Saturday, February 12, 2005

Michael Crichton, State of Fear

Baru selesai baca novel terbaru Michael Crichton terbitan 2004, State of Fear. Tenggelam di dalamnya sampe aku lupa dengan ritual Tahun Baru Hijriah :(

Novel yang satu ini sangat up to date dengan keadaan dunia saat-saat ini. Tanggal kejadian ceritanya aja antara 2 Mei 2004 hingga 15 Oktober 2004. Yang jelas sangat sangat up to date adalah novel ini sedikit bercerita tentang tsunami. Ada penjelasan tentang bagaimana tsunami bisa terjadi, juga ada kejadian dimana para tokohnya hampir terjebak gelombang tsunami. Tapi tsunami hanya mengambil sebagian cerita saja, bukan tema utama.

Mungkin kalo Crichton belum menyelesaikan novel ini ketika tsunami Aceh terjadi, bisa jadi dia akan merubah sebagian isi novelnya untuk disesuaikan dengan peristiwa itu dan memberikan porsi yang lebih banyak untuk kejadian dan teori tentang tsunami. Tapi jelas alur cerita akan berubah. Tokoh antagonis di novel ini tentu akan bersorak-sorak jika mereka mendengar kejadian tsunami hebat yang melanda Aceh, karena kejadian itu akan mendukung teori yang sedang mereka perjuangkan. Dan Crichton mungkin akan rada bingung, bagaimana menyelesaikan novel ini... :P

Crichton Banget

Masih sebagaimana novel2 Crichton sebelumnya, novel ini sarat dengan penjelasan ilmiah tentang satu hal yang menjadi topik sentralnya. Crichton memang paling ulung dalam meramu apa yang ditemukannya dalam jurnal2 ilmiah dengan jalinan peristiwa tegang di dalam novelnya. Dia mengaku telah selama tiga tahun membaca jurnal2 ilmiah tentang topik yang diangkatnya di novel ini. Huh.... emang top deh Mr. Crichton ini. Jika sebelumnya ada penjelasan mendetil tentang kloning dinosaurus, kecerdasan gorilla, perjalanan melintasi waktu dan lain sebagainya, kini novel terbaru Michael Crichton mengupas tentang perubahan iklim global.

Mungkin banyak penduduk dunia yang terpelajar telah sependapat, iklim dunia sedang kacau, temperatur bumi meningkat, es di kutub mulai mencair. Ini semua karena kecerobohan manusia. Ini semua karena polusi yang ditimbulkan manusia. Polusi yang meningkatkan kadar CO2 di atmosfer bumi, yang menimbulkan efek rumah kaca (green house effect), dan pada akhirnya menjadikan suhu rata2 di bumi meninggi. Sudah sangat sering kan kita mendengar itu semua? dan karena kita, atau tepatnya aku, bukanlah orang yang terlibat dalam penelitian2 tentang cuaca global, ya cuma bisa manggut2 aja. Oh gitu toh, oh iya ya?, oh... iya deh. Tanpa perlawanan karena memang tidak berkompeten, apalagi sepertinya semua orang menyetujui hasil2 penelitian tersebut.

Tapi Mr. Crichton emang dasarnya suka kerajinan baca2 jurnal ilmiah yang sebenarnya bukan kompetensi dia. Ya iya sih, dia baca2 jurnal ilmiah tentunya demi nyari ide untuk novel berikutnya. Sudah terlanjur terkenal sebagai penulis novel yang sarat dengan latar belakang sains, tentu harus berusaha menjaga tracknya agar bisa konsisten di jalur itu. Dan dalam tumpukan jurnal ilmiah itu Crichton menemukan bahwa ternyata banyak peneliti yang tidak setuju dengan klaim bahwa iklim dunia sedang berubah menjadi kacau terutama karena polusi. Dari situlah novel ini mendapat ide.

Alur Ceritanya

Novel ini menjadikan pertentangan dua kubu tentang isu tersebut sebagai inti cerita. Satu pihak sangat yakin sekali akan kebenaran klaim tersebut, bahkan cenderung taklid buta. Satu pihak yang lain terbuka matanya bahwa isu itu terlalu dibesar2kan, tidak ada bukti akurat yang mampu mendukungnya, hasil penelitian2 ternyata tidak menunjukkan hasil ke arah tersebut. Pihak yang merasa yakin berusaha membuktikan sendiri, tapi mentok dan hasilnya memang tidak mengarah kepada apa yang mereka yakini. Demi integritas diri dan tetap mengalirnya kucuran dana ke institusi mereka, mereka akhirnya berusaha dengan segala cara agar tujuan mereka berhasil, dengan berusaha membungkam pihak lawan dan berusaha merekayasa kejadian2 alam yang bisa mendukung teori mereka. Itulah garis besar cerita dalam novel ini.

