Friday, September 09, 2005
Pengamenpun Ber-inovasi
Sebagai pengguna setia sarana transportasi umum, jelas aku cukup sering bertemu dengan para penjaja suara di jalanan. Ada yang cuma bermodal muka badak teriak2 tanpa iringan musik, ada juga yang berkelompok dengan membawa alat musik berbagai rupa. Ada yang fals kemana-mana, ada juga yang lumayan merdu layak ikut kontes pencarian idola.
Aku nggak selalu ngasih juga sih ke mereka. Kalo ke setiap pengamen harus selalu, wah ongkos transport bisa bengkak tuh, secara satu kali naik bisa bisa sampai 4-5 kali berganti pengamen. Pilih2 juga kalo mau ngasih. Kalo nyanyinya atau musiknya bagus, nggak berat deh untuk masukin gopek-an ato bahkan ribuan ke kantong yang mereka ulurkan. Kadang juga rela ngasih kalo tersentuh banget dengan kondisi mereka. Atau kalo tiba2 saja aku sedang dermawan, nggak pake nimbang2 ya ngasih aja. Tapi kalo lagi pelit ditambah suntuk dan stress, sebagus apapun mereka nyanyi, tanganku akan melambaikan maaf saat kantong diulurkan. Suka2 gua lah..
Kreativitas Pengamen
Dulu yang namanya pengamen itu identik dengan cowok gondrong dekil nyanyi sambil bawa gitar dari rumah ke rumah. Aku baru nemuin pengamen yang nyanyi di bis itu sejak di Jakarta. Beneran. Selama tinggal di Malang sampai kuliah di Surabaya, pengamen itu aku temuin cuma yang nyanyi dari rumah ke rumah. Baru beberapa waktu kemudian, pas aku mudik dari Jakarta mulai muncul satu persatu pengamen di bis kota di daerahku. "wah.. ngikut2 pengamen jakarta nih", pikirku saat itu.
Yah, namanya juga mencari peluang dengan menjemput bola. Dengan nyanyi beberapa lagu di hadapan sejumlah penumpang bis, memang lebih banyak kesempatan mendapat saweran daripada harus ngamen dari rumah ke rumah. Mereka juga bisa lebih maksimal mempertontonkan kemampuan bermusik mereka dengan menyanyikan beberapa lagu secara utuh. Kalo ngamen di rumah, baru nyanyi sebaris udah diusir dengan duit cepek.
Saat aku sering naik KRL dari Cikini ke Pasar Minggu aku nemuin banyak pengamen2 yang kreatif. Kejutan pertama waktu ada serombongan pengamen yang bukan cuma bawa gitar tapi juga bawa semacam drum sederhana. Dengan tambahan suara ritmis dari drum sederhana itu, bisa tersaji musik yang lebih hidup dan enak didengar. Karena tampaknya cukup berhasil menghipnotis penumpang untuk merogoh sakunya, rombongan pengamen lain pun ikut2an membawa drum.
Grup pengamen lain kemudian muncul dengan gayanya sendiri, membawa pemain biola.. weleh susah kali ya main biola di kereta. Persaingan pun terus berkembang, sampai ada grup pengamen yang bawa bass betot segedhe gentong ke dalam kereta, Dan grup yang lain lagi bahkan gak tanggung2 bawa amplifier dan gitar listrik ke gerbong! Waktu jaman kejayaan musik ska, sering ketemu ama rombongan pengamen yang cukup atraktif memainkan lagu2nya Tip-ex. Sebagai pengganti terompet yang dominan di musik ska, mereka memakai beberapa pianika... wah kreatif deh...
