Thursday, April 28, 2005

Teknoseksual, Apa Pula Itu?

Istilah Metroseksual masih lamat2 terdengar di kejauhan, belum hilang benar, eh... datang lagi satu istilah yang entah merupakan satu bentuk variasi atau evolusi dari istilah itu, atau cuma sekedar mendompleng biar ikutan ngetop. Teknoseksual. Apa lagi nih? Aku tahunya baru2 aja... [kuper nggak sih? udah gitu dibahas pula di blog :P]. Tahunya karena saat lewat di kios majalah, ada majalah wanita yang memasang headline "Teknoseksual"

Setelah googling kanan-kiri, ternyata istilah "technosexual" ini sudah berumur lebih dari setahun di negara yang menjadi kiblat peradaban modern. Nggak tau juga, apakah istilah ini sempat booming ataukah cuma trend sesaat yang layu sebelum berkembang. Tapi yang jelas pendukung nomor satu dari istilah itu www.technosexual.org hingga saat ini masih hidup, menyebarluaskan informasi dan memberikan layanan yang terkait dengan seluk beluk technosexual.

Definisi

Jauh sebelum lahir istilah metrosexual, sebenarnya sudah pernah dimunculkan istilah "technosexuality" pada tahun 1970-an yang mengacu kepada ketertarikan seksual kepada mesin, robot, android, gynoid dan peralatan lain (waks!!). Tapi istilah "technosexual" yang saat ini sedang dipopulerkan itu mempunyai konteks yang berbeda.

Definisi resmi dari istilah ini adalah: "A male with a strong aesthetic sense and a love of technology." [Wordspy], "a dandyish narcissist in love with not only himself, but also his urban lifestyle and gadgets; a straight man who is in touch with his feminine side but has fondness for electronics such as cell phones, PDAs, computers, software, and the web." [AlterNet] : pesolek narsis yang tidak hanya bangga akan dirinya sendiri, tapi juga gaya hidup urban dan setumpuk gadget modern miliknya; pria straight yang memahami sisi femininnya tapi juga menggemari peralatan elektronik seperti ponsel, PDA, komputer, software, dan web.

Pria teknoseksual bukan sekedar para pria yang selama ini lebih sering dipanggil "geek", "nerd", "Mr.gadget", "Mr.Techie" dlsb yang sehari2 banyak menghabiskan waktu berkutat dengan komputer dan gadget2 canggih. Pria teknoseksual adalah "Mr.Geek yang sadar fashion", atau "Mr.Metrosexual yang sadar teknologi". Para Mr.Geek punya kesempatan untuk meng-upgrade dirinya menjadi Mr.Technosexual dengan memperbaiki gaya hidupnya mengikuti trend terkini. Tidak lagi mereka menjadi mahluk anti-sosial yang mengisolasi diri di dalam ruangan yang berantakan.

Mereka mengenakan jeans Armani, sepatu Prada, memakai pelembab, PDA-nya yang slim tanpa terlihat bulky selalu mengingatkan appointment berikutnya, melengkapi diri dengan ponsel dan laptop termutakhir yang sangat ramping dengan fitur lengkap. Rumah dan mobilnya dilengkapi dengan peralatan audio dan video mutakhir. Tempat gaul mereka adalah cafe2 dengan hot spot internet wireless kecepatan tinggi. Dan di tempat itu mereka akan sibuk berdiskusi tentang teknologi terkini atau tenggelam bersama laptopnya di dalam chatroom, atau sibuk membuat entry untuk blog, atau sedang menyusun tulisan yang lucu atau filosofis untuk dikirim ke milis atau forum diskusi.

Apa Hubungannya dengan "Seksual"?

Nah! itu juga yang membingungkan. Kalau definisinya seperti itu, lalu apa makna akhiran "seksual" disitu? suatu jenis kelamin baru?... orientasi atau kecenderungan perilaku seksual?... nggak ada yang cocok tuh. Kalau istilah yang dibuat tahun 1970 itu kan sangat pas sekali dengan akhiran "seksual", kalo yang ini???

