Thursday, February 17, 2005

"@#*Keong!!"

Ini memang keong bukan sembarang keong. Keong yang disertai simbol "@" tapi bukan berarti alamat email atau menandakan harga satuan. Keong yang juga disertai simbol "#" tapi bukan berarti diberi pagar pelindung atau tangga nada kromatis dalam partitur musik. Ini keong yang "@#*^~%!!!", keong yang digunakan untuk memaki.

Kok keong?

Dari mana konotasi makiannya?
Apanya keong yang bisa untuk dibuat makian?
Apa salah si keong?

Entahlah. Tanyakan aja sama kru bus angkutan umum di Jakarta yang sering menggunakan kata "keong" untuk memaki. Terutama kru bus patas AC yang sering aku tumpangi. Mobil yang menyerobot jalan mereka, mereka teriaki "Keong!!". Pengemudi yang responnya lambat di lampu merah, diteriaki "Keong!!". Teman sendiri yang kerjanya nggak bener dimaki "Dasar Keong!". Penumpang sepi, mengeluh "keoooooong... keong".

Mungkin awalnya memang untuk memaki pengemudi mobil2 lain yang jalannya lambat kurang berani grusa-grusu sehingga menghalangi jalan bus mereka. Atau untuk ngeledek teman mereka yang kerjaannya ngetem melulu nunggu penumpang berlama-lama. Tapi kemudian karena sering dipakai, akhirnya meluas bisa untuk memaki apa saja.

Keong

Kenapa ya? Keong itu kan binatang bertubuh lunak, hidup dalam cangkang berulir. Kalo merasa terancam dia akan menarik diri dan bersembunyi di dalam rumahnya yang nyaman. Menurut aku yang namanya keong itu yang punya kaki banyak, kalo yang jalannya lelet melet-melet itu namanya siput. Tapi kalo melihat gedung Keong Emas, berarti siput juga bisa disebut keong. Nha, sekarang pertanyaannya adalah, apanya keong yang bisa menimbulkan konotasi buruk sehingga bisa digunakan sebagai kata makian?

Kalo binatang yang jadi koleksi Beti-nya si rio kan udah jelas. Babi, hidupnya di tempat kotor, baunya ampun2an, rakus bukan main. Anjing, walau ada yang kelas elit, tapi yang jadi target adalah anjing kurap yang suka mengais2 sampah, kencing sembarangan, kudisan (padahal ada yang bilang, kalo tau triknya binatang ini bisa mengantar ke surga loh...). Terus monyet, mahluk yang katanya saudara jauh manusia tapi bernasib malang, karena sejak lahir wajahnya ditakdirkan mirip kera. Lha kalo keong?..... ada yang bisa menjelaskan?

Menurutku sih, malah kesannya lucu gitu. Orang yang memaki dengan kata "keong" itu malah nggak keliatan sangar karena makiannya, kesannya malah becanda lucu2an. Apalagi kalo yang memaki itu logat sundanya masih kental. Keong euy.... :D

Aku dan Keong

Aku sendiri, alhamdulillah, dilahirkan di dalam keluarga yang anti dengan sumpah serapah. Seingatku tidak pernah aku mendengar makian keong (kata2 kotor, jorok -- red: anggap aja begitu :P suka suka sang "red" dong) dari keluargaku. Dan kebetulan juga sebagian besar di lingkunganku masih menganggap keong sebagai hal tabu, meskipun beberapa orang yang cukup sangar sekali2 melanggar tabu itu. Dan yang lebih sangar lagi menjadikan keong sebagai identitas dirinya.

Namun kemudian takdir menentukan aku harus belajar ke kota lain. Dan kota yang satu ini ternyata bangga dengan keong... duh Gusti. Gegar budaya (cieeeh.. untung gak gegar otak :P) pun sempat menghampiri. Kata2 yang sebelumnya aku anggap tabu untuk diucapkan, ternyata bagi orang di kota tersebut boleh diucapkan oleh siapa saja, kapan saja, dimana saja. Kalo di kotaku kata2 itu adalah identitas dari preman pasar dan anak2 liar, di kota ini... belom dianggap sah jadi warganya yang totok kalo tidak berani menyisipkan kata2 kotor dalam kamus sehari2nya.

Akupun kemudian harus melanggar tabu itu. Karena waktu ospek, aku diharuskan meneriakkan keong2 itu sebagai yell2 kebanggaan.... duh Gusti, kulo nyuwun pangapunten... (dan maaf saja... sampe sekarang aku tidak pernah memaafkan orang2 yang pernah bertindak biadab selama ospek dulu... :| ) Entah bagaimana logikanya, kok keong2 itu bisa jadi slogan kebanggaan dari orang2 yang seharusnya terpelajar...

Keong Manca

Tapi pada suatu masa, aku sempat dengan sadar memasukkan keong dalam kamusku. Dan itu adalah saat aku lagi getol memperlancar bahasa Inggrisku. Aku mencoba membiasakan diri setiap saat dengan ungkapan2 pendek dalam bahasa Inggris. Dan kata , maaf, "sh*t" termasuk di dalamnya, karena sempat aku anggap keren untuk menyalurkan emosi sesaat. Cuman aku ucap lirih sih, tapi ya lumayan sering kalo lagi kesel. Ketika belajar bahasa lain lagi, kembali kata2 padanannya masuk dalam kamus dalam rangka proses familiarisasi... :(

Akhirnya sih aku insyaf juga. Kalo kata2 itu diterjemahkan, wah jorok banget ya..! Memang aku nggak pernah sampe khilaf melontarkan kata2 terjemahan itu, tapi kemudian aku sadar, waktu aku ngucapin dalam bahasa asing, sama saja aku ngucapin kata2 yang sama dalam bahasaku. ... apanya yang keren??

Keongsiana

Kata-kata yang spontan diucapin ketika ada kejadian yang mengejutkan, menurutku adalah cerminan dari hati orang tersebut. Nggak mudah untuk memoles apa yang spontan terucap. Tapi memang ada pengaruh dari kebiasaan lingkungan orang itu. Orang yang sejak kecil nggak biasa berkeong2 akan kagok kalo dipaksa berkeong2. Dan orang yang besar di lingkungan yang biasa dengan hal itu, akan menganggap sah2 aja melakukannya. Gimanapun juga semua orang udah pada tahu apa yang norma bilang tentang berkeong2, dan setiap orang punya pilihan mau berekspresi dengan cara seperti apa.

Liat aja pilihan kata yang dipakai waktu seseorang kesandung, itu bisa secara sekilas mencerminkan orangnya.

Yang religius akan mengucapkan kata2 suci.
Yang pikirannya ngeres akan menyebutkan nama benda2 luar angkasa.
Yang pendendam akan menyalahkan orang lain.
Yang "drama queen" akan berteriak histeris.
Yang pemalu akan hanya mengaduh kecil agar tidak menarik perhatian.
Yang sangar akan meneriakkan keong2 jahat.
Yang sok ngetrend berkeong2 ala bule.
Yang latah... e copot copot kakiku copot e copot aduh kok copot copot....
Yang nyupirin bis patas ..... "Keong!!"