Monday, December 08, 2008

Maryamah Karpov

Maryamah KarpovJudul : Maryamah Karpov
Subjudul : Mimpi-mimpi Lintang
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka, November 2008
Edisi : Cetakan I, 504 hlm


Ini adalah buku yang dinanti-nantikan oleh banyak orang para pecinta buku di seluruh Indonesia. Mereka yang sudah dari awal mengikuti tiga buku pertama tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata pastilah amat sangat penasaran dengan buku penutup ini. Apalagi buku ini sempat diundur-undur jadwal peluncurannya. Awalnya akan diluncurkan Maret 2008, lalu mundur Mei 2008. Lalu karena ada momen peluncuran film Laskar Pelangi, maka diundur lagi akan diluncurkan setelah film beredar.

Dan pemilihan momen setelah peredaran film ternyata adalah pilihan yang tepat. Begitu film Laskar Pelangi meledak dan memecahkan rekor jumlah penonton film Indonesia sepanjang masa, maka semakin banyaklah orang yang tertarik dengan Laskar Pelangi. "Maryamah Karpov" sebagai buku keempat dari tetralogi ini, setelah "Laskar Pelangi", "Sang Pemimpi", dan "Edensor", langsung diperebutkan banyak orang. Dalam seminggu sekian puluh ribu copy buku ini terjual. Rekor baru lagi...

Jika "Laskar Pelangi" berkisah tentang masa kecil Ikal bersama Laskar Pelangi semasa SD dan SMP, "Sang Pemimpi" tentang masa remaja Ikal bersama Arai dan Jimbron semasa SMA dan kuliah, "Edensor" tentang masa-masa kuliah Ikal dan Arai di Eropa, maka "Maryamah Karpov" melanjutkannya dengan saat-saat Ikal telah menyandang gelar Master dan kembali ke Belitong sebagai pengangguran terdidik :)

Kembali ke Belitong

Dibuka dengan kisah masa kecil Ikal saat Bapaknya dikabarkan akan mendapatkan kenaikan pangkat di tempatnya bekerja sebagai kuli di Meskapai Timah. Entah kenapa dipilih cerita sedih ini sebagai pembuka, mungkin sebagai pembanding untuk bab-bab setelahnya. Masa lalu yang penuh keterbatasan itu ternyata kemudian berputar naik ke masa-masa saat Ikal akhirnya mampu meraih gelar Master dari universitas terkemuka di Eropa. Sebuah pencapaian mimpi yang tak terbayangkan sebelumnya.

Waktu kemudian berputar lagi, Ikal kembali ke Belitong. Kembali ke tempat masa lalu nya yang belum berubah banyak. Berhadapan kembali dengan kenyataan akan keterbatasan hidup di Belitong. Gelar Masternya tak berarti apa-apa disana.

Berceritalah Ikal sebagai narator tentang kehidupan orang Belitong yang terdiri dari berbagai suku dengan karakternya masing-masing itu. Tentang kebiasaan memberikan julukan kepada setiap orang berdasarkan peristiwa atau sifat tertentu. Tentang kesukaan orang Belitong bertaruh atas apa saja. Tentang ketakutan mereka terhadap dokter gigi.

Di buku ini Ikal kembali bertemu Arai yang tidak bisa melanjutkan pendidikan masternya karena penyakit tak tahan dingin. Arai dipertemukan kembali dengan cinta sejatinya Zakiah Nurmala. Sementara Ikal pun tak pernah surut mencari cinta sejatinya sejak dulu, A Ling. Setelah nekat mengelilingi berbagai negara untuk mencari A Ling tanpa hasil, di Belitong Ikal akhirnya menemukan sepotong kecil petunjuk tentang A Ling.

Petunjuk itu mengarah ke seberang lautan. Jika Ikal ingin mengikutinya ia harus menyeberangi lautan dengan perahu ke sebuah pulau kecil tempat para bajak laut bersembunyi. Dan ia juga harus meminta ijin kepada Tuk Bayan Tula, dukun tersohor itu, agar bisa menyeberangi lautan dan sampai dengan selamat di pulau Batuan tempat para lanun itu berkuasa. Tak ada orang yang bersedia menyeberangkannya, bahkan meminjamkan perahu pun tak ada yang berani. Membeli perahu tentu tak mungkin karena harganya jauh tak terjangkau. Satu-satunya jalan adalah... Ikal membuat perahu sendiri!! Kawan-kawan masa kecil Ikal pun muncul siap membantu. Laskar Pelangi bahu membahu berusaha mewujudkan mimpi Ikal.

Siapa Maryamah Karpov???