Kayaknya sih, istilah yang satu ini memang ingin mendompleng kesuksesan istilah "Metrosexual". Biar para pengikut gaya hidup pop bisa segera menyerapnya dengan baik, dan kemudian bisa segera menyebar ke seluruh dunia lewat berbagai media. Tapi kenapa yang diambil akhiran "-sexual" nya, bukan "metro-"nya? Padahal awalan "metro-" ini lebih mencerminkan tentang gaya hidup kaum urban dengan fasilitas metropolis, yang juga dianut oleh kelompok orang yang digelari "teknoseksual". Tapi emang nggak lucu sih kalo istilah yang dipakai adalah "metrotechnical", "metrotechy", "metrogeek", atau "metronerd". Istilah "technosexual" lebih catchy dan lebih menjual, disamping mungkin juga ingin tetap memberikan penekanan kepada sisi "techno" bukan "metro" nya.

Metrosexual sendiri didefinisikan sebagai "An urban male with a strong aesthetic sense who spends a great deal of time and money on his appearance and lifestyle" [Wordspy]. Penjelasan lebih lanjutnya adalah "The metro- (city) prefix indicates this man's purely urban lifestyle, while the -sexual suffix comes from "homosexual" meaning that this man, although he is usually straight, embodies the heightened aesthetic sense often associated with certain types of gay men."

Hmmm... gitu to.. Jadi memang nggak ada hubungannya dengan "sexual" secara harfiah, disini tampaknya "sexual" lebih mengarah ke makna perilaku dan gaya hidup. Tapi bisa jadi juga akhiran itu dipakai untuk menonjolkan adanya fenomena pergeseran standar stereotype feminin-maskulin yang selama ini berlaku. Orang2 yang tidak mau terikat dengan stereotype itu, berusaha menunjukkan eksistensinya dengan menciptakan "jenis kelamin" baru :)

Meng-upgrade Para Mr.Geek

Technosexual sebenarnya tidak bisa langsung disampirkan ke pundak para Mr.geek. Tidak cukup dengan menjadi penggemar gadget dan teknologi termutakhir, menjadikan seseorang berhak atas gelar "technosexual". Ada beberapa kriteria tambahan untuk itu, yaitu harus sadar fashion dan gaya hidup terkini. Di situs Technosexual.org selain memajang perangkat2 elektronik terkini, juga mengulas tentang produk terbaru Prada, Louis Vuitton, Gucci, dan teman-temannya sebagai referensi para technosexual atas trend fashion terkini. Bagi Mr.Geek Untuk memasuki dunia itu sebenarnya tidak terlalu sulit, hanya perlu sedikit keterbukaan diri dan tentu saja modal. Lebih rumit dan sulit menjadi orang yang paham teknologi :) Apalagi booming perusahaan dotcom beberapa saat lalu sempat menjadikan para Mr.Geek kehujanan berkah materi, sehingga mereka cukup punya modal untuk memasuki dunia yang peduli fashion.

Bagaimanapun juga, mungkin tidak semua Mr.Geek mau menjadi bagian dari kaum technosexual. Mereka tetap memilih tenggelam dalam dunianya sendiri dan tidak peduli dengan tetek bengek trend life-style masa kini. Mereka lebih fokus pada apa yang bisa dia ciptakan dan hasilkan dari putaran otaknya, daripada penampilan luar fisiknya. Memang tidak semua orang bermimpi menjadi seleb dan menjalani kehidupan glamour ala seleb. Tapi ketika materi telah melimpah, sah-sah aja kalo kemudian mereka ingin memanjakan diri :)

So What Gitu Loh?

Hehehe... mentok dah kalo udah kena pertanyaan seperti itu :P
Aku juga nggak terlalu peduli dengan berbagai istilah baru untuk trend terkini. Eh... iya nulis blog berarti cukup peduli juga ya? :P ... maksudnya tuh aku tidak terlalu peduli untuk menjadi pengikut trend terkini. Biarlah trend berubah-ubah semau para penguasa bisnis dan media, aku akan tetap seperti adanya aku. Menjadi pengamat aja cukuplah.

Aku sendiri bukanlah seorang Mr.Gadget yang memiliki berbagai macam gadget canggih dan mutakhir. Disamping karena modalnya cepak :P juga karena aku melihat ke masalah "apa emang aku perlu?". Notebook, sampai sekarang aku nggak pengen punya tuh, karena aku bukan orang yang mobile yang perlu kesana kemari membawa pekerjaan. Cukuplah ada komputer desktop yang memadai di kantor dan di rumah. Gadget mobile yang aku punya cukuplah hape, yang bisa untuk komunikasi suara dan text, bisa juga sebagai organiser dan main game kecil2an. Entah nanti kalo sudah butuh, baru aku akan mempertimbangkan, tapi benar2 kalo aktivitasku sudah menuntut adanya gadget tambahan itu.

