Saturday, December 24, 2005

Negara Kelima

Uuuuuugh!!.. perasaan meluap-luap penuh kepuasan muncul begitu aku menutup sampul belakang novel ini. Jarang2 perasaan seperti itu muncul sebagai kesan terakhir setelah selesai baca novel. Kalo nggak salah, hal yang sama terasa waktu aku selesai baca novelnya Michael Crichton, Jurrasic Park, sekian tahun yang lalu. Kemudian juga setelah baca Da Vinci Code.

Meluap-luap karena baru saja dipacu oleh ketegangan demi ketegangan yang tak ada habisnya. Melalui Kejutan demi kejutan yang bikin aku menahan napas. Penuh rasa penasaran dan bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya. Hingga akhirnya memuncak saat adegan2 klimaks tersaji dengan cepat menjelaskan semua misteri.

Penuh kepuasaan karena kisah2 itu bukan sekedar kisah tegang yang menyita emosi, tapi juga dipenuhi dengan pengetahuan2 baru yang menakjubkan yang mampu mencerahkan dan memuaskan sisi intelektual.

Negara Kelima oleh Es Ito

"Es Ito, lahir pada tahun seribu sembilan ratus delapan puluh satu. Ibunya seorang petani, bapaknya seorang pedagang". Cuma itu yang tertulis pada profil penulis novel "Negara Kelima" ini. Singkat, tidak berlebihan, tidak ingin menonjolkan apapun selain kesederhanaan. Tidak ingin memberikan pretensi apapun sebelum pembaca membaca tuntas novel ini.

Diterbitkan oleh Serambi, yang juga nerbitin terjemahan Da Vinci Code, pada bulan Oktober 2005. Sudah lebih 2 bulan mestinya, tapi baru minggu lalu aku temukan di jajaran novel baru di toko. Dan aku juga belum pernah mendengar ada orang membahas atau mempromosikannya. Tapi memang belum pernah dengar sih penerbit Serambi melakukan acara launching besar untuk buku2 terbitannya. Padahal menurutku, novel sekuat ini pantas untuk dipromosikan besar2an.

Ugh... agak bingung aku harus mulai darimana untuk mencuplik novel ini. Secara banyak sekali hal2 yang meletup-letup ingin ditulis :)

Tokoh utamanya adalah Inspektur Timur Mangkuto, perwira polisi yang malah menjadi buronan karena diduga terlibat dalam kasus pembunuhan empat orang. Tiga orang gadis muda dan seorang perwira polisi yang sebenarnya adalah sahabat dekatnya. Sebuah simbol dari satu kelompok radikal digoreskan pada tubuh dua orang korban. Sementara beberapa hari sebelumnya polisi telah berhasil menggerebek markas dari kelompok tersebut, meski hanya berhasil menahan 2 orang yang cuma bisa memberikan teka-teki tentang Negara Kelima tanpa jawaban. Timur Mangkuto pun dicurigai sebagai anggota kelompok tersebut yang disusupkan dalam tubuh kepolisian.

Dalam pelariannya Timur Mangkuto akhirnya bertemu dengan Eva Duani, ahli sejarah Indonesia, dan ayahnya Profesor Duani Abdullah. Bersama dengan Eva dan dipandu Profesor Duani mereka mencoba menyibak teka-teki Negara Kelima demi mengungkap siapa dan apa tujuan dari kelompok radikal itu, untuk selanjutnya membebaskan Timur Mangkuto dari segala tuduhan.

Menguak Nusantara Kuno

Pernah ngikutin diskusi atau pembahasan tentang Atlantis benua yang tenggelam itu nggak? tentang dimana letaknya, pada masa mana Atlantis pernah jaya, dan sebagainya. Pernah dengar satu pendapat yang mengatakan kalo selain pulau Kreta atau kepulauan Karibia sebagai lokasi yang diduga sebagai lokasi dari Atlantis kuno, kepulauan Nusantara juga dianggap sebagai lokasi yang mungkin sebagai sisa2 dari kebesaran Atlantis. Kalo terdengar seperti dongeng yang terlalu mengada-ada, silakan baca alinea terakhir dari tulisan ini :)

Pernah dengar isu2 atau diskusi kecil dari orang2 yang yakin dan percaya tentang adanya leluhur2 yang masih menguasai Nusantara dan suatu saat akan membangkitkan kembali kejayaan Nusantara? Banyak lo orang2 seperti ini.

Seorang Bapak tua yang sering berkunjung ke rumahku bisa berapi-api penuh semangat kalo menceritakannya. Seorang Dosenku yang bertampang misterius juga pernah sekilas mengungkapkan masalah itu. Dia bahkan sempat terlibat dan disorot media sebagai orang2 yang berniat mengungkap keberadaan Dana Revolusi beberapa tahun yang lalu. Tapi kemudian dia urung melakukannya karena begitu banyak orang2 yang "meminta bagiannya" :(. Dan satu lagi seorang seleb yang tampaknya punya gagasan yang serupa, Ray Sahetapy, dengan salamnya yang khas "Salam Nusantara".

