Sunday, May 28, 2006

Pertarungan Jiwa Billy

Yang sudah baca "24 Wajah Billy" mestinya masih penasaran tentang bagaimana kelanjutan nasib Billy Milligan, penderita MPD (Multiple Personality Disorder) dengan 24 kepribadian. Tahu kan, ending dari kisah itu berakhir dengan keputusan hakim untuk mengirim Billy ke Lima State Hospital for Criminally Insane, sebuah rumah sakit khusus untuk tahanan berkelainan jiwa dengan penjagaan maksimum yang terkenal sebagai "rumah sakit neraka". Di saat2 Billy sudah mampu membentuk kepribadian yang terfusi utuh, kondisi eksternal malah tidak menguntungkan bagi kestabilan jiwanya.

Penerbit Qanita rupanya tidak ingin melepaskan kesempatan itu. Kelanjutan kisah nyata ini yang juga ditulis oleh Daniel Keyes sudah diterbitkan dengan judul "Pertarungan Jiwa Billy" (judul aslinya " The Milligan Wars"). Buku ini malah belum diterbitkan di US, karena keberatan dari berbagai pihak yang merasa dipojokkan dan dipertontonkan 'borok'nya... hmmm.. negara yang katanya menjunjung tinggi kebebasan pun ternyata tetap otoriter jika itu menyangkut kepentingannya sendiri...

Kelanjutan Ceritanya

Agak repot untuk membuat ringkasan dari buku ini, karena begitu banyak kejadian yang diceritakan. Ringkasan yang memuat semua kejadian itu akan jadi cukup panjang, tapi jika ada bagian yang tidak dimasukkan akan menjadi tidak lengkap.

Kisah dalam buku ini berada dalam rentang waktu antara Oktober 1979 hingga Agustus 1991. Dalam masa itu Billy harus mengalami dilempar-lempar dari bangsal ke bangsal, dari rumah sakit ke rumah sakit.

Bab-bab awal sudah dibuka dengan beberapa adegan yang memualkan. Kekejaman para petugas di Lima State Hospital memang tidak manusiawi lagi, ditambah lagi mereka masih mencoba memeras pasien meminta uang jaminan keamanan. Sementara dokter dan petugas klinis tidak mempercayai diagnosis MPD yang diidap Billy, dan mengacuhkan rekomendasi Dr. Caul tentang prosedur perawatan bagi Billy.

Setelah beberapa waktu menjadi bulan-bulanan petugas, Billy dengan kecerdikan karakter2 yang dimilikinya akhirnya bisa memanipulasi petugas dan ditempatkan di bangsal semi terbuka. Di bangsal ini Billy bisa melakukan banyak kegiatan, dari melukis Mural di dinding rumah sakit, menulis, serta bekerja di Terapi Pekerjaan. Dan di belakang itu semua, Billy berhasil mengkonsolidasi pasien untuk merencanakan perang terhadap rumah sakit.

Ketika Lima State Hospital ditutup, Billy dipindahkan ke Dayton Forensics, dirawat oleh dokter yang memahami MPD. Kondisi kejiwaan Billy pun mengalami kemajuan pesat, akhirnya hakim memutuskan memindahkan Billy kembali ke rumah sakit terbuka di Athens untuk dirawat Dr. Caul. Tapi sayang, beberapa pihak di kota itu tidak menerima kedatangan Billy, dan membuat jebakan sehingga Billy dituduh melakukan perbuatan kriminal.

Billy kembali diamankan di Dayton, di bawah pengawasan Dr. Lindner yang pernah menangani Billy di Lima. Dr. Lindner tidak pernah mempercayai diagnosa MPD. Dengan cerdik Billy memutuskan lari dari rumah sakit menggunakan identitas baru sebagai Christopher Eugene Carr dan terbang ke Miami. 5 bulan kemudian ia dapat ditangkap saat menemui pengacaranya. Penangkapan ini diperberat dengan sebuah tuduhan baru, pembunuhan seorang mahasiswa yang sempat berteman dengannya selama masa pelarian.

Kembali ke rumah sakit jiwa di Ohio, Billy putus asa. Tidak ada lagi keinginan untuk melanjutkan hidup. Ia memutuskan untuk mati pelan-pelan dengan berpuasa. Berbagai bujukan tidak mampu membuatnya mau makan hingga lebih dari satu bulan. Dan di satu malam, semangatnya untuk hidup muncul kembali. Dia mau makan, asalkan rumah sakit mengijinkannya memiliki komputer. Tuntutannya dikabulkan.