Seperti biasa juga, Crichton menyajikan alur cerita yang penuh ketegangan. Bab-bab pertama saja telah menyajikan kematian dari beberapa tokoh tambahan. Alur cerita di awal terasa agak berat. Melompat2 dari beberapa tempat yang tidak saling berhubungan, dengan tokoh baru dan setting baru di Paris, lalu Pahang, Van Couver, Tokyo, Iceland, membuat pembaca harus membuat imajinasi baru untuk setting yang baru. Dan masih ditambah lagi dengan berbagai istilah sains dan teknis yang masih asing.

Masuk ke bagian utama dengan setting di Los Angeles, dimana tokoh2 utama mulai diperkenalkan, alur agak lambat dan datar. Inti topik tentang perubahan iklim global dijabarkan panjang kali lebar, lengkap dengan sekian banyak grafik. Ketegangan mulai terbangun ketika para antagonis, yang terancam kehilangan dana untuk lembaga penyelamat lingkungan yang dikuasainya, mulai main kasar. Kejadian demi kejadian yang berpindah-pindah dari Antartika, Yellowstone National Park, Los Angeles, hingga ke Solomon Island, berkali-kali nyaris memutus ajal tokoh2 utama.

Tapi ya seperti biasanya, Crichton tidak tega membunuh tokoh utama. Pernahkah tokoh utama di novel Crichton ada yang mati tragis?.... (aku nanya nih bukan bikin kesimpulan... :P). Tapi kalo untuk pelaku tambahan, Crichton pastilah tega dengan sepenuh hati membuatnya mati tragis. Bukan saja para antagonis, tapi juga para protagonis yang cuma pendukung sesaat, Crichton rela membuatnya mati kaku tenggelam atau disayat-sayat oleh suku kanibal. Darah memang sering berhamburan di karya Crichton, detil-detil saat kematian kadang digambarkan dengan sadis.

Endingnya agak mengecewakan, karena tidak memberikan konklusi apapun atas topik utama. Memang, bagian terakhir adalah bagian yang paling menegangkan, karena kembali tokoh2 utama hampir tewas di dalamnya. Ditambah pula dengan kejutan yang buat aku tidak terlalu mengejutkan karena aku sudah menebak pasti akan seperti itu (kejutan apa itu??? baca ndiri deh, entar pada protes kalo dikasi bocoran... :P ). Tokoh antagonis utama tidak terlibat dalam klimaks cerita, hanya pasti akan sangat terpukul akan kegagalan rencananya. Inti ceritanya masih menggantung.

Tapi setelah akhir dari cerita, Crichton tidak biasanya menyisipkan "Author's Message". Disitu dia menjelaskan bahwa memang dia tidak berani membuat konklusi. Mungkin saja bumi memang sedang memanas, mungkin tidak. Mungkin pemanasan bumi memang karena ulah manusia yang ceroboh menimbulkan banyak polusi, mungkin juga bukan. Dia juga banyak mengkritik tentang para peneliti yang melakukan riset atas dasar pesanan pihak tertentu dengan hasil riset yang sudah ditetapkan sebelumnya. Menyarankan agar institusi2 yang konon bergerak dalam bidang lingkungan agar lebih banyak bergerak ke lapangan melakukan berbagai riset secara langsung, jangan cuma melakukan simulasi di depan komputer yang penuh dengan asumsi, jangan terlalu banyak paper work nggak jelas, jangan terlalu banyak tenaga administrasi, jangan terlalu banyak lawyer.

Isu Global Warming

Kadar CO2 di atmosfer bumi memang meningkat. Peningkatan itu banyak dipicu oleh digunakannya bahan bakar minyak sebagai sumber energi utama dalam banyak aktifitas di muka bumi. Dari sektor industri yang paling banyak, ditambah dari berbagai sarana transportasi darat, laut, udara, semuanya mengeluarkan emisi karbon. Berkurangnya hutan tropis mungkin juga menjadi salah satu penyebab naiknya kadar CO2.

