Monday, February 14, 2005

State of Fear??

Hehehe... kayaknya kalo ngebahas buku nggak pernah cukup dengan satu posting aja :)

Yup, masih seputar novel terbaru Michael Crichton yang baru saja aku baca. State of Fear. Judul ini kalau dipahami sekilas sepertinya tidak langsung berkaitan dengan topik utama yang dibahas, tentang perubahan iklim global. Tapi rupanya Crichton lebih memilih judul yang mewakili opininya terhadap isu tersebut. Untuk itu dia memberikan penjelasan panjang lebar tentang pemilihan judul ini melalui seorang tokoh yang hanya muncul sekali di dalam novel ini. Norman Hoffman (kayak nama orang sunda ya... hehehe) seorang profesor ekologi. Uraian lengkap yang bisa membuka mataku lebar-lebar tentang "State of Fear". Negara yang dipenuhi ketakutan.

"... To the requirement of every sovereign state to exert control over the behavior of its citizens, to keep them orderly and reasonably docile. To keep them driving on the right side of the road -- or the left, as the case may be. To keep them paying taxes. And of course we know that social control is best managed through fear."

"Can you dig it?" :D (Courtesy of Leroy Wells :P)

Negara yang Dipenuhi Ketakutan

Negara2 barat telah selama puluhan tahun menjaga warganya dalam posisi ketakutan yang terus menerus. Takut akan pihak lain. Takut akan perang nuklir. Ancaman komunis. Dan di dalam negara2 komunis juga terjadi hal yang sama. Tapi tiba2, di musim gugur 1989, semuanya berakhir. Runtuhnya tembok Berlin menimbulkan kekosongan akan ketakutan. Alam tidak menyukai kehampaan. Sesuatu harus mengisinya.

Negara2 industri sebenarnya telah memberikan warganya keselamatan, kesehatan dan kenyamanan yang memadai. Rata2 rentang usia hidup meningkat lima puluh persen dari abad sebelumnya. Tapi manusia modern malah hidup dalam ketakutan. Mereka takut terhadap orang asing, penyakit, kriminal, terhadap lingkungan. Mereka takut akan rumah yang mereka huni, makanan yang mereka konsumsi, teknologi yang mengelilingi mereka. Mereka berada dalam kepanikan terhadap segala sesuatu yang tidak dapat mereka lihat -- kuman, bahan kimia, bahan additive, pollutan. Bahkan lebih menakjubkan lagi, mereka teryakinkan bahwa lingkungan hidup di seantero planet ini sedang dihancurkan. Seperti ketakutan akan ilmu sihir di abad pertengahan.

Meskipun mereka menghuni negara2 yang berbeda -- Prancis, Jerman, Jepang, US -- kenyataannya mereka berada dalam negara pemerintahan yang sama, State of Fear.

Komplotan PLM

Hingga akhir perang dunia kedua pemerintahan negara2 barat dikuasai oleh kelompok militer-industri. Dan saat ini, terutama dalam lima belas tahun terakhir, mereka dikuasai oleh kelompok yang sama sekali baru, yang lebih kuat dan lebih mampus menembus ke dalam kehidupan setiap warganya. Kelompok politisi-legal-media. Mereka berdedikasi untuk mengangkat ketakutan di dalam masyarakat - menyaru dalam anjuran akan keselamatan.

Yup, safety menjadi alat penyamaran paling ideal. Pada kenyataannya negara2 barat sebenarnya telah begitu aman. Tapi masyarakatnya tidak merasa demikian, karena pengaruh kelompok politisi-legal media (PLM) ini. PLM bisa menjadi sangat kuat karena menyatukan begitu banyak institusi masyarakat. Potilisi membutuhkan ketakutan untuk mengendalikan masyarakat. Lawyer membutuhkan bahaya dan ancaman untuk menuntut dan menghasilkan uang. Media membutuhkan cerita menakutkan untuk meraih penonton. Secara bersama2 mereka mampu memaksakan suatu ketakutan ke dalam masyarakat, bahkan meskipun ketakutan itu sebenarnya tak beralasan sama sekali. Ketika masyarakat sadar bahwa itu tak mempunyai dasar, PLM telah mendapatkan keuntungan dari adanya berita besar, tuntutan2 hukum, dan mereka telah beralih dalam proyek penyebaran ketakutan berikutnya.

Itulah cara kerja di dalam masyarakat modern, penciptaan ketakutan secara konstan. Dan tidak ada kekuatan penyeimbang. Tidak ada sistem untuk memeriksa dan menyeimbangkan, tidak ada penghalang atas penyebaran ketakutan demi ketakutan secara terus menerus.

Kebebasan berbicara dan kebebasan pers membuka peluang lebar untuk mereka. Dengan dasar itu mereka bisa tetap bertahan. Tapi, kalo orang tidak sepatutnya berteriak "Kebakaran!!" secara sembarangan di dalam bioskop yang penuh penonton, kenapa boleh2 saja berteriak "Kanker!!" di halaman surat kabar utama? Teriakan kanker atas implantasi silikon, jalur tegangan listrik, yang ternyata tidak terbukti, telah menimbulkan kerugian berjuta2 dollar. Sejumlah uang yang sebenarnya akan sangat bermanfaat bagi negara2 miskin, tapi malah dihamburkan hanya untuk cerita fantasi yang diciptakan oleh majalah yang dianggap serius oleh pembacanya.