Lagipula menurutku capek banget kalo harus menjadi orang yang selalu mengikuti trend terkini, baik itu fashion atau teknologi. Tiap berapa bulan sekali sibuk ganti Hape terkini, sekian tahun ganti PDA dan notebook. Setiap ada istilah baru sibuk mencari2 apa artinya agar tetap bisa merasa sebagai tidak ketinggalan jaman. Seolah kalo dia tidak bisa mendapatkan itu semua, harga dirinya akan jatuh. Lha kok harga diri dasarnya pake itu sih?

Ya sudahlah, manusia memang punya cara hidupnya masing2. Mereka punya cara pandang yang berbeda2 tentang bagaimana memberi makna atas hidupnya :)

 

Sunday, April 24, 2005

Life of Pi


Aku tuh sebenarnya lebih banyak baca buku non fiksi daripada fiksi. Kalo menghadapi tumpukan novel2 di toko buku, aku suka bingung. Segini banyak buku, mana ya yang patut dibaca? Membaca sepotong review di sampul belakang seringkali tidak memberi petunjuk yang pasti apa buku tsb patut dibaca. Makanya aku sering mampir di forum2 yang membicarakan buku di internet untuk mendapatkan referensi tentang buku yang patut dibaca. Kalo komentar2 dalam forum tersebut cukup menarik dan membangkitkan keingintahuanku, aku pun mencoba mencari buku tsb dan membelinya. Jadi ya mohon maaf kalo kadang aku agak ketinggalan dalam mengikuti perkembangan buku2 terbaru, seringkali orang lain udah mulai ramai membicarakannya baru aku ikutan baca :)

Kali ini giliran "Life of Pi" karya Yann Martel yang baru saja aku baca. Aku memilihnya ya karena referensi dari forum2 itu yang bilang ini novel bagus, keren, masterpiece, bintang lima... bla bla bla :P . Versi aslinya pertama kali diterbitkan di Kanada tahun 2001. Pada tahun itu juga memenangkan Hugh MacLennan Prize dari Kanada untuk kategori fiksi. Dan pada tahun 2002 memenangkan Man Booker Prize. Terus terang... aku nggak tau blas, award2 itu sekelas apa dan apa kriteria untuk jadi pemenangnya. Tapi cukuplah sebagai jaminan bahwa ini adalah novel yang patut dibaca. Versi terjemahan Indonesianya "Kisah Pi" sudah terbit sejak November 2004, dan aku baru baca kemaren :)

Kisah Survival

Ini adalah kisah tentang seorang remaja India bernama Piscine Molitor Patel, atau lebih suka dipanggil Pi Patel karena "Piscine" sering dipelesetkan orang menjadi "Pissing". Porsi terbanyak digunakan untuk menceritakan tentang bagaimana usaha Pi untuk bisa tetap bertahan hidup di atas sebuah sekoci terapung2 di laut lepas bersama seekor zebra, seekor orangutan, seekor hyena, dan seekor harimau benggala. Itu terjadi setelah kapal yang membawa keluarganya yang akan bermigrasi dari India ke Kanada karam di samudera Pasifik.

Terdengar seperti dongeng fabel? yeah, itu juga yang mampir di kepalaku ketika membaca ringkasan di sampul belakangnya. Yang menjadikannnya terdengar seperti dongeng adalah karena bagaimana bisa 4 ekor binatang itu berada dalam sekoci bersama seorang remaja. Kemudian bagaimana bisa dia bertahan hidup dengan binatang buas macam hyena dan harimau benggala di dalam sekoci sempit kalau bukan dia menjalin komunikasi dan bercakap2 dengan mereka sehingga dia tidak dijadikan santapan.

Namun ternyata ini bukan dongeng fabel. Ini memang kisah bagaimana seorang remaja bisa bertahan hidup di lautan lepas bersama sekumpulan binatang yang beberapa diantaranya siap menyantapnya sewaktu2. Bagaimana hingga selama 7 bulan dia bisa tetap hidup hingga akhirnya terdampar di suatu pantai dan terselamatkan.

