Tuesday, November 01, 2005
Mudik, Silaturahmi, dan Sungkeman
Lebaran buat aku rasanya seperti akhir dari satu musim. Sebuah perayaan bersama seluruh keluarga di akhir musim. Walaupun bukan sebuah pesta perayaan yang meriah, tapi keceriaan yang meluap-luap selalu muncul di hati saat menyambut kedatangannya.
Sebagai seorang single fighter :D tidak banyak yang harus disiapkan. Hanya persiapan untuk diri sendiri saja. Tidak perlu repot-repot pesen atau bikin kue lebaran untuk tamu, wong kita mau jadi tamu di kampung selama lebaran :D. Juga tidak perlu menjadwalkan dan melaksanakan program bersih-bersih rumah paripurna sebelum lebaran, wong mau ditinggal ini. Persiapan yang perlu aku lakukan paling cuma cari tiket mudik, belanja sedikit pakaian yang layak untuk lebaran, nyiapin THR buat para ponakan :D, dan ditambah persiapan mental untuk menghadapi ... "pertanyaan" :P
Pada harinya sebenarnya juga tidak terlalu meriah, tidak ada pesta hingar bingar yang riuh rendah *hayah*. Hanya ngumpul, sungkeman dan makan bersama. Kehangatan berkumpulnya seluruh keluarga itulah yang membuat suasana hati menjadi meriah.
Kenapa Lebaran Harus Mudik?
Ada teman yang bertanya, "kenapa sih harus selalu mudik?". Denger pertanyaan itu aku jadi ikutan bertanya pada diri sendiri, karena selama ini buat aku yang namanya lebaran ya mudik. Aku pun mulai bertanya, "emang kenapa kalo nggak mudik? lebaran disini aja?".... wadhuuuh, ngebayangin lebaran sendiri di rantau tanpa keluarga, sepi banget! pasti rasanya kayak orang ilang :P Kalau merantaunya itu di negeri lain yang tidak merayakan lebaran mungkin nggak terlalu terasa karena semua akan berjalan seperti hari biasa aja. Tapi kalo di rantaunya di tempat yang juga merayakan lebaran, saat orang2 sekitar pada sibuk berlebaran dengan keluarganya kita cuma bisa manyun sendirian... sedih banget! Jadi ya mudik aja!
Yang lain lagi bikin opini "mestinya kan silaturahmi bisa kapan saja, maaf2an juga bisa kapan saja, nggak harus pas Lebaran doang kan?". Ya sih. Seharusnya begitu. Tapi coba deh kalo nggak ada satu hari tertentu yang dijadikan sebagai Hari Silaturahmi dan Bermaaf2an Nasional ini, aku nggak yakin bakal bisa melakukan silaturahmi dan bermaaf2an seoptimal di hari Lebaran. Masalahnya yang namanya silaturrahmi dan bermaaf2an itu perlu ada orang lain sebagai obyek, nggak mungkin dong silaturrahmi dan maaf2an sendirian :P. Dan di hari ini semua orang siap meluangkan waktu dan tenaga untuk melakukan hal itu secara serentak. Jadi bakal klop. Pada hari itu semua orang siap berkunjung dan dikunjungi, siap memaafkan dan dimaafkan. Kapan lagi?
Saat Penuh Kehangatan dan Kekeluargaan
Coba kalo nggak ada lebaran. Bakal perlu lebih banyak waktu dan tenaga untuk bersilaturrahmi satu demi satu dengan segitu banyak kerabat dan kenalan. Kalo lebaran kan bisa dirapel di satu pertemuan keluarga :D Dan kalo nggak ada lebaran, kapan lagi kita bisa maaf2an dengan semua orang? Mungkin kita bisa langsung minta maaf ke seseorang setiap kali bikin salah. Tapi kan kadang kita suka nggak menyadari kalo kita bikin salah. Nha pas lebaran inilah saat yang tepat untuk minta maaf atas semuanya kepada semuanya. Meskipun mungkin kita merasa nggak pernah punya salah kepada seseorang, kita dengan tangan terbuka dan penuh rendah hati minta dimaafkan dan memaafkan.
