Monday, May 01, 2006

Wolf Brother

Setelah Trilogi Kisah Klan Otori, kali ini penerbit Matahati merilis terjemahan selanjutnya yang juga merupakan kisah yang terdiri atas beberapa seri. "Chronicles of Ancient Darkness" karya Michelle Paver yang versi aslinya diterbitkan pada tahun 2004. Dan seri pertamanya diberi judul "Wolf Brother", atau diterjemahkan menjadi "Saudara Serigala.

Membuka halaman2 pertamanya, pembaca yang telah membaca Klan Otori terbitan Matahati akan merasa 'dejavu'. Di halaman depan dilampirkan peta lokasi kejadian cerita yang gaya penggambaran dan tipografinya mirip dengan peta yang ada di buku2 Klan Otori. Apalagi ditambah daerah yang dikuasai kelompok tertentu ditandai dengan nama yang berawalan dengan kata "Klan". Tak bisa dielakkan kalo muncul komentar awal "Lah, kok mirip Otori?".

Tapi tidak perlu dikhawatirkan, karena isi ceritanya amat sangat berbeda.

Kehidupan Masa Purba di Eropa

Sepintas mencermati gambar, tulisan, dan ringkasan di sampul luarnya, yang terbayang adalah kisah tentang seorang anak yang dibesarkan oleh serigala. Udah banyak dan sering mungkin kita mendengar dan membaca kisah seperti itu. Namun novel ini bukanlah bercerita tentang hal seperti itu, meskipun ada juga sih yang nyaris seperti itu.

Bersetting di Eropa pada masa purba, dimana manusia masih hidup di hutan dan bergantung sepenuhnya pada alam. Belum mengenal cara bercocok tanam, memenuhi kebutuhan pangannya dengan berburu dan memanfaatkan tanaman liar. Mereka hidup berkelompok membentuk klan-klan yang menggunakan nama hewan yang dianggap sebagai pelindungnya.

Torak, yang baru berusia 12 musim panas, hidup hanya bersama Fa ayahnya mengembara di seluruh kawasan hutan. Mereka hidup memisahkan diri dari klannya, klan Serigala, karena suatu alasan.

Nasib akhirnya menentukan Torak harus hidup sendirian di usia yang sangat muda. Fa diserang oleh seekor beruang besar yang dirasuki setan jahat. Sebelum meninggal, Fa meminta Torak bersumpah untuk pergi ke Gunung Roh Dunia untuk memusnahkan beruang jahat itu.

Di hari pertamanya hidup sendiri, Torak menemukan seekor anak serigala yang seluruh keluarganya mati karena arus banjir. Awalnya dia hendak membunuhnya sebagai makan siang, namun entah bagaimana Torak ternyata memahami bahasa serigala itu dan tidak sampai hati memangsanya. Bahkan akhirnya mereka berkawan, berburu bersama, dan berbagi makanan.

Satu saat sekelompok orang mengepung mereka dengan tuduhan telah mencuri rusa. Mereka digiring ke perkemahan Klan Gagak yang juga sedang ketakutan akan beruang jahat yang berkeliaran di hutan. Keberadaan beruang itu membuat hewan2 buruan bersembunyi sehingga mereka mulai kekurangan makanan.

Ketua Klan Gagak, Fin-Kedinn, dan Dukun Klan, Saeuun, melihat sesuatu yang lain pada diri Torak. Mereka mendapati tanda2 dari seorang 'Pendengar' yang diramalkan akan mampu membunuh beruang jahat. Bersama ketua klan2 lain mereka berunding mengenai apa yang harus dilakukan terhadap Torak. Torak yang tidak tahan dengan kondisi terpenjara akhirnya mampu melarikan diri atas bantuan Serigalanya.

Dalam pelariannya ia bertemu dengan Renn, seorang gadis dari klan Gagak yang percaya kalau Torak memang si Pendengar dan anak serigalanya adalah si Pemandu. Renn menceritakan segala ramalan yang ia dengar dari Saeuun tentang apa yang harus ia lakukan untuk memusnahkan beruang jahat. Antara lain ia harus menemukan tiga buah Nanuak untuk dipersembahkan kepada para Roh Agung di Gunung Roh Dunia agar mereka mau memusnahkan si beruang jahat.

