Sunday, July 02, 2006

Red Leaves

Satu lagi buku terbitan dari Dastan Books meminta tempat di rak bukuku yang sudah penuh. "Red Leaves" karya Thomas H. Cook. Versi originalnya terbit tahun 2005, masih lumayan gres lah. Novel ini sempat meraih beberapa nominasi award, antara lain di Edgar Award 2006, award untuk novel-novel misteri terbaik. Versi Indonesia-nya diterjemahkan oleh Dastan Books Juli 2006 dalam 420 halaman.

Yup, masih 'fresh from the oven', karena bulan Juli juga baru masuk di tanggal kedua. Beli kemaren sabtu, malamnya aku baca-baca sambil diseling nonton bola. Rasa penasaran bikin aku terus membacanya, dan habis malam itu juga :)

Jangan Baca Sampul Belakang

PERINGATAN: Buat yang pengen baca novel ini dan sangat anti dengan spoiler, jangan pernah membaca ringkasan cerita di sampul belakang novel versi Indonesianya! Karena ringkasan cerita disitu isinya SPOILER ABIS! Hanya beberapa kalimat, tapi bener-bener sukses merusak keasikan membaca x(

Diawali dengan kisah Eric Moore yang merasa telah berhasil meraih kehidupan yang jauh lebih baik daripada apa yang dicapai ayahnya. Bukan suatu kehidupan yang hebat memang, tapi paling tidak bersama Meredith istrinya dan Keith anaknya segalanya berjalan dengan baik. Tidak seperti kehidupan di masa kecilnya yang berakhir berantakan.

Namun apa boleh buat, kestabilan hidupnya tidak berlangsung lama. Di mulai dengan berita hilangnya gadis cilik anak tetangga, Amy Giordano. Kejadian itu menyeret keluarga Eric dalam masalah, karena semalam Keith-lah yang diminta menjaga Amy selama suami-istri Giordano pergi keluar. Tak bisa dihindari Keith pun menjadi salah seorang yang dicurigai.

Keith yang pendiam dan tertutup menyangkal dengan keras keterlibatannya. Bukti-bukti yang ada juga kurang kuat untuk bisa menjadikan Keith sebagai tersangka. Tapi semua orang telah terlanjur mencurigai Keith karena tidak ada orang lain yang bisa dituduh. Bahwa Keith adalah seorang penculik, atau pembunuh, atau bahkan pemerkosa anak-anak di bawah umur.

Eric yang memang kurang berhasil membangun komunikasi yang baik dengan Keith, ditambah dengan berbagai tekanan dari luar sedikit demi sedikit kehilangan kepercayaan. Ia ingin bisa percaya sepenuhnya akan kesaksian Keith. Tapi keraguan sudah muncul sejak awal. Dan itu bukan hanya kepada Keith, tapi juga kepada istrinya.

Mampukah Eric menjaga agar keluarganya tetap utuh dalam menghadapi badai dahsyat yang menerjang mereka ini? Agar kehancuran yang menimpa keluarga pertamanya yang dibangun oleh ayahnya tidak terulang di kehidupannya.

Kegelisahan yang Mencekam

Di sampul depannya tertulis bahwa ini adalah novel 'supertegang'. Tapi jangan berharap akan menemui alur cerita yang penuh adegan-adegan menegangkan yang mengancam jiwa para tokohnya. Ini bukan novel detektif yang para tokohnya sibuk mencari clue sementara para antagonis menyiapkan berbagai jebakan. Ketegangan yang ada adalah ketegangan kejiwaan dari para tokohnya.

Sebagian besar mengungkap kegelisahan-kegelisahan yang dialami Eric Moore dan keluarganya, karena setelah sekian lama Amy tidak juga ditemukan dan tidak ada tersangka lain selain Keith. Dan kegelisahan itu diulur-ulur dengan menyajikan bukti-bukti baru satu demi satu secara perlahan sehingga terasa semakin mencekam. Kondisi Eric yang lagi stress berat menghadapi masalah ini rupanya dipilih untuk menjadi gambar sampul.

Potongan demi potongan cerita disajikan dengan perlahan karena selalu dituturkan lengkap dengan dialog-dialog batin yang dialami Eric. Dalam potongan itu yang diungkap bukan hanya tentang seputar kejadian hilangnya Amy, tapi juga tentang keluarga dan masa kecil Eric. Mengapa dan bagaimana ibu dan adiknya meninggal, mengapa Werner kakaknya betah membujang, dan bagaimana ayahnya akhirnya bangkrut dan hancur.

Saat Kepercayaan itu Terkikis

Penerbit Dastan menambahkan sub-judul "Tale of Murder and Suicides" pada edisi terjemahan ini. Entah kenapa kok harus repot-repot menambahkan sub judul yang tidak ada pada versi original nya. Dan terus terang saja tambahan itu tidak cocok dengan isi cerita. Novel ini lebih banyak berisi tentang gejolak dan konflik psikologis para tokohnya. Ada kematian tapi bukan menjadi fokus utama cerita.

Konflik psikologis itu terjadi ketika kepercayaan terhadap seseorang terkikis oleh prasangka; Ketika keluarga Giordano dan sebagian penduduk Wesley hilang kepercayaan dan menuduh keluarga Moore; Ketika Eric mulai meragukan kejujuran Keith, dan kemudian kejujuran istrinya dan Warren kakaknya. Hilangnya kepercayaan itu seperti larutan asam, menetes perlahan tapi akhirnya merusak hingga ke bagian terdalam. Itu perumpamaan yang ada di novel ini.

Tapi terus terang aku tidak paham tentang pilihan judul yang diambil oleh Thomas Cook. Entah apa yang diwakili oleh "Daun Merah". Sepanjang cerita Thomas Cook memang sering secara puitis menggambarkan daun-daun merah dari tanaman Maple jepang yang tumbuh di halaman rumah keluarga Moore. Tapi daun merah itu tidak punya andil apa-apa dalam sehingga aku tidak bisa menangkap perumpamaan apa yang ingin disampaikan Cook dengan daun merah tersebut.

Ending yang Menghancurkan Semuanya

Yang jelas Thomas Cook sangat piawai menjalin konflik demi konflik yang kadang dibalut dengan kalimat-kalimat puitis. Dia juga pandai menjaga emosi dan rasa penasaran pembaca. Kepingan-kepingan puzzle dia letakkan satu demi satu dengan sabar. Semua kepingan itu baru akan membentuk gambaran lengkap setelah kita membaca lembar terakhir.

Dan ketika susunan kepingan puzzle tentang misteri hilangnya Amy telah ia tata di hadapan pembaca, di bab terakhir Thomas Cook malah memporak-porandakan semuanya. Ia menyajikan gambar baru yang sama sekali berbeda sebagai ending. Ending yang mengejutkan dan menghancurkan. Dan sayangnya, aku sudah terlanjur membaca tulisan di sampul belakang novel ini, jadinya ending itu tidak terlalu mengejutkan lagi :(

Setelah membaca endingnya dan tahu bentuk utuh dari puzzle yang sebenarnya, kisah ini akan menjadi jauh berbeda saat sekilas aku coba membacanya kembali. Sangat getir dan kelam.