Thursday, April 28, 2005

Teknoseksual, Apa Pula Itu?

Istilah Metroseksual masih lamat2 terdengar di kejauhan, belum hilang benar, eh... datang lagi satu istilah yang entah merupakan satu bentuk variasi atau evolusi dari istilah itu, atau cuma sekedar mendompleng biar ikutan ngetop. Teknoseksual. Apa lagi nih? Aku tahunya baru2 aja... [kuper nggak sih? udah gitu dibahas pula di blog :P]. Tahunya karena saat lewat di kios majalah, ada majalah wanita yang memasang headline "Teknoseksual"

Setelah googling kanan-kiri, ternyata istilah "technosexual" ini sudah berumur lebih dari setahun di negara yang menjadi kiblat peradaban modern. Nggak tau juga, apakah istilah ini sempat booming ataukah cuma trend sesaat yang layu sebelum berkembang. Tapi yang jelas pendukung nomor satu dari istilah itu www.technosexual.org hingga saat ini masih hidup, menyebarluaskan informasi dan memberikan layanan yang terkait dengan seluk beluk technosexual.

Definisi

Jauh sebelum lahir istilah metrosexual, sebenarnya sudah pernah dimunculkan istilah "technosexuality" pada tahun 1970-an yang mengacu kepada ketertarikan seksual kepada mesin, robot, android, gynoid dan peralatan lain (waks!!). Tapi istilah "technosexual" yang saat ini sedang dipopulerkan itu mempunyai konteks yang berbeda.

Definisi resmi dari istilah ini adalah: "A male with a strong aesthetic sense and a love of technology." [Wordspy], "a dandyish narcissist in love with not only himself, but also his urban lifestyle and gadgets; a straight man who is in touch with his feminine side but has fondness for electronics such as cell phones, PDAs, computers, software, and the web." [AlterNet] : pesolek narsis yang tidak hanya bangga akan dirinya sendiri, tapi juga gaya hidup urban dan setumpuk gadget modern miliknya; pria straight yang memahami sisi femininnya tapi juga menggemari peralatan elektronik seperti ponsel, PDA, komputer, software, dan web.

Pria teknoseksual bukan sekedar para pria yang selama ini lebih sering dipanggil "geek", "nerd", "Mr.gadget", "Mr.Techie" dlsb yang sehari2 banyak menghabiskan waktu berkutat dengan komputer dan gadget2 canggih. Pria teknoseksual adalah "Mr.Geek yang sadar fashion", atau "Mr.Metrosexual yang sadar teknologi". Para Mr.Geek punya kesempatan untuk meng-upgrade dirinya menjadi Mr.Technosexual dengan memperbaiki gaya hidupnya mengikuti trend terkini. Tidak lagi mereka menjadi mahluk anti-sosial yang mengisolasi diri di dalam ruangan yang berantakan.

Mereka mengenakan jeans Armani, sepatu Prada, memakai pelembab, PDA-nya yang slim tanpa terlihat bulky selalu mengingatkan appointment berikutnya, melengkapi diri dengan ponsel dan laptop termutakhir yang sangat ramping dengan fitur lengkap. Rumah dan mobilnya dilengkapi dengan peralatan audio dan video mutakhir. Tempat gaul mereka adalah cafe2 dengan hot spot internet wireless kecepatan tinggi. Dan di tempat itu mereka akan sibuk berdiskusi tentang teknologi terkini atau tenggelam bersama laptopnya di dalam chatroom, atau sibuk membuat entry untuk blog, atau sedang menyusun tulisan yang lucu atau filosofis untuk dikirim ke milis atau forum diskusi.

Apa Hubungannya dengan "Seksual"?

Nah! itu juga yang membingungkan. Kalau definisinya seperti itu, lalu apa makna akhiran "seksual" disitu? suatu jenis kelamin baru?... orientasi atau kecenderungan perilaku seksual?... nggak ada yang cocok tuh. Kalau istilah yang dibuat tahun 1970 itu kan sangat pas sekali dengan akhiran "seksual", kalo yang ini???

Kayaknya sih, istilah yang satu ini memang ingin mendompleng kesuksesan istilah "Metrosexual". Biar para pengikut gaya hidup pop bisa segera menyerapnya dengan baik, dan kemudian bisa segera menyebar ke seluruh dunia lewat berbagai media. Tapi kenapa yang diambil akhiran "-sexual" nya, bukan "metro-"nya? Padahal awalan "metro-" ini lebih mencerminkan tentang gaya hidup kaum urban dengan fasilitas metropolis, yang juga dianut oleh kelompok orang yang digelari "teknoseksual". Tapi emang nggak lucu sih kalo istilah yang dipakai adalah "metrotechnical", "metrotechy", "metrogeek", atau "metronerd". Istilah "technosexual" lebih catchy dan lebih menjual, disamping mungkin juga ingin tetap memberikan penekanan kepada sisi "techno" bukan "metro" nya.