Jaman memang sudah semakin maju, ada banyak teknologi yang bisa menjembatani dan menghilangkan pembatas jarak untuk melakukan silaturahmi. Ada fasilitas telpon dari yang lokal, interlokal, hingga SLI. Ada sms yang murah meriah. Bahkan ada Video Conference kalo mau :). Tapi yang namanya silaturahmi dan maaf2an akan terasa lebih bermakna dan meresap ketika uluran tangan yang tulus berbalas dengan jabatan erat dan hangat, apalagi jika ditambah mencium tangan untuk orang yang lebih tua. Karena di saat itu bakal terasa ada kontak dari hati ke hati yang menyambungkan kembali persaudaraan dan saling mengikhlaskan semua kesalahan.
Lebaran memang menjanjikan kehangatan kekeluargaan. Itulah yang dirindukan banyak orang hingga rela berjejal2, bersusah-payah, ber-macet2 dalam perjalanan mudik, demi agar bisa merayakan lebaran di kampung bersama keluarga.
Penutup Satu Musim
Aku sendiri juga merasakan hal itu. Meskipun saat ini sudah sedikit berkurang kedalamannya. Karena tidak ada lagi generasi di atasku tempat aku sungkem dengan penuh takzim. Kedua orang tua sudah dipanggil, demikian juga kedua pasang kakek dan nenek dari pihak ibu dan ayah. Tapi mudik di hari lebaran tetaplah suatu ritual yang hampir wajib buat aku. Karena saat itulah semua keluarga besar bisa berkumpul dan berbagi cerita.
Seperti aku bilang tadi, saat itu buat aku seperti suatu perayaan akhir musim. Perayaan penutupan bersama seluruh keluarga setelah setahun penuh sibuk dengan berbagai aktivitas rutin masing-masing. Perayaan yang selalu dinanti2kan kehadirannya. Berkumpul, makan bersama, dan bermaaf2an, tidak ada kegiatan yang lebih pas untuk menutup satu musim daripada itu semua.
Dan nanti setelah keriaan Lebaran berakhir, maka mulailah kembali sebuah musim yang baru untuk dijalani....
Kepada semua teman Blogger yang telah selama setahun ini menemani rutinitas dengan berbagai macam posting, komentar, maupun sapaan atau teriakan jahil di shoutbox, dengan tulus dan penuh kerendahan hati saya ucapkan
Taqabbalallahu Minna wa Minkum
Mohon Ma'af Lahir dan Batin
Sebagai seorang single fighter :D tidak banyak yang harus disiapkan. Hanya persiapan untuk diri sendiri saja. Tidak perlu repot-repot pesen atau bikin kue lebaran untuk tamu, wong kita mau jadi tamu di kampung selama lebaran :D. Juga tidak perlu menjadwalkan dan melaksanakan program bersih-bersih rumah paripurna sebelum lebaran, wong mau ditinggal ini. Persiapan yang perlu aku lakukan paling cuma cari tiket mudik, belanja sedikit pakaian yang layak untuk lebaran, nyiapin THR buat para ponakan :D, dan ditambah persiapan mental untuk menghadapi ... "pertanyaan" :P
Pada harinya sebenarnya juga tidak terlalu meriah, tidak ada pesta hingar bingar yang riuh rendah *hayah*. Hanya ngumpul, sungkeman dan makan bersama. Kehangatan berkumpulnya seluruh keluarga itulah yang membuat suasana hati menjadi meriah.
Kenapa Lebaran Harus Mudik?
Ada teman yang bertanya, "kenapa sih harus selalu mudik?". Denger pertanyaan itu aku jadi ikutan bertanya pada diri sendiri, karena selama ini buat aku yang namanya lebaran ya mudik. Aku pun mulai bertanya, "emang kenapa kalo nggak mudik? lebaran disini aja?".... wadhuuuh, ngebayangin lebaran sendiri di rantau tanpa keluarga, sepi banget! pasti rasanya kayak orang ilang :P Kalau merantaunya itu di negeri lain yang tidak merayakan lebaran mungkin nggak terlalu terasa karena semua akan berjalan seperti hari biasa aja. Tapi kalo di rantaunya di tempat yang juga merayakan lebaran, saat orang2 sekitar pada sibuk berlebaran dengan keluarganya kita cuma bisa manyun sendirian... sedih banget! Jadi ya mudik aja!
