Monday, September 04, 2006

Winter And Night

Winter And Night, novel karya S.J. Rozan yang pertama kali terbit di tahun 2002 ini telah berhasil memenangkan Edgar Award 2003. Penghargaan untuk karya novel fiksi kriminal atau misteri terbaik. Terjemahan dalam bahasa Indonesia-nya diterbitkan oleh Serambi, April 2006, dalam 615 halaman.

Sebenarnya aku nggak terlalu tertarik dengan novel ini. Meskipun ada embel-embel peraih penghargaan yang mestinya menjanjikan sebuah karya yang berkualitas. Tapi membaca sinopsis novel ini di sampul belakang buku, kok sepertinya kisahnya nggak terlalu seru. Hanya tentang seorang anak hilang. Nggak seru kan? apalagi dibandingkan novel2 dengan tema-tema kontroversial yang sekarang banyak membanjiri pasar.

Hilangnya Seorang Remaja

Bill Smith, seorang detektif swasta yang tinggal di New York, dikejutkan oleh telepon dari kepolisian setempat untuk menemui seorang anak yang baru ditangkap di tengah malam. Anak itu adalah Gary Russel keponakannya, anak dari Helen adiknya yang pernah pergi dari rumah pada usia belasan dan tidak pernah kembali.

Gary ternyata pergi dari rumahnya di Warrenstown, New Jersey, tanpa sepengetahuan orang tuannya untuk suatu kepentingan yang tidak mau ia ceritakan kepada siapapun. Bill membawa Gary pulang ke rumahnya, namun kembali ia melarikan diri dengan memecahkan kaca jendela. Merasa ikut bertanggung jawab atas kepergian Gary, Bill bersama mitranya Lidya Chin mengadakan pencarian dan penyelidikan tentang kemana dan kenapa Gary pergi.

Penyelidikan mereka ternyata berbuntut panjang. Saat Bill pergi ke Warrenstown ternyata Helen dan Scott suaminya tidak menyambutnya dengan baik selayaknya keluarga, malah mereka meminta Bill menjauh dari keluarga mereka. Tapi Bill tidak surut langkahnya. Masalah menjadi rumit saat Bill mendatangi rumah Tory Wesley, mantan teman kencan Gary. Rumah itu berantakan dengan tanda2 bekas pesta liar. Dan Tory ditemukan tak bernyawa di kamar atas.

Polisi pun menaruh curiga kepada Gary yang melarikan diri dari rumah setelah pesta liar itu. Maka Gary bukan lagi dicari sekedar sebagai anak hilang, tapi juga tersangka pembunuhan.

Bill tidak mau gegabah membuat kesimpulan. Penyelidikannya memberikan banyak informasi menarik meskipun belum jelas hubungannya dengan peristiwa pembunuhan itu. Warrenstown adalah kota yang penduduknya sangat memuja-muja Futbal. Atlet-atlet futbal divisi utama dari sekolah menengah di Warrenstown adalah idola masyarakat, yang bahkan nyaris dianggap sebagai raja.

Selain itu rupanya Warrenstown juga menyimpan trauma atas suatu peristiwa pemerkosaan seorang gadis di akhir sebuah pesta yang terjadi 23 tahun yang lalu. Dan tersangka pemerkosanya akhirnya mati bunuh diri.

Adakah hubungan antara hilangnya Gary, tewasnya Tory, dengan para jagoan atlet futbal yang berlagak bak raja di kotanya, dan kisah tragis masa lalu di Warrenstown?

Lambat, Namun Detil dan Kuat

Terus terang ritme ceritanya terasa agak lambat di awal-awal. Petunjuk demi petunjuk dibuka dengan amat perlahan. Pembaca akan merasa dipaksa mengikuti dialog demi dialog dari setiap penyelidikan yang dilakukan oleh Bill dan Lydia. Serasa seperti menonton film detektif yang kurang aksi dan terlalu banyak ngomong. Pembaca yang mengharapkan banyak aksi seru sebagaimana di cerita2 kriminal mungkin akan mudah menyerah di bab-bab awal.

Tapi pembaca yang mau menikmati gaya penuturan SJ Rozan, mungkin akan bisa terhipnotis dengan detil-detil narasi yang sangat real, karakter yang kuat dari setiap tokoh yang terjaga sepanjang cerita, juga emosi di setiap potongan cerita yang bisa disalurkan dengan baik yang mampu melibatkan pembaca seolah-olah ikut berada di dalamnya. Itulah kekuatan tulisan SJ Rozan ini, dan memang layak untuk mendapatkan penghargaan jika ditilik dari sisi itu.

Rozan tidak memberikan sebuah kisah yang penuh kejutan besar, meskipun sebenarnya pembaca akan cukup sulit untuk menebak apa sebenarnya yang terjadi. Semua petunjuk ia ungkap pelan-pelan hingga terbentuk menjadi satu peristiwa utuh, sehingga pembaca tidak terlalu terkejut ketika mengetahui ujung dari setiap teka-teki.

Perbedaan Budaya

Terjemahan dari Serambi lumayan bagus. Kita bisa mengikuti kepiawaian SJ Rozan merangkai detil dan emosi dari setiap peristiwa dengan lancar. Meskipun ada sedikit gangguan dengan kata "keren" dan "futbal".

Mungkin ada sedikit kendala juga dari perbedaan budaya. Dialog2 yang penuh dengan kata 'keparat', 'bajingan', dan 'sial' tumpah ruah dalam novel ini. Untunglah pilihan kata yang diambil oleh penterjemah lumayan 'sopan', jadi tidak terlalu mengganggu bagi yang tidak terbiasa. Tokoh2nya memang sangat mudah mengumpat dan terbakar emosi, bahkan sempat terkesan 'ini orang amerika apa emang pada gampang ngamukan gini ya?'. Dan lebih terasa aneh lagi, setelah mengumpat-umpat begitu ternyata mereka masih mau berbagi cerita dan informasi.

Dialog antara Bill dan Lydia seringkali ditampilkan dingin, padahal mereka kadang saling merayu atau saling bercanda mencela satu sama lain. Tapi sama sekali tidak ada tawa... rada dingin gitu. Apa memang begitu ya budayanya?

Manusia2 Angkuh

Kisah ini banyak bercerita tentang keangkuhan manusia. Dari sisi banjir umpatan itu saja sudah jelas, orang2 yang mengucapkannya adalah orang yang sombong dan ingin merendahkan orang lain. Lalu disini juga ada penduduk sebuah kota yang menyanjung secara berlebihan para atletnya. Hingga mereka terbutakan dari kesalahan2 para pujaan mereka. Akibatnya mereka yang dijadikan pujaan seantero kota itu pun menjadi pongah.

Sebagian besar lelaki di Warrenstown hampir2 menjadikan futbal sebagai tujuan hidup mereka. Remaja laki2 terobsesi untuk bisa masuk divisi utama, para orang tua terobsesi untuk mendorong anaknya agar bisa terpilih dalam tim divisi utama. Mereka yang tersingkir dari arena para jawara futbal, mau tidak mau harus rela tersingkir dari kehidupan kota Warrenstown.

Dari mereka yang tersingkir, ada yang berusaha menjadi penjilat agar terimbas kepopuleran para atlet. Tapi ada juga yang berusaha memberontak.

Hingga akhir cerita aku belum bisa menangkap apa makna dan hubungan judul novel ini "Winter and Night" dengan isi ceritanya. Semua peristiwa terjadi di musim gugur, dan tidak hanya di malam hari. Apa itu sebuah ungkapan idiom atau metafora gitu ya? lalu apa maknanya?..