Bertiga mereka menuju ke arah utara, letak Gunung Roh Dunia dimana belum seorangpun mampu mencapainya. Si anak serigala yang sebenarnya belum banyak mengenal hutan ternyata memang si Pemandu yang selalu tahu arah mana yang harus mereka tuju. Dalam perjalanan mereka sembari mencari tiga buah Nanuak, harus menghadapi orang-orang yang berusaha menghalanginya, dan harus selalu menghindar dari si beruang jahat yang masih berkeliaran.

Detilnya Memikat

Endingnya sih udah bisa ditebak lah. Konfliknya juga tidak terlalu rumit. Tidak ada percabangan konflik yang njelimet, lurus-lurus saja menuju ending. Nampaknya buku ini memang ditujukan untuk semua umur, bahkan anak-anak pun akan bisa menikmatinya.

Sisi yang paling menarik adalah bagaimana Michelle Paver, si penulis, berhasil menguraikan dengan memikat tentang detil kehidupan primitif di masa purba yang sangat bergantung kepada alam.

Torak meskipun masih terbilang anak-anak tapi telah memiliki keahlian dalam mengenali alam. Dengan membaca tanda-tanda yang ditemuinya di tanah, pada tumbuhan, atau hewan2, ia bisa melacak jejak dan mengetahui apa yang sedang dan telah terjadi. Pembaca juga akan diajak mempelajari bagaimana Torak dan Renn memanfaatkan apa yang ada di alam menjadi benda2 yang berguna. Hewan2 yang berhasil mereka buru, selain dimakan dagingnya, bagian tubuh lain dapat mereka pakai untuk berbagai hal. Kulitnya tentu saja untuk pakaian dan sejenisnya, tulang dan tanduknya bisa digunakan sebagai senjata, ototnya yang liat bisa dipakai sebagai tali, perutnya setelah dibersihkan bisa sebagai tas pembawa bekal. Menarik sekali.

Ada juga sedikit unsur2 magis yang terlibat di dalamnya, tapi pada buku pertama ini tampak tidak terlalu dominan. Hanya sebatas jimat-jimat dan kepercayaan kepada dukun. Renn si gadis kecil dari klan Gagak itu adalah seorang anak yang telah banyak belajar pada dukun klan Gagak. Paduan antara Renn yang memahami perdukunan, dan Torak yang jago berburu dan melacak jejak, tentulah menjadi pasangan yang akan menyajikan petualangan2 memikat.

Hubungan Erat Manusia dan Serigala

Bagian lain yang sangat memikat adalah hubungan dan komunikasi antara Torak dan Anak Serigala. Mereka bisa bercakap-cakap dalam bahasa serigala meskipun tidak selalu saling mengerti. Hubungan antara Torak dan Anak Serigala telah terjalin demikian akrab, sehingga mereka berdua sering saling mengusap moncong untuk menyatakan saling menyayangi. Kadang mereka juga bergelut layaknya anak-anak. Ketika anak serigala kehilangan Torak dia akan melolong dengan lolongan yang ditangkap Torak sebagai kata "Kau dimanaaa..?", dan Torak akan membalas lolongan itu.

Bahkan pada beberapa bagian, penulis meletakkan Anak Serigala sebagai penutur, sehingga pembaca bisa ikut merasakan kehidupan si Anak Serigala dengan sangat dekat. Kita akan dibuat tersenyum-senyum dengan istilah2 yang dibuat oleh si Anak Serigala untuk mengenali sekitarnya. Torak ia sebut sebagai "Tinggi Takberekor", "Mata Cerah Panas" untuk matahari, "Mahluk Cerah Panas Menggigit" untuk api unggun.

Saingan Harry Potter?

Untuk menulis novel ini, Michelle Paver, telah meluangkan waktunya sekian lama untuk mempelajari ilmu Kepurbakalaan. Ia juga sengaja menjelajahi hutan-hutan di Finlandia untuk lebih memahami kehidupan di dalamnya. Sejumlah ahli fauna juga ia mintai keterangan, untuk mengetahui bagaimana kehidupan serigala, gagak, dan lainnya yang menjadi bagian dari novelnya ini. Tidak heran jika novel ini menjadi begitu detil dalam penuturan tentang pernik-pernik kehidupan masa lalu.

Belum jelas berapa banyak seri yang akan menjadi bagian dari Chronicles of Ancient Darkness ini. Tahun 2006 ini baru beredar buku keduanya "The Spirit Walker" di US, dan mendapat sambutan yang cukup menggembirakan, bahkan sejumpah penghargaan telah dikantonginya. Beberapa pihak menganggap serial ini akan mampu menjadi saingan berat bagi Harry Potter. Hmmm... bisa jadi.