ia dikeluarkan dari sekolahnya. Wander tetap berkeinginan untuk belajar "arts", ia mendesak ayahnya untuk mencarikan lagi guru untuknya. Akhirnya ia diterima sebagai murid tunggal dari Kurt Manjare.
Kurt tidak mengajarkan ilmu bertarung, tetapi mengajarkan teknik mengelola dan menguasai Chi. Kurt tahu bahwa Wander adalah seorang anak yang istimewa. Wander dilahirkan sebagai "Tanril", bayi yang memiliki kolam Chi luar biasa di dalam dirinya. Untuk bisa memanfaatkan kolam Chi dalam dirinya, Wander perlu diarahkan dengan benar. Dalam bimbingan Kurt, Wander mengalami kemajuan pesat. Selanjutnya Kurt mengundang Jie Bi Shinjin untuk melanjutkan mengajar Wander tentang ilmu bertarung. Dan pada usia masih belasan tahun Wander telah memiliki kemampuan yang hebat.
Satu saat Raja negri Telentium mangkat. Tahta kerajaan menjadi rebutan antara Pangeran Pertama, Kedua dan Ketiga. Pangeran Kedua menyerah sebelum bertarung. Pasukan Pangeran Ketiga dipukul telak saat berusaha melawan pasukan Pangeran Pertama. Pangeran Pertama yang sedang di atas angin berusaha menguasai seluruh kota di negeri Telentium agar mengakuinya sebagai Raja pengganti. Kota Frugar, tempat tinggal Wander, adalah salah satu kota utama yang menjadi target pendudukan dari pasukan Pangeran Pertama.
Ketika muncul berita pasukan Pangeran Pertama sedang menuju kota Frugar, seluruh penduduk panik dan segera pergi mengungsi ke kota terdekat. Wander atas pesan gurunya bertekad mempertahankan kota Frugar apa pun resikonya. Tentara Frugar yang siap mempertahankan kota hanyalah beberapa ratus orang saja. Sementara tentara pasurkan Pangeran Pertama puluhan ribu orang. Inilah saatnya Wander yang masih belasan tahun itu menguji kemampuannya dengan taruhan nyawa menghadapi para jenderal yang telah berkali-kali memimpin peperangan besar.
Bukan Cerita Silat Tiongkok
Merasa asing dan heran dengan nama-nama di atas? sudah seharusnya. Novel silat yang satu ini memang tidak mengambil Tiongkok sebagai setting cerita. Penulisnya dengan berani menyuguhkan sebuah setting yang sama sekali baru. Sebuah kerajaan bernama Telentium yang entah ada dimana. Istilah-istilah yang juga sama sekali baru, baik itu istilah persilatan maupun istilah tradisinya. Dalam daftar istilah di akhir buku ditulis bahwa istilah itu diambil dari bahasa Zirconia dan bahasa Clem. Kedua bahasa itu dari hasil googling ternyata memang tidak pernah ada, berarti merupakan rekaan penulis sendiri. Namun hebatnya penulis bisa menjabarkan setiap istilah dan konsepnya dengan panjang lebar, seakan berasal dari sebuah kamus bahasa yang benar-benar ada.
Memang terasa aneh awalnya membaca cerita silat tetapi bukan bersetting tiongkok atau nusantara sendiri. Apalagi ada tertulis nama "Ho Wuan Siang" di sampul depan yang sangat dekat dengan bahasa mandarin. Tapi, yah, namanya novel fiksi tentu sah-sah saja jika penulis ingin berimajinasi sebebas mungkin. Bukankah kabarnya Kho Ping Hoo pun dalam menyusun ratusan cerita silatnya sebenarnya tidak bisa berbahasa mandarin. Setting negeri Tiongkok yang menjadi latar ceritanya pun banyak yang hanya merupakan rekaan pribadi Kho Ping Hoo, tidak benar2 ada di dataran Tiongkok.
Persiapannya Amat Matang
Pembaca memang harus beradaptasi dulu dengan setting dan istilah2 yang sama sekali baru tersebut. Tapi begitu semuanya sudah dipahami, novel ini akan terbaca lancar mengalir tak bisa dihentikan. Font teks yang cukup kecil (mungkin demi menghemat halaman dan harga) dibanding novel pada umumnya, bukanlah halangan yang berarti.