Yap, mereka selalu menyebut negara Nusantara, bukan Indonesia. Nama Indonesia hanyalah peninggalan kolonial Belanda. Sedangkan Nusantara punya sejarah yang jauh lebih tua dan lebih besar dari itu.

Lalu apa juga pernah dengar dongeng2 dari orang Minang yang mengisahkan kalo nenek moyang orang Minang bukanlah dari daratan Yunan di Cina, tapi mereka adalah keturunan dari Iskandar Agung yang pernah menaklukkan separuh dunia beberapa ratus tahun sebelum masehi? Hikayat ini mestinya semua orang Minang pernah dengar karena memang menjadi bagian dari kisah2 yang dituturkan turun-temurun. Meskipun seorang temanku yang asli Minang malah tertawa lebar2 waktu menceritakannya padaku.

Semua rumor2 yang mungkin sulit dipercaya itu malah menjadi latar belakang utama dari novel ini. Kalau anda menganggap itu semua lelucon tidak lucu dan tidak akan pernah mau percaya, maka novel ini sama sekali tidak dianjurkan untuk dibaca. Karena hanya akan anda anggap sebagai lelucon sampah. Tapi kalo mau tahu lebih jauh tentang rumor2 itu dan mau sedikit membuka diri untuk hal2 baru, silakan menikmati petualangan seru di novel ini.

"Nusantara Code"?

Nggak bisa dielakkan, saat baca novel ini akan terasa ada pengaruh dari gaya penulisan Dan Brown di DVC. Caranya membagi novel ini dalam bab2 pendek hingga total berjumlah 71 bab mirip dengan DVC. Lalu di akhir setiap bab selalu ada pertanyaan yang dibiarkan menggantung atau ada suatu kejutan yang baru akan dijelaskan di bab berikutnya. Alur cerita yang terpecah menjadi tiga dan dikisahkan bergantian satu demi satu hingga akhirnya semuanya bertemu. Itu semua mengingatkan pada cara penuturan Dan Brown.

Apalagi novel ini juga mengungkap tentang sejarah masa lalu yang tidak banyak diketahui umum. Suatu interpretasi baru terhadap sejarah yang bisa memutar-balikkan pemahaman orang tentang hal yang selama ini sudah diyakini begitu adanya.

Juga adanya proses pemecahan teka-teki yang cukup menguras tenaga, otak dan waktu untuk berkutat dengan sejumlah buku dan dokumen. Lalu ada juga sedikit permainan sandi.

Nggak bisa enggak pasti orang akan kepikiran "kok terasa mirip ama DVC ya?". Bahkan mungkin bakalan ada yang kasih gelar "Da Vinci Code versi Indonesia" atau malah "Nusantara Code" :)

Tapi karena kisah dan latar belakangnya sangat berbeda dan sama sekali terlepas dari DVC, hanya alurnya saja yang mirip, menurutku novel ini masih tetep bisa berdiri dengan bangga sebagai dirinya sendiri.

Diselesaikan dengan Baik

Meskipun ada sedikit kesan mengekor, tapi semuanya diselesaikan dengan sangat baik oleh Es Ito.

Salut banget dengan data2 yang memenuhi novel ini. Penulis pasti harus melakukan seabreg-abreg riset dan pengumpulan data baik dari buku2 sejarah atau mewawancara para pelaku sejarah itu sendiri. Data2 disini amat sangat lengkap. Ada kutipan panjang kitab dialog Timaues and Critias karangan Plato yang menggambarkan dan mengisahkan hikayat Atlantis. Ada sejarah panjang hikayat orang Minangkabau menurut cerita Tambo dari kisah anak2 Iskandar Agung, terbentuknya hukum dan adat minang, hingga berubahnya hirarki waris adat minang dari patrilinial menjadi matrilineal sebagai siasat perang. Ada mengupas isi prasasti Kedukan Bukit tentang berdirinya Sriwijaya. Ada nukilan2 dari kitab Pararaton mengungkap hubungan Majapahit dan kerajaan Melayu. Ada juga kisah napak tilas Sjafruddin Prawiranegara saat mengumumkan berdirinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatera pada 1948 yang hampir tidak pernah menjadi bagian dari sejarah Indonesia Merdeka. Semua data itu dijalin dan dihubung2kan dengan mulus tanpa celah oleh penulis dan menyajikan interpretasi baru atas sejarah Nusantara dan menjadi latar belakang novel ini. Kalo suka ama cerita sejarah, novel ini untuk anda ;)

Kalopun nanti ada yang meragukan isi novel ini, mungkin bakalan dari sisi kevalidan data atau kevalidan interpretasi yang diambil penulis. Karena aku bukan ahli sejarah, jadi ya nggak tau kalo ada lobang2 dari sisi itu. Tapi tampaknya sih meyakinkan sekali.

