Wednesday, October 26, 2005
Bus Gratis
Beberapa hari ini aku melihat penampakan yang tidak biasanya di jalan raya. Ada penampakan bis baru. Bisnya seukuran metromini, warnanya putih, kondisinya masih bagus tidak sebusuk kebanyakan metromini yang ada saat ini :D. Di kaca depan ada bertuliskan trayek "Blok M - Kp. Melayu - Pulogadung". Tapi yang membuatnya tidak biasa adalah tulisan di badan bis. "BUS GRATIS", begitu bunyinya. "SUBSIDI DANA ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH. DOMPET DHUAFA", begitu kelanjutannya...
Hah? Bus Gratis???....
Yap, penggagasnya adalah Dompet Dhuafa Republika . Mulai tanggal 10 Oktober kemaren, Bus Gratis ini dioperasikan dari pagi hingga sore. 4 buat bus disediakan untuk melayani trayek Blok M - Kampung Melayu - Pulo Gadung dengan sasaran penumpang utama adalah rakyat miskin. Dompet Dhuafa sepenuhnya menanggung biaya sewa bus yang perharinya 300 ribu rupiah.
Kenaikan BBM di awal bulan oktober yang kemudian diikuti dengan serta merta oleh kenaikan harga kebutuhan2 pokok dan kenaikan ongkos angkutan umum adalah pemicunya. Demo, kecaman, kritik pedas dari berbagai penjuru tidak membuat pemerintah bergeming dari kebijakan itu. Dompet Dhuafa menyikapinya dengan sebuah solusi kecil tapi merupakan langkah yang riil. Harapannya adalah dengan menggunakan transportasi gratis ini masyarakat miskin bisa mengalihkan biaya transportasi untuk biaya kebutuhan2 yang lebih penting.
Pada Nggak Mau Gratisan?
Sudah 16 hari beroperasi, tapi tampaknya tidak terlalu banyak peminat. Beberapa kali aku lihat di dalamnya hanya terdapat sekitar lima orang termasuk awak bus. Awak busnya sendiri tampak setengah2 menawarkan jasa bis gratis ini ke orang2 yang sedang berdiri menunggu di halte2. Tidak seperti kondektur bis kota yang berteriak kencang2 untuk mendapatkan "sewa" (istilah awak bus jakarta untuk "penumpang") sebanyak-banyaknya, bahkan di bulan puasa seperti saat ini. Awak bus gratis ini menawarkan trayeknya dengan nada normal sambil melambai2kan tangan kepada calon penumpangnya. Orang2 di halte kebanyakan reaksinya adalah memandang heran dan bertanya2, beneran nih gratis?.
Kurang publikasi? bisa jadi. Memang ada diberitakan di republika dan tempo, juga detikcom. Lewat televisi juga pernah katanya. Tapi ya buktinya aku baru tahu beberapa hari ini. Padahal trayek yang diambil mestinya lumayan gemuk lo. Blok M, Kampung Melayu, dan Pulo Gadung itu kan termasuk tempat2 transit utama orang2 Jakarta setiap hari.
Gengsi naik gratisan? ah, masak sih? tapi bisa jadi juga. Orang-orang kantoran yang udah rapi dan wangi mungkin rada gengsi kalo naik bis gratisan. Masak sih bayar ongkos bis kota reguler dua ribu rupiah nggak sanggup?
Merasa tidak berhak? nah.. kalo yang ini aku :P Gimana enggak, tertulis besar2 di badan bis kalo bis ini adalah subsidi dari dana zakat, infaq dan sedekah. Yang namanya dana zakat kan tidak bisa diberikan ke sembarang orang. Hanya orang2 tertentu yang berhak menerimanya. Dan sejauh ini aku merasa tidak termasuk orang2 yang berhak.
Tepat Sasaran?
Terus terang aku sempat bertanya-tanya. Bisa tepat sasarankah? Bukankah masyarakat miskin lebih butuh makanan dan kebutuhan pokok lainnya daripada transportasi gratis, apalagi menjelang lebaran begini? Kenapa diletakkan di daerah bisnis seperti Blok M, kok tidak dari kantong2 pemukiman miskin biar lebih tepat sasaran? Kenapa armadanya cuma 4 buah, orang harus menunggu berapa jam sampai bus ini lewat didepannya? Kenapa tidak dirupakan dalam program "Mudik Gratis" saja? dll.. dllsb
Yah memang, kalo mau nyari celah kekurangannya memang bakal banyak. Namanya juga program yang sedang mencari bentuk. Tapi memang harus dicari cara2 yang lebih efektif agar dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Terutama karena program ini membawa dana zakat, yang secara aturan Islam tidak boleh dibagikan kepada yang tidak berhak.
Aku baru bisa paham setelah membaca penjelasan bahwa selain secara langsung mencoba meringankan beban rakyat miskin, program ini juga dijadikan sarana untuk menghimbau pemerintah dan pihak2 lain untuk melakukan sesuatu yang riil dalam membantu ekonomi masyarakat yang semakin terjepit. Tulisan besar-besar di badan bus "Bus Gratis", "Subsidi dana zakat infaq dan sedekah" mestinya bisa menumbuhkan simpati dan kemudian menggerakkan hati. Meskipun mungkin ide bus gratis ini belum cukup efektif, tapi paling enggak setelah dipelopori dengan program ini pihak2 lain diharapkan bisa mencetuskan ide yang lebih matang dan lebih efektif untuk membantu rakyat miskin.