Memahami Perilaku Binatang

Ayah Pi adalah pemilik kebun binatang di Pondicherry, India. Sejak kecil Pi telah terbiasa berinteraksi dengan berbagai binatang yang menghuni kebun binatanganya. Dia juga telah sedikit2 belajar tentang bagaimana memperlakukan binatang dari para karyawan ayahnya. Dari situlah Pi memiliki pengetahuan tentang bagaimana mengendalikan binatang buas, yang kemudian dia terapkan antara lain untuk menghadapi si Richard Parker, harimau benggala itu.

Predator bisa hidup dengan tenang di ruangan terbatas yang disediakan oleh kebun binatang, karena mereka mendapatkan kebutuhan2 dasar yang mereka butuhkan untuk hidup. Pi mau tak mau harus melakukan hal yang sama. Setelah binatang2 teman seperjalanan yang lain telah tinggal tulang belulang, Pi harus mulai menyediakan makanan yang cukup bagi Richard Parker jika dia tidak mau menjadi tulang belulang berikutnya. Dengan pancing, galah, pisau, atau langsung dengan tangan Pi menangkap berbagai macam ikan dan penghuni laut lainnya sebagai santapan sehari2 untuk RP dan sebagian kecil untuk dirinya sendiri. Untuk air minum dia harus berjuang mengumpulkan air tawar dengan menampung air hujan dan menyuling air laut.

Predator juga mempunyai etika terhadap sesama predator, terutama dalam masalah teritori. Mereka menandai teritorinya dengan, maap, air kencing. Karena Pi tidak mau dirinya berada dalam kekuasaan RP, maka diapun membuat teritori untuk dirinya dengan cara yang sama. Melewati teritori pihak lain berarti menantang. Pi juga mempelajari cara2 yang bisa membuat RP tak berdaya, untuk menunjukkan bahwa dirinya mempunyai kekuatan yang harus diperhitungkan oleh RP.

Dengan cara2 itulah Pi bisa bertahan hidup berdampingan dengan seekor harimau benggala.

Serba Darurat

Dalam segala keterbatasan yang ada, Pi mau tak mau harus membiasakan diri memakan apa saja mentah2. Robinson Crusoe dan Chuck Noland (Cast Away) masih jauh lebih beruntung karena 'hanya' terdampar di sebuah pulau terpencil, masih bisa membuat api dan memasak makanannya sehingga masih lumayan beradab. Pi tidak punya pilihan lain, selain karena tidak ada alat untuk membuat api, juga membuat api sama saja bunuh diri dengan membakar sekoci pelan2. Lama kelamaan bukan hanya daging ikan yang ia makan mentah2. Karena desakan rasa lapar, dia pun memakan isi perut ikan, memakan kepiting, cacing, kerang, penyu dan lain sebagainya. Hmmph...serasa sedang mengikuti stunt kedua dari Fear Factor... :D Padahal selama di India Pi telah menjalani kehidupan vegetarian yang ketat.

Dari tuturan dalam novel ini, selain pembaca bisa belajar bagaimana menghadapi binatang buas, hmmm... mestinya bisa diterapkan waktu aku dikepung anjing :D, pembaca sedikit banyak juga bisa ikut belajar bagaimana mereka harus survive jika sampai mengalami kejadian yang sama dengan Pi. Dijelaskan bahwa membunuh ikan akan lebih cepat dilakukan dengan cara menusuk matanya. Mata dan tulang ikan mengandung cairan yang cukup segar dan tidak asin untuk mengurangi dahaga. Darah penyu juga bisa sebagai pelepas dahaga yang bervitamin. Meski tentu tidak ada orang yang akan berharap untuk mengalami hal itu.

Sangat Detail

Meski ditulis dari sudut pandang seorang remaja 16 tahun, dalam kepolosan seorang anak yang sedang mulai berusaha menapakkan kakinya dalam kedewasaan, Yann Martel sering membuat uraian2 yang sangat detail. Panjang lebar diuraikan bagaimana Pi membuat rakit dari dayung, jaket pelampung, dan tali2. Tapi jujur aja aku nggak bisa membayangkan dengan tepat bagaimana Pi membuatnya, meski udah dijabarkan begitu detail. Bagaimana pertama kali Pi berusaha membuka tempurung penyu, memanfaatkan alat penyuling air laut, menggunakan jala kargo sebagai semacam rumpon, semuanya diuraikan dengan detil. Yah, kadang aku tidak terlalu perlu detail itu, jadi aku baca sekilas saja, yang penting tahu arahnya :P

Detail segitu banyak pasti menuntut Yann Martel untuk mengumpulkan banyak data. Kabarnya dia butuh 4 tahun untuk melengkapinya, untuk menghidupkan tokoh Pi Patel yang polos tapi cerdas. Segunung data tentang binatang, predator, kebun binatang, sirkus, laut, ikan dan penghuni laut lainnya, hingga tentang agama.