Cerita silat memang akan menjadi sangat menarik jika menceritakan sang tokoh utamanya dari sejak ia bukan apa-apa, berlanjut dengan proses belajar keras dari guru yang mumpuni, dan kemudian perlahan-lahan berkembang menjadi ksatria tangguh setelah ditempa oleh banyak pengalaman. Itulah yang dikisahkan di novel ini seputar kehidupan Wander. Perkenalan Wander dengan kekuatan Chi, usaha Wander mengendalikan Chi-nya, terbangkitkannya kekuatan Chi dalam diri Wander, hingga proses pematangan saat Wander berusaha membentuk Chi-nya menjadi berbagai jurus dan kekuatan. Proses itu bisa menyatukan pembaca dengan karakter sang tokoh utama.
Sebagaimana cerita silat umumnya, semua proses itu dilengkapi juga dengan filosofi-filosofi mendalam mengenai bagaimana mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai macam kejadian dalam kehidupan. Dan tentu saja, ketika sang pahlawan telah siap, muncullah berbagai konflik yang rumit untuk menguji kepahlawanan sang tokoh. Nafta S. Meika telah menyiapkan dan mematangkan semua itu dalam karya debutannya ini. Semua konflik telah ia siapkan latar belakang sejarahnya dengan lengkap.
Pertempuran2 Yang Hebat
Kehebatan lain yang menjadikan novel ini tidak boleh dipandang sebelah mata adalah kemampuan penulis dalam menggambarkan detail pertempuran. Baik itu pertempuran kecil satu lawan satu, hingga pertempuran berskala kolosal. Emosi dan imajinasi pembaca akan terseret masuk mengikuti irama pertempuran yang disusun secara runtun oleh penulis.
Dalam sebuah pertempuran kecil antar individu, kadang penulis membuatnya seolah bergerak secara slow-motion. Setiap gerakan dan jurus digambarkan dengan detail hingga proses penyaluran tenaga Chi, sehingga seolah berjalan lambat dengan efek yang dramatis. Tapi kadang juga dituliskan dengan sangat cepat dan keras, tapi tidak menjadi sadis karena Wander pantang membunuh orang.
Sementara dalam pertempuran besar, penulis juga mampu menyusun sebuah strategi perang yang masuk akal. Dituturkan secara runtut setiap pergerakan pasukan, lengkap dengan segala efek suara dan kondisi medan pertempuran. Sehingga semuanya terimajinasi secara lengkap di benak pembaca, menghadirkan sebuah gambaran peperangan kolosal yang dahsyat.
Terlalu Menggebu-gebu
Hanya saja penulis tampaknya terlalu menggebu-gebu dalam menunjukkan kekuatan dan kepahlawanan tokoh utamanya. Sebagai seorang remaja belasan tahun, yang baru beberapa kali bertanding langsung dengan musuh, Wander tiba-tiba saja menjadi seorang ksatria berkekuatan dewa yang mampu merobohkan lapisan demi lapisan pasukan yang berjumlah ribuan orang tanpa pernah kehabisan nafas untuk terus menyerang seorang diri. Ya, seorang diri. Terlalu hebat.
Wander juga tiba-tiba saja memiliki jurus-jurus hebat yang seolah-olah mendadak diilhamkan pada dirinya tanpa pernah ditemukan dan dilatih. Padahal mestinya proses penemuan atau pelatihan jurus2 hebat itu akan menjadi bagian cerita yang lumayan menarik jika diceritakan satu demi satu.
Cerita Silat yang Lengkap
Secara keseluruhan, novel ini sudah memenuhi banyak syarat untuk menjadi sebuah cerita silat yang menarik dan membuat pembaca tidak bisa berhenti untuk segera menamatkan kisah ini. Imajinasi dan kreatifitas penulisnya terbukti sangat kuat dan luas untuk menyajikan sebuah setting dan latar belakang hasil rekaan yang sama sekali baru dengan sangat lengkap.
Memang masih banyak hal yang belum terjelaskan mengenai sejarah yang melatarbelakangi berbagai konflik, tapi masih ada volume-volume selanjutnya dari serial ini yang akan bisa melengkapi hal tersebut. Dan volume-volume selanjutnya itu layak untuk ditunggu.
Subjudul : Novel Silat - Epik Ho Wuan Siang
Penulis : Nafta S. Meika
Penerbit : Akoer
Edisi : Cet I, Agustus 2008, 405 hlm.
Suatu sore sebuah novel baru sampai di tanganku. Bersampul putih dengan ilustrasi sebentuk benda yang berwujud naga yang sedang melingkar. Judul "Tanril" dengan tipografi yang sederhana tidak memberikan keterangan apapun. Mungkin itu nama seseorang yang bisa siapa saja. Namun gambar naga memunculkan isyarat tentang kisah legenda yang diwarnai fantasi dari dunia khayali.
