Sunday, September 14, 2008

Death Du Jour

Death du Jour, Kathy ReichsJudul : Death Du Jour
Penulis : Kathy Reichs (1999)
Penerjemah : Fahmi Yamani
Editor : Sofia Mansoor
Penerbit : Serambi
Edisi : Cet I, Desember 2007, 640 hlm.


Judulnya agak aneh, gabungan bahasa inggris dan bahasa perancis. Penerbit terjemahannya pun tidak memakai kalimat terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagai judul, karena judul "Kematian Hari Ini" memang bakal terasa lebih aneh lagi. Dengan gambar sampul berupa tengkorak manusia yang diselimuti api, tercermin sebuah kisah misteri yang mengerikan. Ditambah lagi dengan endorsement dari berbagai media internasional bahwa novel ini mencekam, menegangkan, dan membuat bulu kuduk berdiri tertulis di sampul depan.

Muncullah rasa penasaran ingin membuktikan: "semencekam apa sih?"...

Kisah Penyelidik Forensik

Temperance Brennan, dipanggil Tempe (ya Tempe, aku juga sempat terganggu dengan nama panggilan tokoh utama ini :p ), adalah seorang wanita ahli antropologi forensik di Montreal Kanada. Pekerjaannya adalah mengotopsi mayat terutama pada bagian menentukan ras, jenis kelamin, dan umur mayat. Pekerjaannya ini tentu saja banyak bersinggungan dengan pekerjaan seorang detektif pembunuhan. Dari latar belakang itulah kisah ini terbangun.

Saat sedang mendapat tugas untuk mengidentifikasi tulang jenazah biarawati yang telah berusia ratusan tahun, Tempe mendapat panggilan bahwa ada kebakaran di St Jovite dengan sejumlah mayat yang tewas mengerikan yang harus ia identifikasi. Dari beberapa mayat orang dewasa yang ditemukan, ditemukan bukti bahwa mereka bukan hanya terbakar, tetapi juga telah mengalami penganiayaan sebelumnya. Bukan cuma itu, disana juga ditemukan mayat sepasang bayi kembar. Berdasarkan pemeriksaan cermat Tempe, kedua bayi itu telah dibunuh dengan cara yang amat sadis.

Hanya sedikit sekali petunjuk yang bisa digunakan untuk menyelidiki siapa pelaku pembunuh berdarah dingin ini. Sebisa mungkin Tempe membantu detektif Andrew Ryan yang ditugasi menangani kasus tersebut. Satu petunjuk kecil mengarahkan mereka ke sebuah komunike tempat sekelompok orang mengasingkan diri dari kehidupan sosial manusia modern yang dipimpin oleh Dom Owens.

Tempe mulai mencari hubungan antara pembunuhan di St Jovite dengan sekte aneh pimpinan Dom Owens. Selain itu Tempe juga dipusingkan dengan penemuan dua sosok mayat di pulau Muntry, pusat primata milik temannya. Juga hilangnya Harry adik kandung Tempe yang tidak bisa dihubungi lagi setelah tinggal beberapa hari di kediaman Tempe di Quebec.

Mendetil Tapi Ringan

Kekuatan utama novel ini adalah detil forensiknya. Bisa jadi penulisnya memang seorang ahli forensik yang sangat memahami bagaimana cara mengidentifikasi tulang-belulang mayat. Satu persatu prosedur bagaimana Tempe mengidentifikasi tulang dan membuat kesimpulan dari kondisi tulang tersebut dijelaskan dengan detil. Cukup banyak menambah wawasan bagi pembaca seputar dunia forensik, bagaimana seorang ahli forensik bisa menentukan umur, jenis kelamin, ras, penyebab kematian, hingga usia kematian dari petunjuk yang diberikan oleh kondisi tulang. Memang banyak istilah aneh dari dunia tulang belulang yang agak susah diikuti, tapi masih bisa diikuti bagi pembaca yang sabar membacanya.

Kekuatan lain adalah kemampuan Kathy Reichs menuliskan sebuah kisah yang mengalir enak diikuti. Reichs tahu bagaimana melibatkan pembaca mengenal lebih dekat tokoh utama dengan menceritakan detil keseharian si tokoh dalam bahasa yang ringan. Memang, jadinya kisah ini terasa panjang dan agak berputar-putar, tapi tidak membuatnya membosankan karena ditulis dengan ringan.

Banyak Kebetulan ala Hollywood

Sayangnya Reichs terlalu banyak melibatkan unsur kebetulan dalam membangun plot dan petunjuk cerita. Tempe seolah mendapat kutukan bahwa hidupnya dikelilingi oleh banyak kejadian yang semuanya terhubung dengan kasus ini. Terlalu dipaksakan.

Sementara endingnya dibangun dengan gaya film thriller Hollywood yang sangat mudah ditebak. Tokoh utama yang nekat menyusup di sarang lawan, terjebak, tertawan, nyaris tewas, akhirnya muncul penyelamat, dar-der-dor... selesai. Sangat Hollywood kan. Seru dan menarik sebenarnya, tetapi mudah ditebak karena klise.