Thursday, January 20, 2005
Musim Kambing
Hmmm... masih tentang bencana. Satu demi satu digulirkan Tuhan di tanah yang berbeda untuk menguji ketabahan hamba-Nya. Belum kembali detak jantung ke pacuan degup yang normal, setelah melihat kepedihan luluh lantaknya ujung barat nusantara, datang lagi kabar tenggelamnya rumah2 penduduk di Sambas Kalbar, Tulangbawang Sumsel, dan akhirnya di Jakarta di depan mata kepala sendiri. Belum sempat menghela nafas, sudah harus kembali hati ini terharu-biru oleh semua berita bencana yang bertubi-tubi.
Sejak kemaren sempat mencermati berita banjir di Jakarta yang jadi topik utama di banyak media. Sedikit ada rasa waswas dan cemas, musim hujan dengan curah hujan tinggi baru saja mulai tapi sudah sekian banyak yang tergenang, padahal diperkirakan masih akan berlangsung sebulan lagi. Berharap mudah-mudahan tidak menjadi lebih buruk.
Cari Kambing
Pas nonton tivi, ada rolling text yang menayangkan komentar pemirsa via sms tentang banjir jakarta ini. Kok isinya kebanyakan mencari-cari orang yang bisa disalahkan atas kejadian rutin ini. Yang paling banyak disalahkan pastilah Pak Sutiyoso, gubernur DKI, yang dibilang nggak becus, sibuk korupsi, mementingkan proyek gak jelas dll, dll. Bahkan ada yang menyalahkan SBY & JK secara tidak rasional, dibilang sejak mereka memimpin negeri ini jadi banyak bencana terjadi, perlu ada ruwatan nasional... (mungkin pake nanggap wayang betoro kolo semalam suntuk live secara nasional dari seluruh stasiun tivi dan radio... oh plisss...)
Ya, begitulah, emang enak jadi Gubernur? tapi kenapa pada berebut kursi yang satu itu ya? padahal kan ruwet banget urusannya. Liat aja masalah sampah, mau bikin tempat pembuangan baru, nggak ada daerah yang mau dijadikan kubangan sampah, bahkan warganya sampai rela mempertaruhkan jiwa dan raga. Ketika bantar gebang menutup diri untuk sementara, warga malah teriak2 bilang gubernur gak becus. Emang enak? Banjir kanal barat tidak bisa segera dibangun karena warga menuntut ganti rugi tanah yang tinggi. Ketika banjir datang lagi, gubernur lagi yang dituding gak becus. Puas ya?
Mencari orang yang bisa dipersalahkan memang gampang, tinggal tuding-tuding, alasan bisa dibikin dan direkayasa. Tapi kenapa sih harus ada yang dipersalahkan? biar bisa lepas tanggung jawab ya? padahal sebenernya ini juga tanggung jawab warga untuk juga peduli kepada lingkungan.
[btw, kenapa sih istilahnya "kambing hitam"? apa yang salah dengan kambing yang berwarna hitam? kasian sekali. Ternyata di kalangan perkambingan juga ada isu perbedaan warna kulit... Rasis!!!]
Qurban
Kebetulan juga besok Idul Adha (beberapa malah udah ngrayain hari ini), jadi inget tulisan pak Quraish Shihab. Kata beliau qurban itu bisa juga sebagai simbol pelepasan nafsu2 kebinatangan kita. Nafsu ingin menang sendiri, nafsu berkuasa, nafsu menghancurkan lawan.
Dengan simbol penyembelihan binatang qurban, diharap kita juga bisa membunuh nafsu2 kebinatangan yang ada dalam diri kita. Sepenuhnya menumpukan hidup dalam ketaqwaan kepada Allah, sebagaimana diteladankan dalam kisah Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. yang melatarbelakangi perayaan Idul Adha. Bukanlah darah dan daging qurban yang sampai kepada Allah, tapi ketaqwaanlah yang kita persembahkan kepada-Nya.
Sejak kemaren sempat mencermati berita banjir di Jakarta yang jadi topik utama di banyak media. Sedikit ada rasa waswas dan cemas, musim hujan dengan curah hujan tinggi baru saja mulai tapi sudah sekian banyak yang tergenang, padahal diperkirakan masih akan berlangsung sebulan lagi. Berharap mudah-mudahan tidak menjadi lebih buruk.
Cari Kambing
Pas nonton tivi, ada rolling text yang menayangkan komentar pemirsa via sms tentang banjir jakarta ini. Kok isinya kebanyakan mencari-cari orang yang bisa disalahkan atas kejadian rutin ini. Yang paling banyak disalahkan pastilah Pak Sutiyoso, gubernur DKI, yang dibilang nggak becus, sibuk korupsi, mementingkan proyek gak jelas dll, dll. Bahkan ada yang menyalahkan SBY & JK secara tidak rasional, dibilang sejak mereka memimpin negeri ini jadi banyak bencana terjadi, perlu ada ruwatan nasional... (mungkin pake nanggap wayang betoro kolo semalam suntuk live secara nasional dari seluruh stasiun tivi dan radio... oh plisss...)
Ya, begitulah, emang enak jadi Gubernur? tapi kenapa pada berebut kursi yang satu itu ya? padahal kan ruwet banget urusannya. Liat aja masalah sampah, mau bikin tempat pembuangan baru, nggak ada daerah yang mau dijadikan kubangan sampah, bahkan warganya sampai rela mempertaruhkan jiwa dan raga. Ketika bantar gebang menutup diri untuk sementara, warga malah teriak2 bilang gubernur gak becus. Emang enak? Banjir kanal barat tidak bisa segera dibangun karena warga menuntut ganti rugi tanah yang tinggi. Ketika banjir datang lagi, gubernur lagi yang dituding gak becus. Puas ya?
Mencari orang yang bisa dipersalahkan memang gampang, tinggal tuding-tuding, alasan bisa dibikin dan direkayasa. Tapi kenapa sih harus ada yang dipersalahkan? biar bisa lepas tanggung jawab ya? padahal sebenernya ini juga tanggung jawab warga untuk juga peduli kepada lingkungan.
[btw, kenapa sih istilahnya "kambing hitam"? apa yang salah dengan kambing yang berwarna hitam? kasian sekali. Ternyata di kalangan perkambingan juga ada isu perbedaan warna kulit... Rasis!!!]
Qurban
Kebetulan juga besok Idul Adha (beberapa malah udah ngrayain hari ini), jadi inget tulisan pak Quraish Shihab. Kata beliau qurban itu bisa juga sebagai simbol pelepasan nafsu2 kebinatangan kita. Nafsu ingin menang sendiri, nafsu berkuasa, nafsu menghancurkan lawan.
Dengan simbol penyembelihan binatang qurban, diharap kita juga bisa membunuh nafsu2 kebinatangan yang ada dalam diri kita. Sepenuhnya menumpukan hidup dalam ketaqwaan kepada Allah, sebagaimana diteladankan dalam kisah Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. yang melatarbelakangi perayaan Idul Adha. Bukanlah darah dan daging qurban yang sampai kepada Allah, tapi ketaqwaanlah yang kita persembahkan kepada-Nya.
<< Home