Dan apa yang terjadi? Billy adalah seorang pembelajar yang hebat. Dalam waktu yang tidak lama, dia berhasil mengakses data dari Department of Mental Health. Ia mendownload sejumlah data kontroversial, yang antara lain menunjukkan bahwa pasien rumah sakit telah diperas habis2an dengan biaya yang tidak masuk akal. Dengan bekal data itu, Billy berhasil lagi menggertak pihak rumah sakit. Ia pun mendapatkan perlakuan yang lebih baik dan menyongsong kebebasan.

Tapi tidak semudah itu, karena tuduhan pembunuhan di Miami masih menghantuinya, dan seorang petugas dari Adult Parole Authority menyakini bahwa setelah bebas dari rumah sakit Billy harus ditahan di penjara untuk meneruskan hukuman atas tindak perkosaan terhadap 3 orang wanita di Ohio 14 tahun sebelumnya.

Kisah ini ditutup dengan epilog saat Billy bersama penulis pergi ke perkebunan tempat Billy kecil pernah selama bertahun-tahun menjadi obyek penyiksaan dan pelecehan oleh Chalmer, ayah tirinya.

***

Fiuuh, panjang kan ceritanya... Padahal itupun banyak hal yang aku lewatkan. Masih ada kisah tentang Mary, sesama pasien saat di Athens yang mencintai Billy dan rajin mengunjunginya di Lima Hospital. Ada pula kisah pernikahannya dengan Tanya Bradley (kisah pernikahan ini sayangnya telah di-'spoiled' habis oleh judul babnya, bahkan sebelum pembaca tahu akan ada pernikahan.... )

Mengikuti cerita ini kita akan dibawa naik turun mengikuti emosi Billy. Ikut menukik terbawa dalam penderitaannya, ikut melambung ketika ia mengalami kemajuan yang menggembirakan, ikut kesal dengan orang2 yang ingin mencelakakannya, dan pada akhirnya ikut bersimpati terhadap orang2 yang tidak beruntung yang mengalami kelainan jiwa.

Billy yang Terpojok

24 karakter yang dimiliki Billy tidak muncul lagi secara lengkap disini. Hanya beberapa saja yang sering muncul. Arthur yang banyak mendominasi di buku pertama, disini hanya muncul sekilas2 saja. Ragen yang semestinya dibutuhkan sebagai pelindung di kondisi yang buruk juga jarang muncul. Hanya beberapa kali saja, ketika situasi membutuhkan kemampuan fisiknya. Allen-lah yang lebih sering menjadi pengendali ruang utama. Dengan kemampuan komunikasinya dia dibutuhkan untuk menangani berbagai masalah yang muncul. Sang Guru, hasil fusi dari 23 kepribadian yang dimiliki Billy, mampu sering memunculkan dirinya pada saat-saat Billy merasa cukup tenang. Apalagi jika dibantu oleh pengobatan Sodium Amytal, yang mulai ia peroleh sejak dirawat di Dayton, yang terbukti sangat membantu proses fusi.

Buku ini tidak lagi memfokus pada masalah kepribadian majemuk yang dimiliki Billy. Hal itu sudah dikuak secara lengkap di buku pertama. Disini lebih menyoroti situasi2 eksternal yang menyulitkan kehidupan Billy, sehingga menghambat proses penyembuhan kejiwaannya.

Kondisi eksternal antara lain seperti masyarakat umum yang telah memberi cap bahwa Billy adalah seorang pemerkosa dan kriminal yang harus tetap dikurung selamanya karena berbahaya bagi keamanan hidup mereka. Sebagian media yang mendukung pendapat masyarakat terus-menerus menyuguhkan artikel yang memojokkan Billy. Belum lagi sejumlah anggota legislatif ikut mengeluarkan pernyataan di media, memanfaatkan kesempatan untuk meraup simpati para calon pemilihnya. Bahkan sebuah amandemen Undang-undang baru secara khusus dikeluarkan oleh anggota legislatif untuk mencegah dibebaskannya Billy tanpa ijin mereka.