KRL yang melawan arus pulang-pergi orang kantoran memang memberikan ruangan yang cukup lega untuk rombongan pengamen beraksi di dalam gerbong. Pengamen serombongan besar dengan banyak alat gitu pasti susah kalo mau main di bis kota. Makanya kalo mau liat aksi pengamen yang kreatif coba aja naik KRL yang melawan arus. Bahkan beberapa kali ada kelompok yang mementaskan lakon teater di dalam gerbong KRL!! ... rada aneh dan risih juga sih ngeliat orang jejeritan kayak or-gil di gerbong kereta :D
O iya, sempet juga kaget waktu pemunculan pertama kali pengamen yang mengusung sebuah tape deck lengkap dengan mic, speaker dan accu nya dalam sebuat kotak yang dicangklong di bahu. Si pengamen akan berkaraoke dengan kaset2 yang sudah dia persiapkan. Yang menyiksa kalo tape deck yang dibawa bunyinya udah gembret gak karuan dan disetel keras2 pas di samping tempat duduk kita... hadooooh.. toloooong!!
Mengusik Perasaan Iba
Itu dari kelompok pengamen yang mengandalkan kreativitas untuk merebut perhatian dari pendengarnya. Kelompok yang lain, yang tidak punya bakat dan kreativitas bermusik yang mencukupi untuk ditampilkan, mencoba mengambil jalan lain. Merebut simpati penumpang dengan membangkitkan rasa iba.
Pada awalnya hampir tidak ada pengamen dari kalangan wanita. Dan ketika wanita yang kurang beruntung mulai ikut terjun di dunia ngamen-mengamen, orang pun menoleh kepada mereka dan merasa simpati. Setelah lama2 hal itu udah biasa terlihat, mereka berusaha mengambil hati lagi dengan menampilkan wanita mengamen sambil menggendong bayi... uh
Muncul pula pengamen anak2. Dengan berbekal kecrekan dari tutup botol minuman, mereka menyanyi ala kadarnya untuk memancing simpati. Semakin kecil dan semakin innocent si anak, akan semakin mengundang simpati... :( Ditambah lagi lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu yang menggambarkan kesulitan hidup mereka. Penumpang yang sensitif dan berempati tinggi pasti tak kuasa untuk tidak memberi.
Satu saat aku sempat dikejutkan dengan "move" berikutnya dari usaha memancing simpati ini. Seorang anak membagi-bagikan amplop kosong kepada penumpang, sementara temannya menyanyi. Di amplop itu tertulis kalimat2 permohonan untuk membantu biaya sekolah mereka. Tak kuasa menahan haru, akupun menyelipkan uang ke dalam amplop itu. Tapi ketika cara itu mulai dicontek oleh anak2 pengamen yang lain, lama2 ya aku kebal juga.
Yang paling mengganggu adalah pengamen yang "bergaya" orang gagu bernyanyi. Dengan ucapan yang cuma "aaaa...aa...waaaa..waaa" tanpa irama yang jelas selama beberapa menit, jelas bikin orang yang denger malah terganggu banget. Denger pertama mungkin bisa menimbulkan simpati, "kasihan banget". Tapi setelah beberapa menit jadinya, "kalo gagu nggak usah maksa nyanyi deh". Apalagi disertai kecurigaan, "beneran gagu nggak sih?"..
Sexy Dancer Jalanan
Sebenernya posting ini terutama pengen nyeritain yang berikut ini. Tapi kan nggak "Q banget" kalo nggak pake pembahasan secara historis dan kronologis di awalnya :P ... hehehe...
Beberapa minggu yang lalu, bareng ama si dekil dan si bagus (berlawanan banget ya.. :P) mo ke Plangi. Naik bis kota duduk paling depan biar gampang kalo mo turun. Di satu halte, naiklah tiga manusia bertampang wanita berbadan pria. Mengenakan pakaian ketat berwarna genjreng yang sangat mengundang perhatian. Wajahnya dipoles lengkap dengan berbagai macam kosmetik di semua sudutnya. Ala penyanyi dangdut gitu lah.
Salah seorang menyandang tape deck berdiri di dekat pintu depan bis. Yang paling menor ada di sebelahnya. Satu lagi berada di tengah gang.
Semua mata penumpang sudah terpaku dengan keseronokan dandanan mereka. Tapi dandanan seronok itu ternyata cuma salah satu pemikat saja. Ketika musik mulai dinyalakan, pertunjukan sebenarnya baru akan mulai.