Dialog Antar Agama

Ya, dalam novel ini juga terselip kisah pencarian Pi akan Tuhan. Pi lahir dari keluarga India sekuler yang tidak terlalu ambil pusing tentang agama. Berada di lingkungan Hindu tapi bersekolah di sekolah Kristen.

Sejak kecil telah dikenalkan kepada Dewa2 Hindu oleh para kerabatnya. Hingga suatu saat, di usia 14 tahun, dia minta dijadikan Kristen kepada seorang Pastor setelah beberapa hari berdialog dengannya. Dan di saat yang lain dia terkesima dengan perilaku seorang Sufi penjual roti, hingga ia ikut shalat dengannya. Jadi? dia ikut agama yang mana? Tiga-tiganya, Pi sering mengikuti darshan di kuil, sering ke gereja, dan sering ikut shalat Jumat.

Satu kejadian menarik dikisahkan ketika seorang pandita, pastor dan imam, secara bersamaan bertemu dengan Pi dan keluarganya. Masing-masing memuji Pi sebagai penganut agamanya yang taat, yang membuat terkejut masing-masing yang lain. Tak bisa dihindari, ketiga pemuka agama itupun saling mengecam satu sama lain demi memperebutkan Pi dan harga diri. Ketika Pi ditanya agama mana yang sebenarnya dia pilih, Pi hanya menjawab "Aku cuma ingin mengasihi Tuhan".

Satu kutipan kalimat dari salah seorang tokoh adalah "Kisah ini mungkin akan membuatmu percaya pada Tuhan". Kalimat itu dipajang di sampul belakang novel ini, dan kalimat itu juga yang membuatku lebih mantap untuk mengambilnya. Tapi ternyata... nggak gitu-gitu amat. Pi bisa selamat karena mampu memahami perilaku binatang dan alam sekitarnya, sama sekali tidak dikesankan sebagai mukjizat dari Tuhan. Tidak ada cerita yang terkesan sebagai kisah ajaib, tidak ada juga bagian2 kisah yang memberi pencerahan yang membuat orang atheis menengok kemungkinan akan adanya Tuhan. Entahlah, mungkin aku yang nggak bisa menangkapnya.. :)

Kisah yang Menyenangkan

Ada yang komentar novel ini ngebetein, membosankan. Memang, jangan mengharapkan ada jalinan kisah yang rumit dalam tempo tinggi di novel ini. Jangan juga mengharapkan klimaks yang "Wuah!!" menjadi endingnya. Bahkan ketika Pi akhirnya menapak kembali di daratan, sama sekali tidak terasa sebagai klimaks, tetap diceritakan dengan datar. Novel ini lebih berkesan seperti menceritakan suatu kisah nyata. Datar, detail, kadang melompat-lompat sesuka penuturnya. Beberapa kali aku juga merasa bosan membacanya, aku tutup dan aku letakkan. Tapi ketika mulai membukanya lagi, aku menemukan lagi keasikan membaca setiap detil yang diuraikan.

Setelah selesai membacanya, tidak ada kesan yang meletup-letup, hanya "hmm... cerita yang menarik". Tapi di saat lain setelah itu, aku coba buka salah satu bab dari genap 100 bab yang ada, aku bisa kembali menemukan keasikan membaca detail2nya, kepolosan penuturannya. Tidak adanya jalinan kronologis yang ketat dan tidak adanya klimaks yang menghentak, membuat setiap bab bisa dibaca tersendiri. Satu buku yang menyenangkan pastinya :)

Tapi ada beberapa hal yang menggangguku dalam novel ini. Kedatangan seorang teman senasib ketika Pi dalam keadaan buta, yang kemudian berakhir tragis. Aku lebih berharap itu hanyalah satu bagian dari halusinasi Pi saat dia lemah dan tak berdaya. Kemudian kisah alternatif yang dituturkan Pi kepada dua orang Jepang yang mencoba mengorek informasi, sangat mengerikan, aku bahkan tidak mau membacanya hingga tuntas.

