Tuesday, August 23, 2005

Menyatukan "Puing"


"Puing", sebuah karya yang boleh dibilang fenomenal dalam ajang dunia tulis-menulis di Indonesia. Fenomenal karena mungkin inilah novel kolaborasi pertama yang diterbitkan di Indonesia. Ditulis oleh sembilan orang penulis, yang sebagian diantaranya adalah penulis dadakan yang menjadikan partisipasinya di dalam novel ini sebagai debutnya. Bondan Winarno, Anna Budiastuti, Anna Hadj, Arief Hamdani, Gredika Noor Hanes, Irvan Sjafari, Priatna Ahmad Budiman, Suzana Widiastuti, dan Violeta Narcissus adalah mereka yang ikut menguntai kalimat menjalin kisah dalam novel ini.

Kolaborasi Nulis Novel?

Pertama kali denger soal ide adanya novel yang merupakan karya kolaborasi, aku sedikit agak bingung. Ide yang sangat menarik. Tapi gimana caranya untuk bikin satu novel utuh dengan berkolaborasi dalam penulisannya? Tiap penulis kan memiliki gaya penulisannya sendiri2, bagaimana cara menyatukan itu? Terus juga pasti akan cukup sulit untuk menjaga karakter masing2 tokoh agar tetap konsisten, karena bagaimanapun setiap penulis akan memiliki persepsi sendiri2 terhadap tiap tokoh.

Tapi ternyata novel ini mempunyai caranya sendiri. Mereka bukan menulis secara bergantian babak demi babak secara berurut dari kisah yang dituturkan. Penulisan seperti itu pasti akan cukup susah, karena membutuhkan penyatuan ide dan persepsi yang solid terhadap segala yang ada di kisah ini. Apalagi para penulis ini tidak tinggal di satu kota. Dalam novel ini, masing2 penulis membuat kisah sendiri2 tentang satu tokoh. Dan kemudian didalamnya mereka akan menyelipkan bagian yang menghubungkan tokoh utama mereka dengan tokoh2 yang lain. Selanjutnya untuk membuat hubungan ini lebih jelas lagi, maka ditulislah bagian awal dan bagian akhir yang memang bertujuan untuk menyatukan semua "puing" tulisan.

Membuat bagian akhir cerita yang menyatukan semua keping2 itu menjadi satu agar menjadi cerita utuh tentulah tugas yang cukup berat. Pantaslah kalau tugas ini diembankan kepada penulis yang sudah senior dan diakui kompetensinya dalam dunia penulisan seperti Bondan Winarno. Selain sebagai penulis bagian akhir, beliau juga mendapat tugas menyunting keseluruhan naskah novel ini. Mungkin termasuk juga menyisipkan bagian yang menjelaskan pola hubungan di antara setiap tokoh yang ada di setiap bagian. Tugas berat...

Puing Demi Puing

Tokoh2 dalam novel ini adalah mereka yang - ceritanya - tergabung dalam suatu komunitas di dunia maya. Suatu milis bernama after_life yang dibentuk oleh Azumi. Milis ini mengumpulkan orang2 yang sama2 mempunyai kegelisahan akan esensi kematian.

Akhir yang Mengawali, ditulis oleh Suzana Widiastuti.
Ini memang bagian akhir dari kisah novel ini. Dan bagian akhir ini diletakkan di urutan awal. Jadi pantaslah diberi judul demikian. Dan jangan protes kalo baru baca bab awal sudah ketahuan endingnya :P Meskipun demikian karena pembaca sama sekali belum diperkenalkan dengan masing2 tokoh, maka membaca bab2 selanjutnya tetaplah memancing rasa ingin tahu.

Kalyana, ditulis juga oleh Suzana Widiastuti.
Mengisahkan dua tokoh utama sekaligus, Kalyana dan Maia. Keduanya adalah pecatur wanita yang cukup diperhitungkan. Bedanya Kalyana baru saja merintis upayanya untuk menjadi pecatur wanita senior yang disegani, sedangkan Maia adalah mantan pecatur wanita handal yang telah mengundurkan diri. Kematian seorang kekasih, yang membuat Maia tak mampu menatap papan catur lagi.

Banyak bercerita tentang dunia catur, yang memang menjadi latar belakang dari penulisnya. Tema utama novel, yaitu tentang kematian, agak sedikit terabaikan.

Azumi, ditulis oleh Violetta Narcissus.
Doktor Azumi adalah wanita muda cantik yang ahli dalam bidang biologi molekuler. Dengan keahliannya dia sangat terobsesi untuk bisa mengendalikan kematian manusia. Kematian ibu dan adiknya saat dia masih anak2-lah yang memicunya. Berbekal hasil risetnya dia yakin bahwa dia akan bisa dengan tepat menebak sisa umur seorang pasien yang sakit parah.

Ditulis dengan pemahaman tentang biologi dan kedokteran yang cukup mendalam. Pandangan Azumi tentang kehidupan dan kematian sempat membuat kening berkerut.

Delon, ditulis oleh Irfan Sjafari.
Seorang sutradara muda yang baru saja gagal mengangkat film kolosalnya yang memvisualkan kejadian kiamat. Dalam keterpurukan dia bergabung dalam suatu sekte Persaudaraan Akhir Jaman dan terjebak di dalamnya.