Pemain utama mulai bergoyang pelan mengikuti irama musik dangdut sambil menyanyikan lirik lagunya. Nyanyinya lipsync ternyata. Tapi.. lho... lho... waktu musiknya mulai meninggi temponya.. eh.. kok.. si menor itu ikutan meningkatkan goyangannya.. dan makin lama makin heboh aja... wah... wuih... sambil berpegangan pada pipa hand rail dia bergoyang makin heboh... Goyang ngebor, goyang ngecor, goyang patah2... entah apa lagi... dan itu semua "mak ngok" pas di depanku :O Kita bertiga cuma bisa pandang2an sambil nahan ketawa.
Waktu aku nengok ke personil yang di tengah, eh.. dia juga lagi heboh ginal-ginul kanan kiri sambil senyam-senyum... weeeeh... Para penumpang di kanan kirinya sebagian besar sok cool nggak merhatiin, tapi yang dibelakang keliatan pada tertawa lebar bahagia mendapat hiburan heboh. Saat bis berhenti sejenak di halte, orang yang sedang di halte menangkap keriuhan di dalam bis dan menunjuk2 ke dalam bis sambil tertawa lebar...
Tapi sebelum mereka selesai beraksi, kita sudah harus turun di tempat tujuan sambil tertawa-tawa :D Nggak sempet kasi tips buat para sexy dancer itu ..
Setelah itu, satu dua kali nemuin lagi para sexy dancer yang lain beraksi di atas bis kota. Tapi rupanya panggung bis kota tidaklah cukup, mereka ingin memperluas panggung goyang mereka dengan merambah emperan2 toko.
Tadi malam, waktu aku mampir belanja ke toko, terdengar ada keriuhan musik dangdut di pinggir jalan. Dan mataku langsung menangkap beberapa sosok berbaju seronok berdandan menor sedang sibuk menggoyang2 tubuhnya di depan para tukang ojek. Semua orang melongokkan kepala ke arahnya sambil tertawa lebar. Wuah, goyangannya heboh bener... sambil sekali2 mengulurkan kantong saweran ke orang2 yang tertawa lebar.
Hehe.. pengamen2 memang harus punya inovasi untuk bisa menarik perhatian dan kemudian menyumbangkan sejumlah recehan untuk mereka. Tapi kalo sampe yang seheboh penari2 seksi itu, memang kayaknya cuma para waria yang berani melakukannya.
Cari duit emang susah ya... *mengusap keringat* :D
Aku nggak selalu ngasih juga sih ke mereka. Kalo ke setiap pengamen harus selalu, wah ongkos transport bisa bengkak tuh, secara satu kali naik bisa bisa sampai 4-5 kali berganti pengamen. Pilih2 juga kalo mau ngasih. Kalo nyanyinya atau musiknya bagus, nggak berat deh untuk masukin gopek-an ato bahkan ribuan ke kantong yang mereka ulurkan. Kadang juga rela ngasih kalo tersentuh banget dengan kondisi mereka. Atau kalo tiba2 saja aku sedang dermawan, nggak pake nimbang2 ya ngasih aja. Tapi kalo lagi pelit ditambah suntuk dan stress, sebagus apapun mereka nyanyi, tanganku akan melambaikan maaf saat kantong diulurkan. Suka2 gua lah..
Kreativitas Pengamen
Dulu yang namanya pengamen itu identik dengan cowok gondrong dekil nyanyi sambil bawa gitar dari rumah ke rumah. Aku baru nemuin pengamen yang nyanyi di bis itu sejak di Jakarta. Beneran. Selama tinggal di Malang sampai kuliah di Surabaya, pengamen itu aku temuin cuma yang nyanyi dari rumah ke rumah. Baru beberapa waktu kemudian, pas aku mudik dari Jakarta mulai muncul satu persatu pengamen di bis kota di daerahku. "wah.. ngikut2 pengamen jakarta nih", pikirku saat itu.
Yah, namanya juga mencari peluang dengan menjemput bola. Dengan nyanyi beberapa lagu di hadapan sejumlah penumpang bis, memang lebih banyak kesempatan mendapat saweran daripada harus ngamen dari rumah ke rumah. Mereka juga bisa lebih maksimal mempertontonkan kemampuan bermusik mereka dengan menyanyikan beberapa lagu secara utuh. Kalo ngamen di rumah, baru nyanyi sebaris udah diusir dengan duit cepek.
