Tuesday, October 18, 2005

Iblis dan Miss Prym, Menguji Baik dan Jahat

Aku baru tahu kalo Paulo Coelho punya trilogi. Baru tahu setelah baca novel yang ini, "Iblis dan Miss Prym" atau judul aslinya "Devil and Miss Prym". Itu juga nggak bakalan tahu kalo nggak dikasih tahu Coelho sendiri di kata pengantarnya kalo novel ini adalan bagian dari suatu trilogi. Soalnya trilogi Coelho ini bukanlah tiga buku yang ceritanya menyambung saling terkait satu sama lain, tapi triloginya terletak pada alur ceritanya yang mirip.

Pada Hari Ketujuh

Coelho menyebut triloginya ini sebagai trilogi "And on the seventh day". Yang menjadi bagian dari trilogi ini adalah "By the River Piedra I Sat Down and Wept", "Veronica Decides to Die", dan "Devil and Miss Prym". Pada ketiga kisah itu para pelaku utamanya tiba-tiba dihadapkan pada suatu masalah besar yang bertenggat waktu hanya tujuh hari. Pilar, tokoh di "By the River Piedra..", tiba-tiba dihadapkan pada kegamangan antara cinta dan spiritualitas selama tujuh hari. Veronica divonis akan mati pada hari ketujuh. Dan Chantal Prym beserta penduduk desanya harus membuat keputusan menjadi si Baik atau si Jahat dalam tujuh hari. Semuanya berkisah tentang suatu perubahan besar yang terjadi dalam rentang waktu yang sempit.

Coelho bilang di bagian catatan penulis :
"Ketika sama sekali tidak disangka-sangka, kehidupan justru menyodorkan kepada kita tantangan untuk menguji keberanian dan kemauan kita untuk berubah; jika saat seperti itu tiba, tidak ada gunanya berpura-pura sesuatu tidak terjadi, atau mengatakan kita belum siap.
Tantangan itu tidak akan menunggu. Hidup tidak menoleh ke belakang. Satu minggu lebih dari cukup bagi kita untuk memutuskan, apakah kita akan menerima takdir kita atau tidak"


Hmmm.. perubahan besar memang kadang tidak memerlukan waktu lama untuk terjadi. Tinggal bergantung kepada yang menjalani, mau berubah dan menapaki kehidupan baru, atau tetap bertahan tapi mengeluh tiap hari :)

Iblis dan Miss Prym

Seorang pria asing datang ke Viscos, sebuah desa yang damai tapi terpencil dan berpenduduk hanya 281 orang. Luka di dalam hati pria itu membuatnya ingin melakukan pembuktian bahwa luka itu terjadi karena manusia pada hakikatnya adalah jahat. Untuk itu dia akan memanfaatkan penduduk Viscos guna membuktikan keyakinannya itu.

Chantal Prym, gadis yatim piatu penduduk termuda di Viscos yang menjadi penjaga bar di hotel, dimintai tolong oleh si pria asing untuk menyampaikan rencananya kepada penduduk Viscos. Pria asing itu akan menghadiahkan secara cuma-cuma sepuluh batangan emas kepada penduduk Viscos, jika sebelum hari ketujuh mereka mau melanggar salah satu larangan Tuhan. Membunuh.

Sementara Miss Prym sendiri dijanjikan oleh si pria asing itu satu batangan emas yang telah diperlihatkannya dan disembunyikan di tempat yang mereka berdua ketahui, jika Miss Prym bersedia menolongnya. Dan Miss Prym punya pilihan untuk menolongnya atau mencuri emas itu dan pergi. Tapi jika Miss Prym mencurinya, maka itu akan menguatkan keyakinan pria asing itu bahwa jika manusia diposisikan pada suatu kondisi yang memungkinkan maka dia akan menjadi jahat. Dan jika Miss Prym tidak bersedia menolongnya, pria itu akan menyampaikan sendiri rencananya kepada penduduk Viscos.

Miss Prym pun dilanda kegalauan. Begitu juga penduduk Viscos. Penduduk Viscos, yang pada dasarnya tidak terlalu religius, tergoda untuk mendapatkan kesempatan untuk merubah hidupnya menjadi lebih baik. Tapi mampukah mereka memilih dan membunuh salah satu penduduk demi sepuluh batang emas?

