Thursday, January 19, 2006

The Amber Room

'Amber' itu kalo di basa jawa artinya 'penuh sampe tumpah'. Di bahasa Indonesia kayaknya nggak ada kata sinonimnya yang pas. Kalo 'tumpah' aja kan bisa karena gelasnya terguling, padahal itu bukan 'amber'. Amber itu hanya untuk tumpah karena kepenuhan. Dan itu nggak ada hubungannya sama sekali ama novel ini... hehehe :D

Amber yang ini pake e pepet, kalo amber yang tadi pake e bebek. Amber yang ini adalah getah damar yang telah memfosil setelah proses jutaan tahun. Karena udah memfosil, jadinya keras, makanya sering disebut sebagai batu. Batu Amber. Walaupun bukan bener2 batu, karena kalo dipanaskan hingga suhu tertentu akan bisa melunak. Karena penampilannya yang indah maka amber ini termasuk di dalam jajaran batu perhiasan mahal.

Ruang Amber yang Historis

Kalo di novel Jurrasic Park ada berton2 batu amber yang dibutuhkan untuk menemukan nyamuk purba yang mengandung DNA dinosaurus. Maka di novel yang satu ini ada berton2 batu amber yang dipakai untuk melapisi dinding satu ruangan mewah yang dikenal sebagai "The Amber Room".

Ruang Amber ini benar2 ada. Dibangun pertama kali di Istana Berlin pada tahun 1701. Lalu dihadiahkan kepada Rusia dalam rangka membentuk aliansi politik. Hingga sebelum perang dunia II, ruangan yang keindahannya menakjubkan ini berada di Istana Catherine, St. Petersburg, Rusia. Sedemikian indahnya, hingga ada yang menjulukinya sebagai Keajaiban Dunia ke-delapan.

Saat Rusia dikuasai Nazi di perang dunia ke-2, ruang amber dipreteli oleh Nazi dan hendak dijadikan koleksi untuk digabungkan dengan sejumlah besar koleksi seni Eropa yang juga telah dijarah oleh Nazi. Tapi setelah dipreteli, tidak pernah diketahui kemana panel2 amber itu dipindahkan. Banyak dokumen dan narasumber menyatakan ini dan itu, tapi yang jelas hingga saat ini ruang amber itu masih raib dan menjadi incaran para pemburu harta karun.

Perburuan Harta Karun

Sesuai dengan judulnya "The Amber Room", perburuan harta karun berupa ruang amber itulah yang menjadi cerita utama di dalam novel karya Steve Berry ini. Terjemahan-nya dalam bahasa Indonesia diterbitkan oleh Q Press.

Adalah Karol Borya dan Danya Chapaev, yang pernah menjadi tahanan Nazi selama bertahun2, sempat menemukan jejak Ruang Amber. Tapi mereka tidak sempat melacaknya lebih jauh. Karol Borya berimigrasi ke Amerika dan beranak cucu disana. Hingga suatu pagi, cucu dan anaknya Rachel menemukan ia tak bernyawa di ujung tangga. Dari surat2 Borya-Chapaev dan kliping yang dikumpulkan Borya, Rachel tertarik untuk menemukan Ruang Amber. Terbanglah dia ke Jerman mencari Chapaev. Paul Cutler, mantan suami Rachel, merasa cemas dengan kepergian Rachel segera menyusul ke Jerman.

Di sana mereka pun berhadapan dengan para pemburu harta karun profesional, yang beberapa diantaranya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Christian Knoll yang bekerja untuk Fred Fellner, dan Suzanne Danzer yang bekerja untuk Ernst Loring, adalah para akuisitor yang selalu berkompetisi untuk menguasai benda2 seni bernilai tinggi yang tersembunyi. Keduanya tidak segan membunuh orang2 yang menghalanginya. Rachel dan Paul pun menjadi pelanduk yang terjebak di antaranya.

Detil, Keras, dan Sensual

Kesan gelap membuka novel ini dengan kisah Karol Borya saat menjadi tahanan Nazi. Dilanjutkan dengan aksi darah dingin Christian Knoll dalam usaha merebut benda bernilai seni tinggi. Ritme tinggi itu kemudian melambat untuk pengenalan karakter setiap tokoh dan latar belakang cerita tentang ruang amber sendiri. Pembaca yang berharap bacaan thriller beralur cepat sepanjang cerita mungkin rada terganggu di bagian ini.