Subjudul "Novel Silat - Epik Ho wuan Siang" lah yang bercerita lebih banyak. Novel Silat.. Ho Wuan Siang... hmm langsung terbersit karya2 legendaris dari mendiang Kho Ping Hoo yang banyak berkisah tentang petualangan para pendekar silat dari daratan Tiongkok. Mampukah Nafta S. Meika dalam karya debutannya ini menjadi penulis penerus dalam genre tersebut?
Ringkasan Cerita:
Wander Natalez Howard, nama lengkap dari Wander/Wuan, adalah anak kelima dari pasangan petugas pajak dan penenun luan, Likuun dan Chiru'un. Sejak kecil ia adalah anak yang lemah dan sakit2an. Ketika ia sudah bisa bersekolah, ia menjadi bulan2an teman2nya yang licik dan suka menindas, hingga berkali-kali ia dikeluarkan dari sekolahnya. Wander tetap berkeinginan untuk belajar "arts", ia mendesak ayahnya untuk mencarikan lagi guru untuknya. Akhirnya ia diterima sebagai murid tunggal dari Kurt Manjare.
Kurt tidak mengajarkan ilmu bertarung, tetapi mengajarkan teknik mengelola dan menguasai Chi. Kurt tahu bahwa Wander adalah seorang anak yang istimewa. Wander dilahirkan sebagai "Tanril", bayi yang memiliki kolam Chi luar biasa di dalam dirinya. Untuk bisa memanfaatkan kolam Chi dalam dirinya, Wander perlu diarahkan dengan benar. Dalam bimbingan Kurt, Wander mengalami kemajuan pesat. Selanjutnya Kurt mengundang Jie Bi Shinjin untuk melanjutkan mengajar Wander tentang ilmu bertarung. Dan pada usia masih belasan tahun Wander telah memiliki kemampuan yang hebat.
Satu saat Raja negri Telentium mangkat. Tahta kerajaan menjadi rebutan antara Pangeran Pertama, Kedua dan Ketiga. Pangeran Kedua menyerah sebelum bertarung. Pasukan Pangeran Ketiga dipukul telak saat berusaha melawan pasukan Pangeran Pertama. Pangeran Pertama yang sedang di atas angin berusaha menguasai seluruh kota di negeri Telentium agar mengakuinya sebagai Raja pengganti. Kota Frugar, tempat tinggal Wander, adalah salah satu kota utama yang menjadi target pendudukan dari pasukan Pangeran Pertama.
Ketika muncul berita pasukan Pangeran Pertama sedang menuju kota Frugar, seluruh penduduk panik dan segera pergi mengungsi ke kota terdekat. Wander atas pesan gurunya bertekad mempertahankan kota Frugar apa pun resikonya. Tentara Frugar yang siap mempertahankan kota hanyalah beberapa ratus orang saja. Sementara tentara pasurkan Pangeran Pertama puluhan ribu orang. Inilah saatnya Wander yang masih belasan tahun itu menguji kemampuannya dengan taruhan nyawa menghadapi para jenderal yang telah berkali-kali memimpin peperangan besar.
Bukan Cerita Silat Tiongkok
Merasa asing dan heran dengan nama-nama di atas? sudah seharusnya. Novel silat yang satu ini memang tidak mengambil Tiongkok sebagai setting cerita. Penulisnya dengan berani menyuguhkan sebuah setting yang sama sekali baru. Sebuah kerajaan bernama Telentium yang entah ada dimana. Istilah-istilah yang juga sama sekali baru, baik itu istilah persilatan maupun istilah tradisinya. Dalam daftar istilah di akhir buku ditulis bahwa istilah itu diambil dari bahasa Zirconia dan bahasa Clem. Kedua bahasa itu dari hasil googling ternyata memang tidak pernah ada, berarti merupakan rekaan penulis sendiri. Namun hebatnya penulis bisa menjabarkan setiap istilah dan konsepnya dengan panjang lebar, seakan berasal dari sebuah kamus bahasa yang benar-benar ada.
Memang terasa aneh awalnya membaca cerita silat tetapi bukan bersetting tiongkok atau nusantara sendiri. Apalagi ada tertulis nama "Ho Wuan Siang" di sampul depan yang sangat dekat dengan bahasa mandarin. Tapi, yah, namanya novel fiksi tentu sah-sah saja jika penulis ingin berimajinasi sebebas mungkin. Bukankah kabarnya Kho Ping Hoo pun dalam menyusun ratusan cerita silatnya sebenarnya tidak bisa berbahasa mandarin. Setting negeri Tiongkok yang menjadi latar ceritanya pun banyak yang hanya merupakan rekaan pribadi Kho Ping Hoo, tidak benar2 ada di dataran Tiongkok.