Tapi kalau kita melihat data yang ada (di novel ini), peningkatan itu sebenarnya sangatlah kecil. Dalam 50 tahun terakhir kadar CO2 di atmosfer bumi meningkat secara rata2 dari 0.000315 menjadi 0.000370. Meningkat sebesar 0.000055 atau 55 ppm. Tergantung dari cara menggambar grafiknya sih. Jika ordinatnya mengambil skala yang sangat kecil, tentu grafiknya akan tampak sangat curam dan mengerikan.

Memang, bisa saja penambahan sekecil itu untuk unsur2 yang lethal akan dapat memberikan pengaruh yang sangat drastis. Seperti nila setitik yang bisa merusak susu sebelanga. Tapi bukankah CO2 bukan unsur mematikan seperti itu? Setiap saat manusia secara alami mengeluarkan CO2 sebagai hasil dari respirasi. Tumbuhan juga setiap saat mengambil CO2 dari udara untuk kehidupannya. Memang manusia akan mati kalau berada di dalam ruangan yang hanya berisi CO2 karena yang dibutuhkan manusia untuk hidup adalah oksigen. Tapi kalo penambahan sebesar 55 ppm, dan itupun terjadi dalam 50 tahun.....

Dan segala klaim tentang perubahan alam karena pemanasan global menurut novel ini juga tidak bisa secara akurat dibuktikan. Kenaikan temperatur di kota-kota metropolitan seperti New York sebesar 4 derajat celcius, atau di Tokyo sebesar 3 derajat celcius, jika dibandingkan dengan data tahun 1800-an, dicurigai bukan karena semata2 kenaikan CO2, tapi lebih karena meningkat drastisnya jumlah penduduk dan bangunan beton. Sementara beberapa kota lain yang lebih kecil malah menunjukkan temperatur rata2 yang menurun dibandingkan data tahun 1800-an. Kenaikan permukaan air laut juga tidak ada yang bisa membuktikan. Ketakutan para penduduk di kepulauan Pasifik bahwa negerinya akan segera lenyap ditelan laut, tidak bisa dibuktikan, karena data ketinggian permukaan laut di tempat itu tidak pernah berubah. Pada beberapa tempat di Antartika memang terjadi pencairan es, tapi secara keseluruhan suhu di pusat Antartika malah menurun. Beberapa glacier di Iceland memang meleleh dan menyempit, tapi beberapa lagi malah melebar dan meluas.

Itu semua data dan klaim yang disajikan dalam novel ini.

Bagaimana yang sebenarnya terjadi?
Silakan saja kalau ada waktu dan dana mencukupi, silakan melakukan penelitian sendiri.

Mana yang harus dipercayai?
Silakan merenung menurut keyakinan masing2.

Propaganda Amerika

Seperti kita pernah dengar dari berita2, bahwa Amerika Serikat adalah satu2nya negara yang tidak mau ikut menanda-tangani persetujuan tentang pengurangan emisi karbon. Aku udah lupa beritanya, tapi yang aku ingat sudah ada perjanjian Kyoto beberapa tahun lalu tentang hal itu. US tidak mau ikut menandatanganinya. Dan beberapa bulan kemaren ada konferensi serupa di salah satu negara Amerika Latin, dan US tetap tidak mau ikut menandatanganinya. Padahal US menurut data2 yang ada adalah negara dengan emisi karbon tertinggi. Dari novel ini, aku mulai mengerti kenapa US tidak mau menandatanganinya. Bukan semata-mata arogansi dan usaha untuk melindungi perekonomian dan perindustrian di negaranya, tapi rupanya mereka perlu lebih banyak bukti tentang efektifitas pengurangan emisi karbon untuk menyelamatkan lingkungan global.

Dari novel ini aku jadi tahu, bahwa di US sendiri masih terjadi pertentangan. Institusi penyelamat lingkungan ternyata malah banyak dikuasai oleh lawyer dengan berbagai kepentingan, bukannya para peneliti yang berkompeten dalam masalah lingkungan. Buat para lawyer yang penting bagaimana isu atau kasus yang mereka bawa bisa dibenarkan dan didukung oleh banyak pihak. Soal data yang sebenarnya, jika itu tidak mendukung tujuan mereka, bisa ditutup2i atau dimanipulasi, atau malah merekayasa data sendiri. Huh...

Terbersit juga sih, apa Crichton menulis novel ini atas pesanan pemerintah US, dalam rangka menjelaskan kepada khalayak ramai di seluruh dunia tentang apa yang diyakini oleh pemerintah US?

Di bagian terakhir dari "Author's Message", Michael Crichton menulis:
Everybody has an agenda. Except me.

[Agendaku hari ini apa ya?... oh iya... makan Konro Bakar!!... yummy... :q ]