Monday, February 28, 2005

Malaikat & Iblis

Disela2 baris2 yang muncul bergantian tanpa topik yang jelas, seorang teman di YM bilang kalo dia baru saja ngeliat di toko buku ada novel baru dari pengarang Da Pinci (teman yang satu ini emang suka sok imyut, sok cedal, sok lugu... :P). Aku rada heran, masak sih? Kok nggak pernah denger ada info itu. Paling nggak kan di internet sudah muncul promosinya, masak tiba2 muncul di toko buku di Indonesia? Tapi ya mungkin aja sih, DVC diterbitin 2003, waktu sekitar 2 tahun aku pikir cukup untuk terbit novel berikutnya. Tapi apa bukan novel lama yang dipajang kembali, mencoba memanfaatkan gebrakan yang dibuat DVC. Dia nggak begitu yakin, dan lupa pula apa judulnya, yang pasti dia melihat ada novel baru dari pengarang Da Pinci. Oke deh, topik YM-an kemudian beralih ke topik yang nggak jelas lagi.

Ketika tiba saatnya ngapelin toko buku deket rumah, aku lihat dari jauh di etalase toko terpampang sebuah buku dengan warna dan setting seperti novel DVC. Aku pikir novel DVC dipajang lagi karena masih banyak dicari orang. Tapi setelah dekat dan aku bisa melihatnya dengan jelas....... tahu-tahu..... :p

Novel itu memang baru, tapi tidak baru. Bingung kan?. Novel ini diterbitkan Februari 2005, fresh from the oven. Tapi versi aslinya sudah diterbitkan pada tahun 2000. Yup, novel baru itu adalah versi terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Sepertinya penerbit Serambi tidak mau kehilangan momentum. Setelah terjemahan Da Vinci Code yang kontroversial itu terbukti mampu menyita perhatian pecinta buku, dalam waktu tidak terlalu lama novel dari pengarang yang sama dengan tema yang agak2 serupa mereka terjemahkan dan terbitkan. Angels & Demons, Malaikat & Iblis.

Dan wiken kali ini, sebagaimana wiken minggu kemaren, kembali dikuasai oleh sebuah buku baru.
Hey Q! get a life!!.... :p


Deja Vu

Dari melihat covernya (yang edisi terjemahan ini ya) aku udah merasa deja vu. Kok mirip banget sih? sengaja pengen ndompleng ya? Padahal sebenernya ini kan prequel dari DVC, terjadi sebelum kisah yang dipaparkan di DVC. Meski nggak ada keterkaitan cerita satu sama lain, tapi tokoh utamanya tetap Robert Langdon dengan latar belakang yang tidak jauh berbeda.

Menelusuri bab-bab awal, kembali terasa deja vu. Diawali dengan seseorang yang tidak mau dipaksa untuk mengatakan suatu rahasia hingga berujung pada pembunuhan sadis. Kemudian Robert Langdon ditelepon malam2 oleh orang asing diminta untuk melihat mayat dan simbol2 yang ada. Di tempat kejadian Robert terkejut2 melihat mayat telanjang yang dibunuh dengan sadis. Dan dilanjutkan pertemuan Robert dengan seorang wanita yang kemudian akan menjadi partner yang mendampinginya hingga akhir cerita. Plot yang sangat mirip dengan bab2 awal dari Da Vinci Code. Apa Dan Brown nggak punya cara lain untuk membuka cerita dan memperkenalkan tokoh2nya?

Robert Langdon tetap dipakai keahliannya sebagai pakar simbologi keagamaan dalam mengungkap semua misteri di dalam novel ini. Jadi jangan mengeluh kalo merasa ada data dan fakta yang dikemukakan di novel ini sudah pernah dibicarakan di DVC.

Tapi jangan khawatir. Itu semua hanya akan terasakan di awal2 cerita. Setelah semuanya mengalir dengan lancar, suatu cerita baru yang penuh dengan ketegangan akan meliputi pembacanya. Kita akan disiksa oleh novel ini, karena serasa tidak mampu melepaskannya....

Agama dan Sains

Jika di DVC ada suatu kelompok rahasia yang berusaha diungkap keberadaan dan aktifitasnya, Priory of Sion, maka disini juga ada suatu kelompok rahasia yang memainkan cerita utama, Illuminati. Sama2 merupakan suatu kelompok yang telah terbentuk ratusan tahun yang lalu, dengan beberapa anggotanya adalah tokoh2 terkenal dunia. Keduanya juga sama2 mempunyai pandangan yang melawan kebijakan gereja. Bedanya, tidak seperti PS yang terus berusaha bersembunyi, Illuminati malah muncul dan menyebar teror ke gereja Vatikan.

