Monday, December 27, 2004

Membayangkan Tsunami

Pertama kali tahu berita tentang bencana yang melanda Aceh dan sekitarnya dari internet, hari minggu sekitar jam 11 an. Awalnya aku terkejut secara biasa saja, "just like another disaster". Berita-berita awal itu sama sekali tidak menyebutkan korban jiwa. Padahal dikabarkan gempa bumi yang terjadi memiliki kekuatan yang dahsyat hingga hampir 9 skala Richter. Tapi memang sumber gempanya di dasar laut sih, jadi mungkin gempa yang merambat ke darat sudah tidak terlalu besar. Ya sudah, berita tentang bencana gempa itupun lewat begitu saja.

Tapi ketika mulai menyalakan tivi dan mengikuti berita2 terkini, baru sedikit demi sedikit sadar kalau ini adalah bencana besar. Awalnya dari satu daerah ada laporan korban jiwa sekitar 25 orang... oh tidak terlalu banyak... Baru setelah mengikuti berita dari luar negeri terkaget-kagetlah aku mendengar korban di asia selatan sampai ratusan orang, bahkan kemudian berkembang menjadi ribuan. Beberapa kantor berita luar negeri memprediksikan korban di Indonesia sendiri juga mencapai ribuan jiwa. Ternyata karena terputusnya jalur komunikasi, menyebabkan berita tentang korban jiwa di Indonesia tidak terungkap dengan cepat.

Baru deh aku merasa overwhelming dengan bencana yang satu itu. Apalagi di tivi terus2an ada breaking news yang melaporkan tentang temuan terakhir dari daerah bencana.

Nggak kebayang gimana kalo aku sampe mengalami sendiri kejadian itu. Bayangin aja, diawali oleh gempa bumi yang cukup kuat, tentu sudah bisa membuat shock semua orang. Getaran gempa itu akan membuat orang2 berlarian keluar rumah dan gedung untuk menghindari agar tidak tertimpa bagian2 bangunan yang sewaktu-waktu bisa runtuh.

Beberapa menit kemudian akan mulai terdengar suara bergemuruh di kejauhan. Suara gemuruh yang tidak lazim. Dan tiba-tiba saja muncullah ombak setinggi rumah menggelora menerjang semua bangunan yang ada. Suatu pemandangan yang pasti membelalakkan mata, bagaimana tiba-tiba bisa ombak besar menerjang jauh ke dalam daratan yang tak pernah tersentuh air laut. Belum sempat berpikir tentang apa yang sebenarnya terjadi, ombak itu akan telah menerjang semua yang ada di depannya. Mereka yang sempat mencari pegangan mungkin akan bisa selamat, tapi yang masih terpana akan segera ikut tersapu ombak. Tidak heran jika banyak korban tewas adalah anak2 kecil yang refleksnya belum cukup terlatih dan tidak sempat diselamatkan oleh orang2 di sekitarnya.

Mungkin kejadiannya tidak berlangsung lama, tidak seperti banjir bandang yang terus-menerus mengalirkan air bah. Tapi daya rusaknya jelas tinggi, karena mengandung impact yang besar. Tahu-tahu segalanya sudah porak poranda.

Mengalami sendiri kebanjiran beberapa tahun yang lalu saja, cukup membuat miris. Melihat bagaimana air masuk ke dalam kamar sedikit demi sedikit, walaupun sudah berusaha membendungnya dengan berbagai macam cara, toh akhirnya masuk juga. Ketika air banjir terus naik dan naik, rasanya semangat rontok satu demi satu. Hingga akhirnya cuma bisa pasrah :( Tak terbayang bagaimana jika tiba2 ada ombak besar datang tiba2 menerjang pintu kamarku...

***

Semoga semua korban yang masih hidup diberikan ketabahan dan kemampuan untuk bertahan untuk membangun dan menjalani kehidupannya kembali. Korban yang meninggal semoga kembali ke haribaan Tuhan dengan tenang.