Setelah selesai membaca buku ini pasti akan muncul pertanyaan besar, mengapa judulnya "Maryamah Karpov"?

Mak Cik Maryamah yang suka mengajarkan langkah-langkah catur Karpov, hingga mendapat julukan Maryamah Karpov, hanya disebutkan sekilas dua atau tiga kali dalam buku setebal 500 halaman ini. Bagaimana bisa dipilih sebagai judul, padahal tidak mewakili sebagian besar isi buku ini? Subjudulnya malah yang lebih memiliki banyak peran dalam buku ini. "Mimpi-mimpi Lintang" adalah nama perahu yang dibuat Ikal bersama Laskar Pelangi, yang berperan mungkin lebih dari separuh cerita buku ini.

Bocorannya sih, sebenarnya naskah buku ini jauh lebih tebal. Karena berbagai alasan maka harus dibagi dua. Yang diterbitkan sekarang ini adalah bagian pertama. Pada buku bagian kedualah yang lebih banyak bercerita tentang peran Maryamah Karpov. Sayangnya buku bagian kedua itu belum jelas kapan akan diterbitkan. Dan tidak ada petunjuk di buku pertama ini tentang buku kedua, selain ending terbuka yang masih sangat mungkin dilanjutkan.

Melompat

Buku ini dibagi dalam 73 mozaik potongan-potongan cerita yang masing-masing diberi judul tersendiri. Sebagaimana buku-buku terdahulu, di dalam potongan cerita itu Andrea Hirata dengan bebas melompat-lompat dari satu cerita ke cerita yang lain, dari satu masa ke masa yang lain. Namun kadang juga merupakan cerita panjang yang berurutan.

Kalau kita tengok daftar isi, 73 mozaik itu terlihat terbagi dua oleh sebuah kalimat "Seminggu Berselang" yang memisahkan mozaik 43 dan 44. Pada bagian dalam buku juga terdapat satu lembar separator bertulis "Seminggu Berselang". Padahal jika kita baca rentetan ceritanya selang waktu seminggu itu bukan sebuah momen penting yang membagi cerita menjadi dua bagian hingga perlu dibuat separator. Ditulis sebagai awal bab baru di mozaik berikutnya tampaknya sudah cukup.

Lompatan lain muncul di mozaik 54. Tiba-tiba ada satu halaman berisi sebuah puisi di akhir mozaik. Puisi pendek semacam itu muncul kembali di akhir mozaik 56, 58, 62, 66, & 71. Tidak jelas apakah itu penutup mozaik ataukah pembuka untuk mozaik setelahnya. Isinya pun kadang tidak berkaitan dengan cerita. Jadi terasa janggal karena tiba-tiba muncul di sepertiga akhir buku, dan tidak ada sama sekali di dua pertiga bagian pertama.

Masih Sang Pemimpi

Tema besar novel ini masih tetap melanjutkan benang merah dari buku-buku sebelumnya. Keberanian bermimpi, menggantungkan cita-cita dan mengejarnya. Hanya saja kekuatan cerita di buku keempat ini terasa berkurang. Gregetnya tidak semenarik buku-buku sebelumnya, saat Ikal masih bercita-cita untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Disini Ikal telah meraih mimpinya mendapat gelar tinggi dalam akademik. Lalu? ... Lalu kini Ikal mengejar cintanya... Segenap daya upaya dilakukan Ikal untuk mengejar bayang-bayang keberadaan A Ling. Tapi entah kenapa perburuan cinta itu terasa kurang greget dan agak terlalu dibesar-besarkan.

Seperti pada buku pertama Laskar Pelangi, berbagai kejadian hebat terjadi saat Ikal mengejar mimpinya mendapatkan A Ling. Berbagai rintangan dan kesulitan akhirnya bisa ditembus oleh Ikal dibantu sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang dekat dengannya. Ikal nyaris menjadi sosok pahlawan yang akhirnya selalu berhasil dalam semua usahanya.

Rahasia

Kuberi tahu satu rahasia kepadamu, Kawan
Buah paling manis dari berani bermimpi
Adalah kejadian-kejadian menakjubkan
Dalam perjalanan menggapainya

[h. 433]


Berlebihan

Setiap penulis tentulah punya hak sebebas-bebasnya dalam berimajinasi. Mau membuat dunia yang seaneh apapun adalah hak penuh mutlak milik sang penulis. Lalu saat hasil karya itu dilempar untuk umum, untuk dibaca semua orang, maka selanjutnya hak mutlak berada pada pembaca untuk mengapresiasi karya tersebut sesuai persepsinya masing-masing.