Segera Difilmkan

Film yang mengadaptasi novel ini akan segera dibuat oleh Fox Studio. Awalnya M. Night Shyamalan (Sixth Sense, The Signs, The Village) telah diincar untuk menyutradarainya. Terutama karena Shyamalan juga besar dan dilahirkan di Pondicherry, tempat kisah ini berawal. Kisah alternatif yang dituturkan Pi bisa menjadi twist yang khas Shyamalan sebagai akhir yang akan membingungkan penonton, membuat penonton harus mengobrak-abrik imajinasinya dan membangunnya lagi dari awal untuk menyesuaikan dengan ending yang diberikan.

Tapi rupanya Shyamalan sibuk dengan proyeknya yang lain, tidak bisa segera mengerjakan film ini. Padahal Fox kayaknya ingin segera memproduksinya. Kabar terakhir Fox akan menunjuk Alfonso Cuaron (Harry Potter and the Prisoner of Azkaban) untuk menjadi sutradara film ini.

Hmm.. meskipun tidak bisa semenarik kisah Robinson Crusoe, dan kemungkinan besar akan menjadi cerita dengan pelakon tunggal yang cenderung datar seperti Cast Away, tapi interaksi antara manusia dan harimau, dan detail2 dari usaha untuk survive bisa juga menjadi tontonan yang menarik. Kita tunggu aja :)

 

Thursday, April 21, 2005

Kartini-an, Ngrayain Apa Sih?


Huehuehuehue... kesannya aku jadi feminist gini, ngebahas hal2 yang berhubungan dengan wanita dalam posting yang berturutan. Ndak papa deh, mumpung momennya tepat. Bulan April kan memang identik dengan kegiatan2 yang mengangkat tema tentang kaum wanita. Ada hari Kartini gitu loh :D

Kartini-an adalah Pake Kebaya

Jaman masih sekolah SD sampe SMA dulu, yang namanya peringatan Hari Kartini setiap 21 April itu ya hari dimana semua murid cewek disuruh pake kebaya dan konde. Bisa dibayangkan, cewek abg jaman sekarang yang terbiasa dengan pakaian yang memberikan keleluasaan untuk bergerak, harus memakai kebaya yang sangat membatasi gerakan. Kesrimpet2 itu adalah suatu keniscayaan :D

Sebagian memang tampak anggun dan tambah manis dengan kebaya dan kondenya. Tapi sebagian lagi tampil norak ala tante2. Sebagian yang lain jadinya malah kayak mbok2 jamu. Dan yang super tomboy, nggak nolong juga meski pake pakaian ala putri solo itu :D

Selain idetik dengan kebaya, perayaan hari kartini juga identik dengan lomba2 yang bersifat kewanitaan. Ini udah lazim diadakan, baik itu peringatan di sekolah, di kelurahan, atau di instansi2 dan kantor2. Lomba putri luwes, lomba masak, lomba merangkai bunga, lomba puisi dan lain2. Bahkan kalaupun lomba itu ditujukan untuk peserta pria, yang dilombakan juga kegiatan yang berhubungan dengan wanita.

Ngrayain Apa sih?

Kalo dipikir2 lagi, apa sih yang mau dirayain dengan kegiatan2 itu?

Apa ini sebenernya ngerayain hari ulang tahun ibu Kartini ya? kan 21 April memang hari lahirnya ibu Kartini. Pas banget memang kalo perayaan ini adalah perayaan ulang tahun. Bersuka cita dengan segala hal yang mengingatkan kita pada cara hidup beliau. Pake kebaya, bersanggul, memasak, merangkai bunga, itu sangat mewakili stereotipe peran wanita tradisional dalam keluarga di masa ibu kartini.

Memang kok, wanita jaman sekarang kan semakin lama kayaknya semakin jauh dari tipikal wanita tradisional semacam itu. Nggak bisa atau nggak sempet masak, sibuk dengan berbagai kegiatan di luar rumah, anak dititipin ama pembantu, dll. Mungkin dengan adanya perayaan hari ulang tahun ibu Kartini yang semacam ini, wanita2 itu akan diingatkan kembali kepada peran tradisionalnya. Agar tetap bisa anggun memakai kebaya, bersikap lemah lembut seperti putri solo, bisa masak, bisa merangkai bunga, pokoknya yang ibu2 rumah tangga banget deh.

Eh... kok jadi gitu?