Persiapannya Amat Matang
Pembaca memang harus beradaptasi dulu dengan setting dan istilah2 yang sama sekali baru tersebut. Tapi begitu semuanya sudah dipahami, novel ini akan terbaca lancar mengalir tak bisa dihentikan. Font teks yang cukup kecil (mungkin demi menghemat halaman dan harga) dibanding novel pada umumnya, bukanlah halangan yang berarti.
Cerita silat memang akan menjadi sangat menarik jika menceritakan sang tokoh utamanya dari sejak ia bukan apa-apa, berlanjut dengan proses belajar keras dari guru yang mumpuni, dan kemudian perlahan-lahan berkembang menjadi ksatria tangguh setelah ditempa oleh banyak pengalaman. Itulah yang dikisahkan di novel ini seputar kehidupan Wander. Perkenalan Wander dengan kekuatan Chi, usaha Wander mengendalikan Chi-nya, terbangkitkannya kekuatan Chi dalam diri Wander, hingga proses pematangan saat Wander berusaha membentuk Chi-nya menjadi berbagai jurus dan kekuatan. Proses itu bisa menyatukan pembaca dengan karakter sang tokoh utama.
Sebagaimana cerita silat umumnya, semua proses itu dilengkapi juga dengan filosofi-filosofi mendalam mengenai bagaimana mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai macam kejadian dalam kehidupan. Dan tentu saja, ketika sang pahlawan telah siap, muncullah berbagai konflik yang rumit untuk menguji kepahlawanan sang tokoh. Nafta S. Meika telah menyiapkan dan mematangkan semua itu dalam karya debutannya ini. Semua konflik telah ia siapkan latar belakang sejarahnya dengan lengkap.
Pertempuran2 Yang Hebat
Kehebatan lain yang menjadikan novel ini tidak boleh dipandang sebelah mata adalah kemampuan penulis dalam menggambarkan detail pertempuran. Baik itu pertempuran kecil satu lawan satu, hingga pertempuran berskala kolosal. Emosi dan imajinasi pembaca akan terseret masuk mengikuti irama pertempuran yang disusun secara runtun oleh penulis.
Dalam sebuah pertempuran kecil antar individu, kadang penulis membuatnya seolah bergerak secara slow-motion. Setiap gerakan dan jurus digambarkan dengan detail hingga proses penyaluran tenaga Chi, sehingga seolah berjalan lambat dengan efek yang dramatis. Tapi kadang juga dituliskan dengan sangat cepat dan keras, tapi tidak menjadi sadis karena Wander pantang membunuh orang.
Sementara dalam pertempuran besar, penulis juga mampu menyusun sebuah strategi perang yang masuk akal. Dituturkan secara runtut setiap pergerakan pasukan, lengkap dengan segala efek suara dan kondisi medan pertempuran. Sehingga semuanya terimajinasi secara lengkap di benak pembaca, menghadirkan sebuah gambaran peperangan kolosal yang dahsyat.
Terlalu Menggebu-gebu
Hanya saja penulis tampaknya terlalu menggebu-gebu dalam menunjukkan kekuatan dan kepahlawanan tokoh utamanya. Sebagai seorang remaja belasan tahun, yang baru beberapa kali bertanding langsung dengan musuh, Wander tiba-tiba saja menjadi seorang ksatria berkekuatan dewa yang mampu merobohkan lapisan demi lapisan pasukan yang berjumlah ribuan orang tanpa pernah kehabisan nafas untuk terus menyerang seorang diri. Ya, seorang diri. Terlalu hebat.
Wander juga tiba-tiba saja memiliki jurus-jurus hebat yang seolah-olah mendadak diilhamkan pada dirinya tanpa pernah ditemukan dan dilatih. Padahal mestinya proses penemuan atau pelatihan jurus2 hebat itu akan menjadi bagian cerita yang lumayan menarik jika diceritakan satu demi satu.
Cerita Silat yang Lengkap
Secara keseluruhan, novel ini sudah memenuhi banyak syarat untuk menjadi sebuah cerita silat yang menarik dan membuat pembaca tidak bisa berhenti untuk segera menamatkan kisah ini. Imajinasi dan kreatifitas penulisnya terbukti sangat kuat dan luas untuk menyajikan sebuah setting dan latar belakang hasil rekaan yang sama sekali baru dengan sangat lengkap.
Memang masih banyak hal yang belum terjelaskan mengenai sejarah yang melatarbelakangi berbagai konflik, tapi masih ada volume-volume selanjutnya dari serial ini yang akan bisa melengkapi hal tersebut. Dan volume-volume selanjutnya itu layak untuk ditunggu.
<< Home