Saat aku sering naik KRL dari Cikini ke Pasar Minggu aku nemuin banyak pengamen2 yang kreatif. Kejutan pertama waktu ada serombongan pengamen yang bukan cuma bawa gitar tapi juga bawa semacam drum sederhana. Dengan tambahan suara ritmis dari drum sederhana itu, bisa tersaji musik yang lebih hidup dan enak didengar. Karena tampaknya cukup berhasil menghipnotis penumpang untuk merogoh sakunya, rombongan pengamen lain pun ikut2an membawa drum.
Grup pengamen lain kemudian muncul dengan gayanya sendiri, membawa pemain biola.. weleh susah kali ya main biola di kereta. Persaingan pun terus berkembang, sampai ada grup pengamen yang bawa bass betot segedhe gentong ke dalam kereta, Dan grup yang lain lagi bahkan gak tanggung2 bawa amplifier dan gitar listrik ke gerbong! Waktu jaman kejayaan musik ska, sering ketemu ama rombongan pengamen yang cukup atraktif memainkan lagu2nya Tip-ex. Sebagai pengganti terompet yang dominan di musik ska, mereka memakai beberapa pianika... wah kreatif deh...
KRL yang melawan arus pulang-pergi orang kantoran memang memberikan ruangan yang cukup lega untuk rombongan pengamen beraksi di dalam gerbong. Pengamen serombongan besar dengan banyak alat gitu pasti susah kalo mau main di bis kota. Makanya kalo mau liat aksi pengamen yang kreatif coba aja naik KRL yang melawan arus. Bahkan beberapa kali ada kelompok yang mementaskan lakon teater di dalam gerbong KRL!! ... rada aneh dan risih juga sih ngeliat orang jejeritan kayak or-gil di gerbong kereta :D
O iya, sempet juga kaget waktu pemunculan pertama kali pengamen yang mengusung sebuah tape deck lengkap dengan mic, speaker dan accu nya dalam sebuat kotak yang dicangklong di bahu. Si pengamen akan berkaraoke dengan kaset2 yang sudah dia persiapkan. Yang menyiksa kalo tape deck yang dibawa bunyinya udah gembret gak karuan dan disetel keras2 pas di samping tempat duduk kita... hadooooh.. toloooong!!
Mengusik Perasaan Iba
Itu dari kelompok pengamen yang mengandalkan kreativitas untuk merebut perhatian dari pendengarnya. Kelompok yang lain, yang tidak punya bakat dan kreativitas bermusik yang mencukupi untuk ditampilkan, mencoba mengambil jalan lain. Merebut simpati penumpang dengan membangkitkan rasa iba.
Pada awalnya hampir tidak ada pengamen dari kalangan wanita. Dan ketika wanita yang kurang beruntung mulai ikut terjun di dunia ngamen-mengamen, orang pun menoleh kepada mereka dan merasa simpati. Setelah lama2 hal itu udah biasa terlihat, mereka berusaha mengambil hati lagi dengan menampilkan wanita mengamen sambil menggendong bayi... uh
Muncul pula pengamen anak2. Dengan berbekal kecrekan dari tutup botol minuman, mereka menyanyi ala kadarnya untuk memancing simpati. Semakin kecil dan semakin innocent si anak, akan semakin mengundang simpati... :( Ditambah lagi lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu yang menggambarkan kesulitan hidup mereka. Penumpang yang sensitif dan berempati tinggi pasti tak kuasa untuk tidak memberi.
Satu saat aku sempat dikejutkan dengan "move" berikutnya dari usaha memancing simpati ini. Seorang anak membagi-bagikan amplop kosong kepada penumpang, sementara temannya menyanyi. Di amplop itu tertulis kalimat2 permohonan untuk membantu biaya sekolah mereka. Tak kuasa menahan haru, akupun menyelipkan uang ke dalam amplop itu. Tapi ketika cara itu mulai dicontek oleh anak2 pengamen yang lain, lama2 ya aku kebal juga.