Penulisannya berpindah2 dari potongan tayangan film dan dari alur cerita sebenarnya. Sempat membuat bingung, karena tokoh di dalam film dan di cerita mirip, jadi kadang bingung ini bagian dari film atau bagian dari alur cerita.

Ditto, ditulis oleh Priatna Ahmad Budiman.
Ditto, anak muda dengan kemampuan spiritual yang mampu membaca dan memasuki alam gaib. Mampu menangkap jin yang merasuki seseorang, tapi tidak mampu menyembuhkan penyakit neneknya tercinta. Mimpi tentang saudara kembarnya, yang dia tahu sudah meninggal sejak kecil, membuatnya tambah resah.

Pembahasan yang sangat menarik dengan bahasa yang ilmiah tentang dunia orang2 dengan kemampuan spiritual.

Ayala, ditulis oleh Anna Hadj.
Cerita yang sangat menyentuh tentang seseorang yang rela mengorbankan kehidupannya bagi orang yang ia kasihi. Dirga, sahabat Ayala, positif mengidap HIV. Dan seseorang yang sangat mencintai Dirga rela mengambil resiko untuk memberikan kebahagiaan bagi Dirga di sisa hidupnya. It's a beautiful risk.

Mengalir dan mengharukan. Memberikan penyegaran pola pikir dalam cara memaknai hidup.

Dan, ditulis oleh Arief Hamdani.
Dani, seorang pemuja cinta, jatuh hati kepada Dini dalam perjalanan London-Paris. Tapi sejak awal Dini tidak ingin Dani terpikat kepadanya. Dalam kekecewaannya, akhirnya Dani melabuhkan cintanya kepada Yang Lebih Berhak.

Bertabur pemujaan akan cinta, tema utama tentang kematian hanya menjadi tempelan.

Odith, ditulis oleh Anna Budiastuti.
Tentang Odith yang bersahabat dan kemudian berpasangan dengan Kara. Berdua mereka sering berdiskusi tentang kematian, nasib, dan peluang dalam hidup.

Endingnya agak membingungkan. Pergantian penutur yang menjadi tokoh 'aku' juga membuat pembaca sering tersesat.

Akhir yang Mengawali, ditulis oleh Bondan Winarno.
Mengumpulkan semua tokoh dalam satu kisah. Satu momen dimana anggota2 aktif milis after_life akan melakukan perjumpaan langsung untuk pertama kalinya. Dan momen itu ternyata menjadi akhir semuanya, atau mungkin malah awal dari sesuatu yang lain.

Bondan Winarno berhasil mengambil masing2 karakter dan juga sebagian kisah dan latar belakang dari kepingan kisah dalam penutup ini. Karakter yang dibangun penulis lain, bisa tetap dijaga di bagian akhir ini. Dan karena ending cerita telah dikisahkan di awal, maka bagian penutup ini tidak terlalu mengejutkan. Meski tetap membikin miris pembacanya.

Ku, bonus tulisan oleh Gredika Noor Hanes.
Nyempal dari tema utama novel. Tapi tetap ikut diangkat sebagai bonus karena dianggap layak untuk dipublikasikan. Sebuah prosa berlirik yang indah tentang perselingkuhan

Penyatuan Puing-puing

Membaca novel kolaborasi ini memang serasa membaca 'puing-puing' yang dijajarkan dalam satu urutan. Benang merah dari tiap2 bagian dengan yang lainnya memang terungkap dengan jelas. Semua bagian menceritakan keterlibatan tokohnya dengan milis after_life, dan saling mengenal dengan tokoh lainnya melalui milis tersebut. Tapi karena perbedaan gaya penuturan dari tiap2 penulisnya, bahkan beberapa di antaranya memiliki gaya yang sangat berbeda, membuat setiap bagian itu terasa berdiri sendiri2.

Alhasil, membaca novel ini lebih terasa seperti membaca kumpulan cerpen yang kemudian disatukan oleh tulisan di bagian awal dan bagian akhir. Tema utamanya yaitu tentang hidup, mati dan hidup sesudah mati, belum tergali dengan cukup dalam. Mungkin karena setiap penulis hanya berkesempatan membuat sebuah kisah pendek, jadi tidak cukup tempat untuk membeberkan persepsi mereka tentang tema utama secara lebih dalam. Di samping itu persepsi masing2 penulis tentang tema itu juga berbeda2, sehingga terasa berlompat2an dan tidak terbangun pesan yang utuh tentang tema itu.

Meski demikian keberagaman itulah yang membuat novel ini berbeda dan menarik.

Puing Tercecer

Sekedar pengamatan iseng, terlihat ada suatu garis tipis yang membedakan antara penulis wanita dan penulis pria di dalam novel kolaborasi ini. Penulis wanitanya umumnya membuat tulisan yang mengalir lurus dengan penuh perasaan. Sementara penulis pria lebih suka membuat alur yang melompat-lompat, sambil memberikan penjelasan deskriptif yang mendetail tentang suatu hal, lebih suka bereksperimen dalam tulisan. Hmmm...

Dan seminggu yang lalu, ketika aku sedang membaca kisah2 di dalam novel ini yang penuh dengan cerita kematian, aku dikejutkan dengan kabar meninggalnya seorang blogger. Natasha Anya meninggal setelah sempat menuliskan posting mimpi buruknya tentang kematian (semoga engkau telah tenang di alam sana Sha....). Membuat aku semakin kelabu...