Jangan cuma bisa komentar ngawur semacam "itu wajar..", "kalo nggak kuat beli, ya jangan beli"... errgh...
Hah? Bus Gratis???....
Yap, penggagasnya adalah Dompet Dhuafa Republika . Mulai tanggal 10 Oktober kemaren, Bus Gratis ini dioperasikan dari pagi hingga sore. 4 buat bus disediakan untuk melayani trayek Blok M - Kampung Melayu - Pulo Gadung dengan sasaran penumpang utama adalah rakyat miskin. Dompet Dhuafa sepenuhnya menanggung biaya sewa bus yang perharinya 300 ribu rupiah.
Kenaikan BBM di awal bulan oktober yang kemudian diikuti dengan serta merta oleh kenaikan harga kebutuhan2 pokok dan kenaikan ongkos angkutan umum adalah pemicunya. Demo, kecaman, kritik pedas dari berbagai penjuru tidak membuat pemerintah bergeming dari kebijakan itu. Dompet Dhuafa menyikapinya dengan sebuah solusi kecil tapi merupakan langkah yang riil. Harapannya adalah dengan menggunakan transportasi gratis ini masyarakat miskin bisa mengalihkan biaya transportasi untuk biaya kebutuhan2 yang lebih penting.
Pada Nggak Mau Gratisan?
Sudah 16 hari beroperasi, tapi tampaknya tidak terlalu banyak peminat. Beberapa kali aku lihat di dalamnya hanya terdapat sekitar lima orang termasuk awak bus. Awak busnya sendiri tampak setengah2 menawarkan jasa bis gratis ini ke orang2 yang sedang berdiri menunggu di halte2. Tidak seperti kondektur bis kota yang berteriak kencang2 untuk mendapatkan "sewa" (istilah awak bus jakarta untuk "penumpang") sebanyak-banyaknya, bahkan di bulan puasa seperti saat ini. Awak bus gratis ini menawarkan trayeknya dengan nada normal sambil melambai2kan tangan kepada calon penumpangnya. Orang2 di halte kebanyakan reaksinya adalah memandang heran dan bertanya2, beneran nih gratis?.
Kurang publikasi? bisa jadi. Memang ada diberitakan di republika dan tempo, juga detikcom. Lewat televisi juga pernah katanya. Tapi ya buktinya aku baru tahu beberapa hari ini. Padahal trayek yang diambil mestinya lumayan gemuk lo. Blok M, Kampung Melayu, dan Pulo Gadung itu kan termasuk tempat2 transit utama orang2 Jakarta setiap hari.
Gengsi naik gratisan? ah, masak sih? tapi bisa jadi juga. Orang-orang kantoran yang udah rapi dan wangi mungkin rada gengsi kalo naik bis gratisan. Masak sih bayar ongkos bis kota reguler dua ribu rupiah nggak sanggup?
Merasa tidak berhak? nah.. kalo yang ini aku :P Gimana enggak, tertulis besar2 di badan bis kalo bis ini adalah subsidi dari dana zakat, infaq dan sedekah. Yang namanya dana zakat kan tidak bisa diberikan ke sembarang orang. Hanya orang2 tertentu yang berhak menerimanya. Dan sejauh ini aku merasa tidak termasuk orang2 yang berhak.
Tepat Sasaran?
Terus terang aku sempat bertanya-tanya. Bisa tepat sasarankah? Bukankah masyarakat miskin lebih butuh makanan dan kebutuhan pokok lainnya daripada transportasi gratis, apalagi menjelang lebaran begini? Kenapa diletakkan di daerah bisnis seperti Blok M, kok tidak dari kantong2 pemukiman miskin biar lebih tepat sasaran? Kenapa armadanya cuma 4 buah, orang harus menunggu berapa jam sampai bus ini lewat didepannya? Kenapa tidak dirupakan dalam program "Mudik Gratis" saja? dll.. dllsb
Yah memang, kalo mau nyari celah kekurangannya memang bakal banyak. Namanya juga program yang sedang mencari bentuk. Tapi memang harus dicari cara2 yang lebih efektif agar dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Terutama karena program ini membawa dana zakat, yang secara aturan Islam tidak boleh dibagikan kepada yang tidak berhak.
Aku baru bisa paham setelah membaca penjelasan bahwa selain secara langsung mencoba meringankan beban rakyat miskin, program ini juga dijadikan sarana untuk menghimbau pemerintah dan pihak2 lain untuk melakukan sesuatu yang riil dalam membantu ekonomi masyarakat yang semakin terjepit. Tulisan besar-besar di badan bus "Bus Gratis", "Subsidi dana zakat infaq dan sedekah" mestinya bisa menumbuhkan simpati dan kemudian menggerakkan hati. Meskipun mungkin ide bus gratis ini belum cukup efektif, tapi paling enggak setelah dipelopori dengan program ini pihak2 lain diharapkan bisa mencetuskan ide yang lebih matang dan lebih efektif untuk membantu rakyat miskin.
Jangan cuma bisa komentar ngawur semacam "itu wajar..", "kalo nggak kuat beli, ya jangan beli"... errgh...
<< Home