Peristiwa demi peristiwa disusun dan direncanakan dengan baik. Tidak ada peristiwa tempelan yang tidak akan menjadi satu bagian petunjuk dari inti cerita. Ketegangan juga tidak pernah berhenti dari awal, sampe aku harus beberapa kali meletakkan buku ini beberapa saat untuk menurunkan ketegangan sebelum larut lagi kedalamnya. Intrik2 yang dijalin juga cukup rumit. Banyak hal2 tak terduga yang berhasil dimunculkan tanpa tertebak sebelumnya. Cuma satu hal yang sempat aku tebak dari awal dan benar terjadi.

Kejanggalan Kecil

Ada sih kejanggalan2 kecil, seperti penyebutan "labtop" bukannya "laptop" di seluruh bagian novel, lalu juga penulis yang keukeuh nulis nama kelompok radikal itu sebagai KePaRad secara "case sensitive" bahkan dalam dialog, juga kebiasaan penulis selalu menyebut nama tokoh dengan nama lengkap (Timur Mangkuto, Eva Duani, Ilham Tegas dll) bikin kesan formil dan berjarak antara pembaca dengan tokoh2 itu.

Juga kadang-kadang ada terasa kedodoran dalam melukiskan emosi pelaku. Ada emosi2 yang seharusnya digambarkan untuk menyempurnakan situasi adegan tapi dilewatkan oleh penulis. Seperti misalnya saat penggeledahan rumah Profesor Duani, lalu juga saat adegan puncak klimaks yang terlalu cepat dan kurang emosional padahal sekian banyak orang terlibat disana.

Terus aku juga rada protes ama satu hal ini: [spoiler] Tentang pengiriman file video sebesar 30 MB via email, kayaknya gampang dan bisa cepat aja dilakukan. Kenapa nggak dicritain file video itu masih bisa diselamatkan dari harddisk dari laptop yang hancur karena file itu cuma di "klik kanan - delete" bukan di "shift+delete". Hehehehe.....

Tapi kejanggalan2 itu bisa tertutup dengan ketegangan2 yang silih berganti yang terus menerus melingkupi benak pembaca.

Eh iya, ada satu hal lagi yang terasa kurang. Akan lebih baik lagi kalo novel ini dilengkapi gambar2 pendukung. Seperti peta sumatra dan jawa biar pembaca bisa konsentrasi membaca saja, tidak perlu buka2 buku atlas. Terus juga gambar dari simbol kelompok radikal yang selalu dituliskan sebagai "Piramid dengan belahan diagonal pada bagian alasnya". Rada bingung aku ngebayangin kayak apa sih simbol itu?

Moral of The Story

Banyak sekali isu-isu yang disentil novel ini. Aparat yang korup, sibuk berebut mencari bagian harta dan kekuasaan. Ilmuwan yang tunduk kepada uang. Penghargaan yang rendah atas benda2 peninggalan sejarah. Anak muda yang resah dengan kerusakan bangsa dan berbelok menjadi radikal di satu sisi. Dan anak muda yang tidak peduli sekitar hanya mencari kesenangan sesaat di sisi yang lain.

Dari cerita Tambo orang Minang yang panjang lebar dibahas, bisa diambil juga nilai2 dalam membentuk masyarakat yang adil. Suatu pemerintahan ideal yang diidamkan Plato. Kemungkinan besar sih penulis adalah memang orang Minang. Selain karena paham banget dengan adat istiadat Minang, juga saat menuliskan dialog dari tokoh yang Minang totok dia bisa sangat menjiwai dan membuatnya sangat Minang :)

Paparan sejarahnya juga membuka mataku lebar2 tentang hal2 baru yang selama ini nggak pernah diungkap. Memang, itu adalah suatu interpretasi, dan yang tahu apa yang terjadi sebenarnya hanyalah pelaku aslinya dan Tuhan. Tapi paling nggak jadi paham kalo kisah sejarah itu dilihat dari sisi yang lain bisa jadi sangat berbeda. Padahal sejarah itu kan tempat suatu bangsa bercermin dan belajar. Makanya sangat fatal sekali kalo ada penguasa2 yang melakukan pemutarbalikan sejarah demi kepentingannya sendiri...

***

"Jadi, apakah benar kepulauan Nusantara ini pada masa lalunya adalah Atlantis, benua yang tenggelam itu?
Baca aja sendiri dan temukan jawabannya menurut Es Ito ;)

Aku sih rasanya nggak rela kalo sejarah Nusantara dikait2kan dengan mitos Yunani yang menyembah dewa2 yang sering ribut itu, apalagi critanya penguasa Atlantis itu adalah anak dari hasil incest dewa Poseidon... ihhh... nggak rela ah punya nenek moyang cabul gitu :P