Bukannya yang sering digembar-gemborkan saat peringatan hari Kartini itu adalah "Mari mengenang jasa-jasa ibu Kartini dan meneruskan perjuangan beliau"? Bukannya peringatan hari Kartini itu tema besarnya adalah mengajak kaum wanita untuk mendobrak kungkungan tradisi yang membuat mereka terbelakang? Bukannya hal-hal itu yang harusnya dikenang dari seorang Kartini?

Ya memang. Dalam kegiatan seremonialnya, memang hal-hal itu yang selalu dikenang dan diingatkan kepada semua yang mengikuti peringatan itu.

Terus, kok malah kegiatan perayaannya malah berkesan ingin mengembalikan wanita ke peran tradisionalnya?

Lha ya ndak tau, wong ini udah turun temurun kok, cara memperingati hari Kartini itu ya seperti itu. Tanya aja sama yang pertama kali bikin ide ngadain perayaan hari Kartini :P

Feminisme

Ibu Kartini, yang katanya punya nama asli "Harum" ini (jayus!! :P), dianggap sebagai pahlawan emansipasi wanita kan karena pandangan2nya yang sangat memperhatikan tentang pentingnya pendidikan bagi wanita. Ditutupnya pintu pendidikan berarti ditutupnya pintu kesempatan untuk maju dan berkembang. Keinginannya kuat untuk terus sekolah, meski akhirnya harus kandas juga karena terbentur tradisi. Bahkan kemudian dia berusaha memperjuangkan keyakinannya dengan membangun sekolah khusus untuk perempuan, meski sayangnya umur beliau tidak panjang untuk bisa lebih memajukan sekolah tersebut.

Istilah kerennya ibu Kartini ini adalah tokoh pelopor feminisme di Indonesia. Memperjuangkan kesetaraan gender antara pria dan wanita.

Kalo dilihat di masa sekarang, mungkin cita2 Kartini itu sudah terwujud. Kaum perempuan telah mendapatkan hak yang sama untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya, sejauh kemampuan mereka mampu menggapainya. Tapi perjuangan pembela feminisme ternyata nggak cuma sampai segitu. Mereka masih memperjuangkan hal-hal selanjutnya, seperti kesetaraan dalam dunia kerja, karir, politik, hukum, dan segala bidang lainnya kalau mungkin.

Karena pada kenyataannya wanita punya kemampuan untuk mencapai itu semua, ya memang pada tempatnya mereka diberi kesempatan yang sama.

Kembali Feminin?

Jadi, apa sebenarnya semangat perayaan hari Kartini seperti yang sekarang lazim dilaksanakan itu? Ikut menggaungkan perjuangan ibu Kartini dan perjuangan feminisme, atau malah ingin mengembalikan wanita menjadi manusia yang sangat feminin?

Apakah perjuangan emansipasi telah dianggap kebablasan? sehingga kaum wanita perlu diposisikan kembali sesuai kodratnya? Padahal kalo menurut para aktivis feminisme, perjuangan mereka masih panjang. Kesetaraan gender yang sebenarnya masih merupakan impian.

Wanita masa kini memang lebih banyak menitik beratkan hidupnya ke karir daripada wanita dulu. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka mampu menjadi manusia produktif yang menghasilkan sesuatu. Bukan hanya sebagai pendamping dan cheer leaders. Tapi kadang hal itu menuntut konsekuensi, mereka tidak bisa total mengurus rumah tangga. Pembantu rumah tangga dan baby-sitter pun dikerahkan untuk membantu mengurus rumah dan anak2 mereka.

So, apakah perayaan itu ingin mengembalikan para wanita karier itu untuk menyadari fungsi awalnya dalam rumah tangga? agar mereka kembali feminin?

Menghimpun Partisipan

Peringatan yang bisa dianggap searah dengan perjuangan Kartini memang ada, tapi tidak sesemarak perayaan yang merayakan sisi feminin wanita. Memang sih untuk kegiatan yang mendukung perjuangan Kartini akan terasa sedikit berat. Karena harus memasukkan unsur2 yang bisa menonjolkan kemampuan2 wanita di bidang yang selama ini didominasi kaum pria. Itu jelas nggak gampang, nggak semua orang mau berpartisipasi dalam kegiatan yang "berat" seperti itu. Dan ya maaf saja, nggak rame...