Pertarungan Baik dan Jahat

Coelho menyajikan suatu pertentangan yang rumit antara baik dan jahat. Orang-orang yang selama ini hidup dalam kedamaian penuh persaudaraan dan kejujuran tiba-tiba dihadapkan pada satu pilihan sulit. Melewatkan kesempatan dan bertahan dalam kondisi yang ada untuk menuju kehancuran yang lebih jauh, atau mengambil kesempatan untuk merubah kehidupan tapi harus melanggar moral dan mengorbankan orang lain.

Konflik yang jalin menjalin didalam diri Miss Prym, penduduk Viscos, bahkan si pria asing itu sendiri seolah-olah mengupas satu demi satu apa yang juga sedang terjadi pada diri kita.

Coelho bahkan sempat menyindir melalui tulisannya, bahwa kemurah-hatian, kehidupan tenang yang dijalani oleh penduduk Viscos sebenarnya adalah cermin dari kepengecutan. Kemurah-hatian yang nampak itu sebenarnya adalah topeng dari ketidak-beranian bertindak untuk memperjuangkan hak. ah....

Sayangnya, konflik yang dialami penduduk Viscos ini dituntaskan oleh Coelho dengan menggunakan penyelesaian berdasarkan logika dari suatu proses, bukan menggunakan filosofi yang mencerahkan tentang baik dan jahat. Agak mengecewakan memang, tapi kalo mengingat penduduk Viscos digambarkan sebagai masyarakat yang tidak terlalu religius, tampaknya itu memang penyelesaian yang logis. Untungnya pada bagian akhir, Coelho memberikan jawaban yang pas untuk pertanyaan si pria asing itu melalui kisah2 Ahab si penjahat dan St.Savin si orang suci.

- Jika malam ini pelacur tercantik desa ini datang kemari, apakah kau akan sanggup memandangnya dan menganggapnya tidak cantik dan tidak menggoda?
+ Tidak, tapi aku akan bisa mengendalikan diriku.
- Jika aku menawarimu setumpuk kepingan uang emas agar kau meninggalkan guamu di gunung dan bergabung dengan kami, sanggupkah kau memandang emas itu dan menganggapnya batu kerikil?
+ Tidak, tapi aku akan bisa mengendalikan diriku.
- Dan jika kau dicari-cari oleh dua bersaudara, yang satu membencimu dan yang lain menganggapmu suci, sanggupkah kau memiliki perasaan yang sama terhadap keduanya?
+ Itu benar-benar sulit, tapi aku akan bisa mengendalikan diriku sendiri dan memperlakukan mereka dengan sama


fuih...

Soal Moral

Novel ini mencoba mempertanyakan seberapa jauhkah nilai2 moral itu mampu melekat dalam diri manusia? Jika manusia diletakkan pada posisi dimana dia bisa dengan bebas melakukan hal yang melanggar moral, apalagi jika dia akan mendapatkan keuntungan dari pelanggaran moral tersebut, akankah dia akan mampu mempertahankan nilai2 moral yang diyakininya?

Coelho tampaknya ingin membuat novelnya realistis, bukan suatu kisah dongeng ideal yang dengan jelas mengkotak-kotakkan orang baik dan orang jahat. Mereka yang tampak baik dari luar, ternyata punya potensi untuk melakukan kejahatan. Mereka tidak melakukan kejahatan itu bukan karena kesadaran bahwa kejahatan itu bisa merugikan dan mencelakai orang lain, tapi karena takut akan hal-hal lain yang akan berimbas ke kehidupan mereka jika kejahatan itu dilakukan. Sekali lagi Coelho mengejek orang-orang pengecut.

"Bukanlah keinginan untuk patuh pada hukum yang membuat orang berperilaku seperti yang dituntut masyarakat, melainkan rasa takut pada hukuman. Kita masing-masing membawa tiang gantungan di dalam diri kita."


Ya, seharusnya setiap manusia sadar bahwa mereka tidak hidup sendiri, dan bahwa hak-hak mereka berbatasan dengan hak-hak orang lain. Rentannya persinggungan hak satu sama lain itulah yang menciptakan nilai2 moral dan etika. Nilai2 yang harus dihormati dan dipatuhi agar bisa hidup berdampingan dengan baik tanpa saling merugikan. Jadi kepatuhan pada aturan seharusnya adalah suatu kesadaran untuk tidak melanggar hak orang lain, bukan karena takut pada hukuman.

Anda sendiri, jika dijanjikan sebatang besar emas asal mau melanggar salah satu perintah Tuhan, apa yang akan anda lakukan? Dan kenapa milih melakukan itu? ;)