Yang paling mengganggu adalah pengamen yang "bergaya" orang gagu bernyanyi. Dengan ucapan yang cuma "aaaa...aa...waaaa..waaa" tanpa irama yang jelas selama beberapa menit, jelas bikin orang yang denger malah terganggu banget. Denger pertama mungkin bisa menimbulkan simpati, "kasihan banget". Tapi setelah beberapa menit jadinya, "kalo gagu nggak usah maksa nyanyi deh". Apalagi disertai kecurigaan, "beneran gagu nggak sih?"..
Sexy Dancer Jalanan
Sebenernya posting ini terutama pengen nyeritain yang berikut ini. Tapi kan nggak "Q banget" kalo nggak pake pembahasan secara historis dan kronologis di awalnya :P ... hehehe...
Beberapa minggu yang lalu, bareng ama si dekil dan si bagus (berlawanan banget ya.. :P) mo ke Plangi. Naik bis kota duduk paling depan biar gampang kalo mo turun. Di satu halte, naiklah tiga manusia bertampang wanita berbadan pria. Mengenakan pakaian ketat berwarna genjreng yang sangat mengundang perhatian. Wajahnya dipoles lengkap dengan berbagai macam kosmetik di semua sudutnya. Ala penyanyi dangdut gitu lah.
Salah seorang menyandang tape deck berdiri di dekat pintu depan bis. Yang paling menor ada di sebelahnya. Satu lagi berada di tengah gang.
Semua mata penumpang sudah terpaku dengan keseronokan dandanan mereka. Tapi dandanan seronok itu ternyata cuma salah satu pemikat saja. Ketika musik mulai dinyalakan, pertunjukan sebenarnya baru akan mulai.
Pemain utama mulai bergoyang pelan mengikuti irama musik dangdut sambil menyanyikan lirik lagunya. Nyanyinya lipsync ternyata. Tapi.. lho... lho... waktu musiknya mulai meninggi temponya.. eh.. kok.. si menor itu ikutan meningkatkan goyangannya.. dan makin lama makin heboh aja... wah... wuih... sambil berpegangan pada pipa hand rail dia bergoyang makin heboh... Goyang ngebor, goyang ngecor, goyang patah2... entah apa lagi... dan itu semua "mak ngok" pas di depanku :O Kita bertiga cuma bisa pandang2an sambil nahan ketawa.
Waktu aku nengok ke personil yang di tengah, eh.. dia juga lagi heboh ginal-ginul kanan kiri sambil senyam-senyum... weeeeh... Para penumpang di kanan kirinya sebagian besar sok cool nggak merhatiin, tapi yang dibelakang keliatan pada tertawa lebar bahagia mendapat hiburan heboh. Saat bis berhenti sejenak di halte, orang yang sedang di halte menangkap keriuhan di dalam bis dan menunjuk2 ke dalam bis sambil tertawa lebar...
Tapi sebelum mereka selesai beraksi, kita sudah harus turun di tempat tujuan sambil tertawa-tawa :D Nggak sempet kasi tips buat para sexy dancer itu ..
Setelah itu, satu dua kali nemuin lagi para sexy dancer yang lain beraksi di atas bis kota. Tapi rupanya panggung bis kota tidaklah cukup, mereka ingin memperluas panggung goyang mereka dengan merambah emperan2 toko.
Tadi malam, waktu aku mampir belanja ke toko, terdengar ada keriuhan musik dangdut di pinggir jalan. Dan mataku langsung menangkap beberapa sosok berbaju seronok berdandan menor sedang sibuk menggoyang2 tubuhnya di depan para tukang ojek. Semua orang melongokkan kepala ke arahnya sambil tertawa lebar. Wuah, goyangannya heboh bener... sambil sekali2 mengulurkan kantong saweran ke orang2 yang tertawa lebar.
Hehe.. pengamen2 memang harus punya inovasi untuk bisa menarik perhatian dan kemudian menyumbangkan sejumlah recehan untuk mereka. Tapi kalo sampe yang seheboh penari2 seksi itu, memang kayaknya cuma para waria yang berani melakukannya.
Cari duit emang susah ya... *mengusap keringat* :D
<< Home