Tidak sekontroversial DVC memang, karena konflik cara pandang yang menjadi sumber masalah di novel ini sudah dimaklumi secara luas. Pergesekan antara agama dan sains. Hukuman mati terhadap Galileo karena teorinya tentang bumi yang bulat dianggap melawan gereja adalah salah satu tonggak yang paling jelas. Bahkan hingga saat ini yang masih terus menjadi perdebatan panjang adalah teori evolusi yang dianggap melawan dalil penciptaan yang tertulis di kitab2 suci.

Pihak gereja bukan hanya cemas dengan teori2 baru dari para ilmuwan yang bertentangan dengan dalil2 di kitab suci, tapi mereka juga cemas akan ditinggalkannya nilai2 moral dan etika jika manusia sudah terlalu memuja ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara memang tidak bisa dipungkiri sebagian dari para ilmuwan begitu bangganya dengan sumbangannya terhadap kemajuan dan modernisasi kehidupan manusia, tapi mereka mengabaikan akan efek2 buruk yang ternyata bisa merusak kehidupan manusia.

Petualangan 24 Jam

Satu lagi deja vu dalam novel ini adalah seluruh petualangan berlangsung hanya dalam 24 jam, sama seperti DVC. Kejadian demi kejadian dirangkai tanpa jeda. Dari satu kejutan ke kejutan berikutnya. Pembaca dibuat terpaku tak mau pergi karena penasaran dengan bagaimana kelanjutannya, apa kejutan berikutnya.

Petualangan intelektual pembaca diawali dengan pameran kedigdayaan ilmu pengetahuan. Pesawat terbang berkecepatan 15 mach (whatever it is.. :P), kompleks laboratorium raksasa di Jenewa dengan mesin akselerator partikel terbesar di dunia. Dilengkapi dengan teori2 tentang partikel hingga bagaimana bisa tercipta partikel antimateri yang menjadi sumber malapetaka dalam petualangan ini.

Setting lokasi berpindah ke Roma. Lokasi utama. Teror dari kelompok Illuminati mulai mengancam Vatikan yang sedang bersiap2 untuk memilih Paus baru. Ketegangan tak pernah berhenti sembari perlahan2 menguak latar belakang dari kelompok Illuminati. Robert Langdon dan Vittoria Vetra berlari-lari dari satu gereja ke gereja lain untuk mencegah pembunuhan Kardinal2 calon pemangku jabatan Paus berikutnya. Sementara pasukan penjaga kota Vatikan sibuk menyisir seluruh kota untuk menemukan tabung anti-materi yang siap meledak.

Klimaks dari novel ini cukup fantastis, dengan banyak kejutan tak terduga. Puas rasanya semua ketegangan dari awal yang terus berdetak tanpa henti akhirnya ditutup dengan ending yang WOW!. Seharusnya novel ini lebih layak menjadi film Hollywood daripada DVC yang berakhir menggantung tanpa penjelasan pasti. Tapi sepertinya susah untuk bisa membuat film yang otentik berdasarkan novel ini, terutama karena lokasi utamanya yang sangat restricted. Istana Vatikan dan seluruh ruang rahasianya.

Ambigram

Teka-teki dalam DVC terbungkus dalam kode2 sandi Anagram, kalimat yang posisi huruf2nya telah dipertukarkan sehingga membentuk kalimat baru. Sedangkan disini, yang bermain sebagai permainan yang menyenangkan dan mencengangkan pembaca adalah ambigram. Kata2 yang ditulis sedemikian rupa sehingga jika diputar 180 derajat akan terlihat sebagai tulisan yang sama persis. Simetri putar kalo dalam istilah matematika di SD.

Mencengangkan, karena membutuhkan kreativitas dan ketelitian tingkat tinggi agar bisa membuat tulisan semacam itu. Enam ambigram yang dilukiskan dalam kisah ini pastilah menimbulkan kekaguman. Dan ambigram terakhir adalah yang paling brilian.

Penggunaan huruf gothik yang penuh dekorasi mungkin memang salah satu cara tepat untuk membentuk ambigram. Dari sudut pertama, satu garis adalah komponen dari salah satu huruf, tapi dari sudut kedua, garis tersebut hanyalah sebagai dekorasi tanpa mengganggu huruf utama. Walaupun kadang bentuk huruf yang ada menjadi tidak sempurna, tapi karena kemampuan manusia yang sangat hebat dalam pengenalan pola dan kecenderungan untuk mempersepsikan sesuatu sesuai dengan keinginan, maka ambigram itu akan tetap bisa dibaca dengan baik.

Dan ketika aku selesai membaca novel ini, menutupnya, dan menghela nafas panjang, halaman yang bertuliskan judul asli novel ini tersibak sekilas. Angels & Demons, ditulis secara dekoratif. HAH! dekoratif katamu? aku buka lagi halaman itu, aku putar 180 derajat. Ambigram ke tujuh.



Dan Brown...
jempolan!!!