Yang lain lagi bikin opini "mestinya kan silaturahmi bisa kapan saja, maaf2an juga bisa kapan saja, nggak harus pas Lebaran doang kan?". Ya sih. Seharusnya begitu. Tapi coba deh kalo nggak ada satu hari tertentu yang dijadikan sebagai Hari Silaturahmi dan Bermaaf2an Nasional ini, aku nggak yakin bakal bisa melakukan silaturahmi dan bermaaf2an seoptimal di hari Lebaran. Masalahnya yang namanya silaturrahmi dan bermaaf2an itu perlu ada orang lain sebagai obyek, nggak mungkin dong silaturrahmi dan maaf2an sendirian :P. Dan di hari ini semua orang siap meluangkan waktu dan tenaga untuk melakukan hal itu secara serentak. Jadi bakal klop. Pada hari itu semua orang siap berkunjung dan dikunjungi, siap memaafkan dan dimaafkan. Kapan lagi?
Saat Penuh Kehangatan dan Kekeluargaan
Coba kalo nggak ada lebaran. Bakal perlu lebih banyak waktu dan tenaga untuk bersilaturrahmi satu demi satu dengan segitu banyak kerabat dan kenalan. Kalo lebaran kan bisa dirapel di satu pertemuan keluarga :D Dan kalo nggak ada lebaran, kapan lagi kita bisa maaf2an dengan semua orang? Mungkin kita bisa langsung minta maaf ke seseorang setiap kali bikin salah. Tapi kan kadang kita suka nggak menyadari kalo kita bikin salah. Nha pas lebaran inilah saat yang tepat untuk minta maaf atas semuanya kepada semuanya. Meskipun mungkin kita merasa nggak pernah punya salah kepada seseorang, kita dengan tangan terbuka dan penuh rendah hati minta dimaafkan dan memaafkan.
Jaman memang sudah semakin maju, ada banyak teknologi yang bisa menjembatani dan menghilangkan pembatas jarak untuk melakukan silaturahmi. Ada fasilitas telpon dari yang lokal, interlokal, hingga SLI. Ada sms yang murah meriah. Bahkan ada Video Conference kalo mau :). Tapi yang namanya silaturahmi dan maaf2an akan terasa lebih bermakna dan meresap ketika uluran tangan yang tulus berbalas dengan jabatan erat dan hangat, apalagi jika ditambah mencium tangan untuk orang yang lebih tua. Karena di saat itu bakal terasa ada kontak dari hati ke hati yang menyambungkan kembali persaudaraan dan saling mengikhlaskan semua kesalahan.
Lebaran memang menjanjikan kehangatan kekeluargaan. Itulah yang dirindukan banyak orang hingga rela berjejal2, bersusah-payah, ber-macet2 dalam perjalanan mudik, demi agar bisa merayakan lebaran di kampung bersama keluarga.
Penutup Satu Musim
Aku sendiri juga merasakan hal itu. Meskipun saat ini sudah sedikit berkurang kedalamannya. Karena tidak ada lagi generasi di atasku tempat aku sungkem dengan penuh takzim. Kedua orang tua sudah dipanggil, demikian juga kedua pasang kakek dan nenek dari pihak ibu dan ayah. Tapi mudik di hari lebaran tetaplah suatu ritual yang hampir wajib buat aku. Karena saat itulah semua keluarga besar bisa berkumpul dan berbagi cerita.
Seperti aku bilang tadi, saat itu buat aku seperti suatu perayaan akhir musim. Perayaan penutupan bersama seluruh keluarga setelah setahun penuh sibuk dengan berbagai aktivitas rutin masing-masing. Perayaan yang selalu dinanti2kan kehadirannya. Berkumpul, makan bersama, dan bermaaf2an, tidak ada kegiatan yang lebih pas untuk menutup satu musim daripada itu semua.
Dan nanti setelah keriaan Lebaran berakhir, maka mulailah kembali sebuah musim yang baru untuk dijalani....
Kepada semua teman Blogger yang telah selama setahun ini menemani rutinitas dengan berbagai macam posting, komentar, maupun sapaan atau teriakan jahil di shoutbox, dengan tulus dan penuh kerendahan hati saya ucapkan
Taqabbalallahu Minna wa Minkum
Mohon Ma'af Lahir dan Batin
<< Home