Sementara kondisi di dalam rumah sakit juga sering kali tidak mendukung bagi kestabilan jiwa Billy, dokter yang tidak percaya bahwa Billy mengidap MPD, petugas yang memperlakukan pasien seperti binatang, serta segala peraturan yang membatasi aktivitas.

Borok Institusi2 di US

Dalam buku ini Billy Milligan tampaknya ingin agar semua orang tahu betapa buruk perlakuan di semua rumah sakit tahanan yang sempat ia huni, kecuali Athens Mental Health Centers tentunya. Ia beberkan semua borok dari institusi2 tersebut. Sama sekali tidak ada semangat menyehatkan pasien. Bukan hanya tidak diperlakukan secara manusiawi, tapi juga masih diperas oleh petugas dan dicekik dengan biaya yang tinggi.

Untuk menghadapi itu semua Billy mengambil segala cara untuk bisa bertahan. Dengan memanfaatkan kemampuan 24 spesialis yang menghuni kepalanya, ia memanipulasi orang, menggunakan kekerasan, mencuri milik orang lain, melarikan diri, mogok makan, hingga meng-hack sistem komputer. Memang bukan cara yang bisa dibilang etis, tapi itulah celah dan kesempatan yang ditemukan Billy untuk bisa bertahan, untuk memperjuangkan haknya atas perlakuan yang lebih baik, dan lebih jauh lagi, haknya atas kebebasan.

Dan ketika semua borok itu diungkap dalam buku ini, tidak heran jika banyak pihak yang keberatan atas terbitnya buku ini di negara asalnya.

Beberapa Komentar

"The Milligan Wars", judul yang sangat tepat untuk buku ini. Tapi entah kenapa kok dipilih untuk diterjemahkan sebagai "Pertarungan Jiwa Billy". Buku ini lebih mengisahkan pertarungan Billy melawan sistem yang telah memenjarakan dan memperlakukan dirinya secara sewenang-wenang, bukan lagi mengenai pertarungan di dalam jiwa Billy.

Nyaris tidak ada lagi pertentangan antara ke-24 kepribadian yang ada. Masing-masing tampaknya telah tahu peran dan bagiannya, serta bisa bekerja sama satu sama lain. Dan pada saat yang tepat mereka akan bersatu memfusi menjadi Sang Guru. Dan memang di buku ini tidak terlalu banyak diungkap tentang perkembangan masing-masing kepribadian. Disini lebih banyak menceritakan Billy sebagai Billy melawan sistem.

Pada beberapa bagian penulis bercerita cepat secara kronologis dengan menyertakan kutipan-kutipan dokumen dari media, surat, dan jurnal. Tidak melalui adegan-adegan yang dimainkan tokoh2 yang ada. Terus terang, pada bagian itu aku merasa lelah untuk mengikutinya. Masalahnya, aku terlanjur men-set pikiranku untuk membaca sebuah novel, bukan surat kabar.

Mungkin penulis memilih cara bercerita seperti itu karena dia tidak memiliki cukup akses kepada Billy untuk mengorek banyak cerita. Penulis berkali-kali dihalangi oleh berbagai pihak untuk mengunjungi Billy. Berbeda dengan saat menulis buku pertama, dimana penulis bebas mengunjungi Billy di Athens. Dan penulis tidak berkeinginan mereka-reka sendiri kejadian2 yang dialami Billy, karena buku ini adalah sebuah kisah nyata. Maka dari itulah, penulis membiarkan catatan dan dokumen yang bercerita, yang tentu saja akan berkesan kaku.

Penterjemahannya cukup baik, meskipun beberapa kali aku merasakan ada kalimat yang membingungkan karena ada kata2 yang hilang. Yang agak disayangkan adanya kekurang-cermatan pengaturan format. Pada buku ini kutipan dari dokumen2 selalu ditampilkan dengan format yang berbeda dari narasi cerita. Namun pada beberapa bagian, ada paragraf2 yang seharusnya bukan lagi merupakan kutipan dokumen tapi tetap menggunakan format kutipan (hal 446-449, 505-510). Pembaca pasti akan bingung mengikutinya. Saat aku konfirmasi ke jeng Antie, sang editor, dia minta maaf atas human error tersebut. Dan dia bilang, "Yang kayak gitu tanda-tanda bakal dicetak ulang".... hehehehe.. amin...