Setelah melambat, alur cerita kembali dipercepat saat semua tokoh berada di Jerman. Tapi disini cerita menjadi berputar-putar njelimet terutama di sekitar Christian dan Suzanne yang saling menjebak dan membuntuti.

Deskripsi tentang setting atau benda2 seni disajikan secara mendetil. Setting kastil2 kuno yang megah, detail dari setiap benda seni langka yang bernilai tinggi dituturkan dengan lengkap agar pembaca bisa membayangkan dengan utuh. Tapi kalo yang baca nggak pernah liat sendiri suasana setting atau bentuk dari benda itu ya tetep aja nggak kebayang.

Lumayan banyak tindakan kekerasan sadis berdarah dingin yang ditampilkan. Aksi kejar2an antara Christian dan Suzanne ditampilkan layaknya film2 Hollywood. Cepat, berhamburan peluru, tapi jarang yang kena. Dan sepertinya memang sudah disiapkan untuk difilmkan, adegan2 ranjang dan sensual juga ikut menghiasi beberapa bagian cerita.

Nyempal dari Sejarah

Tema utama tentang ruang Amber yang memang menjadi pertanyaan banyak orang mestinya akan mengundang penasaran. Aku sendiri baru tahu sejarah dan kisah ruang Amber yang nyata dari novel ini. Baru ngeh juga tentang adanya para multi miliarder yang terobsesi untuk mendapatkan benda2 seni bernilai tinggi dengan cara apapun untuk menjadi bagian dari koleksi pribadi mereka.

Tapi aku rada kecewa ama endingnya. Yang mengecewakan adalah ending mengenai ruang amber sendiri. Tidak terduga memang, tidak seperti ending dari beberapa hal lain yang dapat ditebak dengan mudah, tapi kenapa harus nyempal dari kenyataan yang ada. Kisah2 fiksi lain yang berlatarbelakang kejadian nyata yang tercatat dalam sejarah, umumnya membiarkan sejarah seperti adanya. Kejadian nyata tetap disajikan seperti apa yang memang terjadi. Kisah fiksinya akan diselipkan di ruang2 kosong yang tersedia. Namun di novel ini penulis mem-fiksi-kan endingnya secara berbeda dari kenyataan yang ada sekarang. Ini jelas bakal bisa bikin bingung tentang mana yang benar2 terjadi.

Selain itu sering terasa kurangnya motif yang kuat yang mendorong seorang tokoh melakukan sesuatu. Kadang tokohnya kayak berlaku impulsif tanpa pertimbangan, langsung aja memutuskan melakukan ini-itu. Seperti mengapa harus membunuh, mengapa harus pergi kesana, mengapa harus menuruti kemauan si A, seringkali motif yang dijadikan latar belakang tindakan itu kurang meyakinkan. Yang aku tangkap adalah kesan yang penting biar ceritanya rame.

Kesalahan Penerbit Terjemahan

Yang bikin lumayan banyak kesalahan adalah penerbit edisi terjemahan-nya. Terjemahannya sih lumayan, pembaca akan bisa mengikuti cerita dengan baik. Cuman salah ketiknya banyak banget. Mengganggu bener. Masak sampe ada kalimat "Sapi menyala di sebuah perapian granit yang sangat besar"... hah? Sapi??? :D Begitu mengganggunya sampe perlu khusus kalimat itu aku catet buat review ini :p

Lalu covernya. Kok gambar wajah anak kecil sih? Anak kecil yang mana itu? nggak ada pemeran utama anak kecil disini. Dan tidak ada tokoh utama dewasa yang digambarkan berwajah anak2. Jadi itu siapa? ... Terus itu gambar pilar2 besar maksudnya apa? Dalam novel dinyatakan bahwa Ruang Amber itu sama sekali tidak berpilar. Jadi itu pilar nyasar dari mana sih?

Dan yang paling fatal adalah kalimat dalam sinopsis di sampul belakang. Dituliskan bahwa Ruang Amber itu "ditempa dari mutiara tulen dan murni yang sangat indah". Amber ditempa dari mutiara??? ... mbok ya novelnya dibaca dulu, sebelum bikin sinopsis...

Standar Aja

Overall, menurutku standar lah untuk kisah thriller. Nggak jelek. Bisa jadi Best Seller mungkin lebih karena topiknya tentang Ruang Amber yang jadi pertanyaan banyak orang. Di samping mungkin juga pengaruh dari adanya sepotong komentar pujian selangit dari Dan Brown yang terpampang di sampulnya (bayar berapa ya?).