Situasi yang sangat tidak bermoral. Bahkan jika melihat kenyataannya, hal ini sangat menjijikkan. Kelompok PLM dengan tanpa perasaan mengabaikan manusia di planet kita yang sedang dalam kesengsaraan dan keputusasaan, hanya untuk menjaga agar para politisi gendut bisa tetap berada di kantornya, para "news anchor" bisa tetap mengudara, dan komplotan lawyer bisa tetap menikmati Mercedes-Benz convertible mereka.

Tambang Emas Ketakutan

Darimana PLM mendapatkan ide untuk tema proyek2 penyebaran ketakutan itu? Dari para peneliti di universitas.

Universitas yang diakui oleh semua orang sebagai benteng ilmu pengetahuan, tempat para cerdik-cendikia hidup dengan mengasah kemampuan otak mereka. Saat ini menjadi lingkungan yang sangat terbatas dan khusus dalam masyarakat modern. Universitas telah mendapatkan suatu peran baru untuk dimainkan. Menjadi pabrik pencipta ketakutan, untuk kemudian diolah oleh kelompok PLM.

Universitas yang menemukan teror2 baru dan semua kecemasan2 sosial baru, dalam kode2 baru yang hanya dipahami oleh mereka sendiri. Dalam istilah2 baru yang belum pernah diucapkan oleh orang awam, dengan jalan berpikir yang belum terpikir oleh orang awam. Mereka menciptakan suatu arus konstan atas kecemasan baru, bahaya baru, dan teror sosial untuk dimanfaatkan oleh politisi, lawyer, dan reporter. Makanan yang berbahaya untuk manusia. Perilaku yang tidak bisa diterima. Sangat luar biasa.

Negara yang berdasar "State of Fear" tidak bisa eksis tanpa pasokan dari universitas. Penciptaan ketakutan itu hanya bisa dilakukan dalam suatu lingkungan yang sangat terbatas, sangat tertutup, dan tanpa proses pertanggung jawaban. Dan hanya universitas lah yang memiliki lingkungan semacam itu.

Bagaimana dengan Kita?

Tulisan di atas sepenuhnya aku sadur dari penjelasan Crichton melalui tokoh Norman Hoffman. Sangat masuk akal. Tapi itu semua adalah tentang masyarakat di Amerika Serikat, atau masyarakat negara maju secara umum. Bagaimana dengan masyarakat kita?

Sepertinya pelan-pelan negara kita juga sedang mengarah kesana.

Belum sepenuhnya seperti yang terjadi di AS sih. Yang paling jelas sudah mengarah kesana adalah Media. Masyarakat kita sudah sadar akan pentingnya informasi, tapi sisi buruknya mereka menjadi sangat mudah dipengaruhi oleh media. Sementara pihak media kita juga sudah mengarah menjadi lebih provokatif dan eksploitatif. Peristiwa yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kecemasan dalam masyarakat diaduk-aduk dan dieksploitasi. Kecemasan akan membuat orang mencari informasi lebih jauh, dan media pun mengeruk keuntungan dari situ.

Dari kalangan praktisi hukum, tampaknya belum sejauh itu. Masyarakat kita belum terlalu sadar hukum jika dibandingkan masyarakat barat. Orang Amerika kalo mendapat masalah dikit sudah melontarkan "I'll sue you!". Sementara orang2 kita kebanyakan mikir2 dulu kalo harus berurusan dengan pengadilan. Belum lagi kalo harus mikirin bayar pengacara. Mungkin baru kalangan berada yang mempunyai uang lebih, atau kalangan selebriti yang butuh popularitas, yang punya cukup perhatian untuk mempermasalahkan hal2 kecil.

Sementara dari pihak politisi, kayaknya masih lebih memfokuskan diri ke urusan memanfaatkan fasilitas dan usaha menjatuhkan lawan, baik lawan dari luar maupun dari dalam. Urusan melakukan kontrol sosial belum menjadi fokus utama. Kalo ada masyarakat yang teriak2, atau kalo masalah itu bisa dijadikan proyek bagi kroni2 mereka, baru mereka melakukan sesuatu.

Dari sisi sumber ketakutan, media kita lebih banyak mengambil dari peristiwa aktual yang dibesar-besarkan. Jika kecemasan itu merupakan hal2 baru yang berasal dari penelitian, hampir pasti itu mengekor dari isu yang disebarkan negara maju. Harus diakui universitas kita baru dikenal sebagai lembaga pendidikan. Hasil penelitian dari universitas kita jarang terdengar dijadikan referensi oleh masyarakat umum.

Duh.... Udah kepanjangan ya? padahal masih banyak yang bisa dibahas.
Ya udah deh. Yang jelas masyarakat kita, terutama masyarakat kota, sudah cukup sok paranoid untuk mendukung terbentuknya State of Fear...