Metrosexual sendiri didefinisikan sebagai "An urban male with a strong aesthetic sense who spends a great deal of time and money on his appearance and lifestyle" [Wordspy]. Penjelasan lebih lanjutnya adalah "The metro- (city) prefix indicates this man's purely urban lifestyle, while the -sexual suffix comes from "homosexual" meaning that this man, although he is usually straight, embodies the heightened aesthetic sense often associated with certain types of gay men."

Hmmm... gitu to.. Jadi memang nggak ada hubungannya dengan "sexual" secara harfiah, disini tampaknya "sexual" lebih mengarah ke makna perilaku dan gaya hidup. Tapi bisa jadi juga akhiran itu dipakai untuk menonjolkan adanya fenomena pergeseran standar stereotype feminin-maskulin yang selama ini berlaku. Orang2 yang tidak mau terikat dengan stereotype itu, berusaha menunjukkan eksistensinya dengan menciptakan "jenis kelamin" baru :)

Meng-upgrade Para Mr.Geek

Technosexual sebenarnya tidak bisa langsung disampirkan ke pundak para Mr.geek. Tidak cukup dengan menjadi penggemar gadget dan teknologi termutakhir, menjadikan seseorang berhak atas gelar "technosexual". Ada beberapa kriteria tambahan untuk itu, yaitu harus sadar fashion dan gaya hidup terkini. Di situs Technosexual.org selain memajang perangkat2 elektronik terkini, juga mengulas tentang produk terbaru Prada, Louis Vuitton, Gucci, dan teman-temannya sebagai referensi para technosexual atas trend fashion terkini. Bagi Mr.Geek Untuk memasuki dunia itu sebenarnya tidak terlalu sulit, hanya perlu sedikit keterbukaan diri dan tentu saja modal. Lebih rumit dan sulit menjadi orang yang paham teknologi :) Apalagi booming perusahaan dotcom beberapa saat lalu sempat menjadikan para Mr.Geek kehujanan berkah materi, sehingga mereka cukup punya modal untuk memasuki dunia yang peduli fashion.

Bagaimanapun juga, mungkin tidak semua Mr.Geek mau menjadi bagian dari kaum technosexual. Mereka tetap memilih tenggelam dalam dunianya sendiri dan tidak peduli dengan tetek bengek trend life-style masa kini. Mereka lebih fokus pada apa yang bisa dia ciptakan dan hasilkan dari putaran otaknya, daripada penampilan luar fisiknya. Memang tidak semua orang bermimpi menjadi seleb dan menjalani kehidupan glamour ala seleb. Tapi ketika materi telah melimpah, sah-sah aja kalo kemudian mereka ingin memanjakan diri :)

So What Gitu Loh?

Hehehe... mentok dah kalo udah kena pertanyaan seperti itu :P
Aku juga nggak terlalu peduli dengan berbagai istilah baru untuk trend terkini. Eh... iya nulis blog berarti cukup peduli juga ya? :P ... maksudnya tuh aku tidak terlalu peduli untuk menjadi pengikut trend terkini. Biarlah trend berubah-ubah semau para penguasa bisnis dan media, aku akan tetap seperti adanya aku. Menjadi pengamat aja cukuplah.

Aku sendiri bukanlah seorang Mr.Gadget yang memiliki berbagai macam gadget canggih dan mutakhir. Disamping karena modalnya cepak :P juga karena aku melihat ke masalah "apa emang aku perlu?". Notebook, sampai sekarang aku nggak pengen punya tuh, karena aku bukan orang yang mobile yang perlu kesana kemari membawa pekerjaan. Cukuplah ada komputer desktop yang memadai di kantor dan di rumah. Gadget mobile yang aku punya cukuplah hape, yang bisa untuk komunikasi suara dan text, bisa juga sebagai organiser dan main game kecil2an. Entah nanti kalo sudah butuh, baru aku akan mempertimbangkan, tapi benar2 kalo aktivitasku sudah menuntut adanya gadget tambahan itu.

Lagipula menurutku capek banget kalo harus menjadi orang yang selalu mengikuti trend terkini, baik itu fashion atau teknologi. Tiap berapa bulan sekali sibuk ganti Hape terkini, sekian tahun ganti PDA dan notebook. Setiap ada istilah baru sibuk mencari2 apa artinya agar tetap bisa merasa sebagai tidak ketinggalan jaman. Seolah kalo dia tidak bisa mendapatkan itu semua, harga dirinya akan jatuh. Lha kok harga diri dasarnya pake itu sih?

Ya sudahlah, manusia memang punya cara hidupnya masing2. Mereka punya cara pandang yang berbeda2 tentang bagaimana memberi makna atas hidupnya :)