Tuesday, October 11, 2005

Sepotong Biskuit di Bulan Puasa

Suatu siang di bulan Ramadhan sekian tahun yang lalu. Kalo nggak salah aku masih kelas 3 SD, tapi aku sudah membiasakan diri untuk ikut puasa secara penuh.

Bersama seorang kakak sepupu, aku main ke rumah kakak sepupu jauh yang rumahnya tidak begitu jauh (bingung nggak? :P ). Karena bulan puasa kita main di dalam rumah biar nggak terlalu banyak buang energi. Mengobrak-abrik koleksi mainan yang dimiliki kakak sepupu jauhku itu.

Kita main di kamar tidur tamu yang cukup luas yang sedang tidak ditempati siapa-siapa. Main ini main itu... lumayanlah bisa mengalihkan perhatian dari perut yang kosong dan tenggorokan yang sedang kering.

Suatu saat, mataku menatap ke arah meja di dekat tempat tidur. Sebuah kaleng bundar tinggi berwarna merah dengan penutup kuning keemasan duduk dengan manis sendirian di atas meja itu. Seutas rantai keemasan tersambung dari sisi kanan kaleng ke sisi kirinya sebagai pegangan untuk menjinjing kaleng itu kemana-mana. Rantai yang sangat khas, menjadi penanda apa yang ada di dalam kaleng itu. Yup... itu adalah kaleng Marie Regal :)

Marie Regal boleh dibilang biskuit yang cukup elit pada masa itu. Nggak sembarangan disajikan untuk orang banyak. Mungkin karena harganya lumayan mahal untuk masa itu dan untuk kelas sosial keluargaku. Selain itu memang rasanya cukup menjanjikan. Terasa banget aroma dan rasa susu di biskuit ini. Bukan sekedar terasa ada susunya, tapi memakan dan mengunyah biskuit ini memang serasa mengunyah susu bubuk. Dan kalo kebanyakan ya eneg juga sih.

Kakak sepupuku mengikuti arah mataku. Lantas dia mendekati meja itu. Akupun ngikut. Kakak sepupu jauh ikut mendekat. Langsung dia mencoba membuka tutupnya.

"Masih ada isinya nggak ya?", dengan mengerahkan sedikit tenaga di ujung2 jarinya dia membuka tutup kaleng itu. Begitu terbuka.... hmmmmm.... aroma wangi susu langsung menyeruak menyusuri rongga2 hidung kita bertiga... hmmmm....

"Waaaah... wanginya enaaaak yaaaa... "
"Iyaaaa.. nihhh... hmmmmm"
"hmmmm..... "

"Udah ah, entar bikin kepengen, bisa batal lho", kaleng itu ditutup dengan penuh kesadaran. Kembali kita bertiga menyibukkan diri dengan mainan-mainan yang terserak di lantai.

Sesaat kemudian...

"Ah.. pengen nyium wanginya mari regal lagi ah...".

Tanpa saling nunggu, berbondong-bondonglah kita bertiga berkerumun lagi ke meja. Membuka tutup kaleng, dan menghirup napas dalam-dalam di atas kaleng...

"hmmmmm...."
"waaaaaah.."
"enaaak...."

"cobain yuk", ...(setan itu mulai datang..)
"eh!! nggak boleh, kan lagi puasa", ... (malaikat mencoba menentang..)
"iya sih"
"tapi baunya enak banget nih!", ... (setan kembali menyerang..)
"he eh nih.. hmmmm", ... (malaikat mulai rontok satu bulu sayapnya..)
"cobain dong", ...(setan menggelitikkan tombaknya berkali-kali)
"tapi kan kita puasa!", ... (malaikat mencoba mengepakkan sayapnya lagi..)
"kita kan masih kecil, boleh puasa setengah hari", ...(setan menemukan titik lemah)
"tapi kalo entar dosa gimana?", ...(malaikat mencoba menggeliat..)
"yah.."



"eh.. kita minta maaf dulu aja".
"minta maaf?".
"iya.. sebelum nyobain kita berdoa minta maaf aja dulu"... (setan mengobarkan apinya..)
"bisa ya gitu?", ... (malaikat mulai lunglai sayapnya..)
"iya.. kalo minta maaf dulu kan entar nggak dosa"... (DZZIGH!! tombak setan menusuk sasaran)
"emmm... iya deh...", ... (sepasang sayap malaikatpun jatuh ke tanah :( ..)

Langsung kita bertiga mengatur posisi bersimpuh rapi di atas karpet. Menengadahkan kedua tangan, memandang ke atas, dan mulai berdoa

"Ya Allah, ampunilah kami...
Ijinkanlah kami membatalkan puasa hari ini...
sekali ini saja.. Ampunilah kami..."

Bergantian kita mengucapkan kalimat-kalimat yang sama atau senada, dengan penuh harap menengadah ke atas.

Merasa cukup dengan ritual ciptaan sendiri itu, kembali kita berkerumun di meja dan membaui aroma wangi Marie Regal.

"hmmmm...."
"yuk......"
"udah boleh kan?"

"Eh, bentar aku ambil minum sekalian ya", kakak sepupu jauhku keluar kamar menuju dapur. Sesaat kemudian dia muncul di depan jendela sambil mengulurkan segelas teh manis. "Nih ambil!". Kita berdua menyambutnya dengan gembira. Segera dia kembali ke kamar.

"yuk...."
"kamu dulu deh"

Aku pun memasukkan tanganku ke dalam kaleng. Mencomot satu yang masih utuh. Dengan mata berbinar dan senyum terkembang aku liatin sebungkah biskuit Marie Regal yang di siang hari pada bulan puasa itu tampak seperti berkilauan menggoda selera. Aku memandang kakak sepupuku dan kakak sepupu jauhku, mereka juga tersenyum senang dan menganggukkan kepala.

Dengan penuh konsentrasi, kudekatkan biskuit itu ke mulutku. Semakin dekat semakin aroma susunya menusuk-nusuk saraf-saraf di dalam hidungku. Mulutkupun seperti diperintah untuk segera memproduksi air liur yang akan mengolah biskuit itu ketika sampai di mulut.

NYAM!!..... sepotong biskuitpun sukses tergigit dan bergelimang dalam kunyahan

(malaikatpun rebah, pingsan tak mampu berdiri lagi... sementara setan bersorak-sorak gembira...)

Nyam!.... nyam!.... nyam!...

"enak ya?"
"hmm... enak!"
"nih!.. minum gih!"

Sluurrrp... teh manis hangat menggelontor cacahan biskuit yang ada di mulutku...

"hmmm... enak! yuk ambil juga gih"

"nggak deh, kamu aja..."
"LHO!? KOK!!?"
"iya deh, kamu aja, kamu kan yang paling kecil"
"LAH!!"
Aku terlongong...

hiks..., hiks...
Aku merasa dikhianati... hiks...
Tapi memang enak sih marienya...