Aku sebagai pembaca sering kali mengapresiasi sebuah cerita berdasarkan logika. Dan di novel ini, kembali aku terganjal oleh beberapa keganjilan logika dari penuturan Andrea Hirata. Antara lain yang sempat menggangguku adalah:

- Tinggi badan Ikal dan Syahdan pada saat kelas tiga SMP lebih rendah daripada saat kelas dua SMP, sebagaimana tergores di tiang kelas yang masih berbekas.
- A Ngong kalah bertaruh dengan A Tong, dia harus menelan tiga buah bola pingpong! dan kata buku ini itu benar-benar dilakukan. Seminggu kemudian bola pingpong itu baru keluar dari pencernaannya! Tahu kan ukuran bola pingpong? masuk mulut saja sudah penuh, bagaimana menelannya? lalu bagaimana mengeluarkannya dari perut?
- Dituturkan bahwa penyelam dari Sawang mampu menahan nafas di dalam air tanpa alat apapun selama dua puluh menit! ow.. apakah tidak kehabisan oksigen otak mereka? dari hasil googling kemampuan menahan nafas terlama di bawah air adalah sembilan menit.
- Proses pengangkatan bangkai kapal tua berusia ratusan tahun dari sungai dengan dalil Lintang sulit sekali dibayangkan. Bagaimana meletakkan bangkai kapal itu dalam ayunan? Bagaimana proses pengosongan seketika dua puluh empat drum di bawah air secara simultan bersamaan? dengan pompa sebesar dan sebanyak apa? dan bukankah drum-drum itu berisi air lalu dikosongkan, darimana bisa timbul gelembung udara yang dahsyat?
- Lintang pantas menjadi Maha Profesor di dunia perkapalan baru dengan penemuan rumusnya yang bisa memberikan ukuran panjang - lebar - tinggi - power - kecepatan kapal secara tepat dengan akurasi ukuran hingga centimeter hanya dengan mencoret-coret di tanah.
- Suatu keajaiban bahwa kayu bangkai kapal itu tidak lapuk setelah terendam selama ratusan tahun. Tidak ditumbuhi lumut atau ganggang. Lebih hebat lagi walaupun beda ukuran, lengkungan lambung bangkai kapal itu persis pas dengan lengkungan lambung kapal baru Ikal. Seperti kapal copy-paste :p
- Kapal selangsing itu, tanpa cadik, berani mengarungi lautan luas, bahkan selamat menghadapi badai. Dalam perjalanan kembali malahan tiang layarnya patah dan masih bisa berlari kencang.
- Cara belajar biola yang janggal, cara membuat perahu kayu yang terlalu disederhanakan, mengapa Arai tetap tidak pernah dipertemukan dengan anak2 Laskar Pelangi .. dll dll.. capek..

Andrea Hirata tampaknya sibuk menyusun cerita-cerita yang hebat dan dramatis, tapi melupakan banyak hal yang seharusnya dipertimbangkan juga. Di permukaan memang tampaknya sudah terbangun cerita yang utuh, tapi nyatanya masih terdapat banyak lubang yang membuatnya timpang.

Kurangnya pendalaman detail setting dan suasana juga mempengaruhi kurangnya pembaca bisa merasa ikut terlibat dan merasakan sendiri semua kejadian. Pembaca jadinya seperti mendengarkan cerita dari tetangga yang sepotong-sepotong.

Kemampuan Imajinasi

Kalau bukan karena ingin tahu bagaimana semuanya akan diselesaikan, sebenarnya aku nyaris berhenti melanjutkan novel ini setelah membaca beberapa paragraf yang membuka mataku di mozaik 22. Pada halaman 139 - 141 secara tersirat aku menangkap apa sebenarnya yang dituliskan oleh Andrea Hirata. Ini tentang kebiasaan orang Melayu Dalam, penduduk mayoritas pulau Belitong.

"Salah satu bentuk klasik humor mereka (orang Melayu Dalam) adalah membual" [h. 139]
"Di Tanah Melayu tidaklah mudah menjadi pembual. Mesti kreatif dan imajinatif" [h. 141]
"Anehnya, setiap orang tahu bahwa semua itu hanya bualan... Namun tak seorangpun merasa dibohongi, tak seorangpun merasa risi, merasa dihina intelektualitasnya, dibodohi, direndahkan, atau tersinggung, dan tak seorangpun mencoba memberi gambaran logis pada para pembual dan hadirin" [h. 141]
"Yang dikagumi dan ditertawakan para pengunjung dari para pembual sesungguhnya bukan kisah bualnya, melainkan kemampuan imajinasi pembual"[h.141]


Andrea Hirata orang Melayu Dalam kan?
Sayangnya aku bukan...