Memang sih ya... perayaan yang mengangkat sisi feminin wanita pasti akan lebih mendapat sambutan yang luas. Para wanita akan berduyun2 mengikuti lomba2 itu. Karena sebagian besar dari mereka merasa mampu untuk itu. Coba aja kalo diadakan lomba menulis artikel untuk para wanita di tingkat kelurahan, kayaknya nggak mungkin bakal berduyun2 yang mau ikutan :(

Mungkin pada level tertentu, perayaan hari Kartini memang bukanlah untuk mengajak partisipannya untuk menapaki jejak perjuangan Kartini. Bagi level ini, mungkin cukup diberikan kepedulian saja tentang hari Kartini, bahwa hari Kartini adalah hari untuk para wanita tampil ke depan. Nilai2 perjuangan Kartini mungkin disisipkan disela2 acara tersebut, meski ya tidak semua orang akan bisa menangkapnya. Cukuplah bahwa pada acara ini, semua wanita berani menampilkan diri menjadi peserta. Di samping juga, dengan acara perayaan semacam itu, akan bisa membuat lingkungan tersebut menjadi lebih guyub dalam persatuan dan kebersamaan.


Ok deh.... selamat merayakan hari Kartini sesuai dengan nilai-nilai keyakinan masing-masing :D

 

Monday, April 18, 2005

KDRT


Bukan, bukan Kris Dayanti jadi Ketua RT :P Tapi ini Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Lagi hot banget nih topik ini :D Perundangannya baru beberapa bulan yang lalu disahkan, Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan sekarang kayaknya masih gencar disosialisasikan. Jadi sekarang kalo ada yang mau menuntut ke pengadilan karena merasa mengalami kekerasan dalam rumah tangga sudah mempunyai suatu dasar hukum tertulis yang akan melindungi hak2nya. Dan yang paling bikin hot pada hari2 belakangan ini ya apalagi kalo bukan kasusnya presenter kondang (aduh... bahasanya tipikal infotainment banget seh? :P) Dewi Hughes...

Komentarku tentang kasusnya Hughes, nggak nyangka aja kalo Hughes yang selama ini setiap kali membawakan acara selalu terlihat ceria, teduh, dan menyenangkan itu ternyata dibalik kehidupan perkawinannya tersimpan luka bernanah. Kalo semua itu benar adanya, aku ikut prihatin banget.

Kenapa Sampe Perlu Perundangan Tersendiri?

Sempet juga kepikir seperti itu. Kenapa harus ada perundangan tersendiri tentang kekerasan dalam rumah tangga. Apa perundangan tentang perbuatan kekerasan dalam KUHP yang ada nggak mampu mengakomodasi masalah itu? Kan yang namanya perbuatan kekerasan itu ya sama aja, diluar keluarga atau di dalam keluarga. Kekerasan ya kekerasan, apalagi kalo udah sampe masuk dalam level tindakan pidana.

Tapi rupanya pada kenyataannya, katanya sih, hukum yang ada belum bisa memberi perlindungan kepada korban kekerasan dalam rumah tangga. Faktor budaya dan ikatan keluarga menjadi penghalang bagi mereka untuk menuntut keadilan.

Kekerasan dalam keluarga sering dianggap sebagai masalah internal yang orang lain gak perlu ikut campur. Dan kemudian dianggap tidak pada tempatnya kalo sampai diumbar disebar-luaskan kepada orang banyak. Itu semua adalah urusan pribadi keluarga, itu adalah bagian dari usaha mendidik dan mendisiplinkan anggota keluarga, begitu katanya. Yang merasa superior merasa sah2 saja melakukan hal itu karena dia adalah penguasa di keluarga tersebut. Sedangkan yang menjadi korban, kebanyakan pasrah tidak mampu berbuat apa-apa, karena sadar bahwa yang superior itu adalah tempat dia menggantungkan hidupnya :(

Lihat saja, wanita2 yang mengalami kekerasan dari suaminya, kebanyakan pada awalnya pasrah. Hingga pada batas kesabarannya, yang bisa dia lakukan adalah minta cerai. Cerai dan melupakan masalah kekerasan yang pernah dialaminya. Tidak banyak yang mau memperkarakan kekerasan itu sebagai tindak pidana.

Wanita dan Anak2

Diundangkannya RUU KDRT ini disambut sangat antusias oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan. Kementrian ini juga yang paling gencar melakukan sosialisasi. Emangnya yang jadi korban kekerasan dalam RT itu cuma wanita? Faktanya memang sebagian besar korban adalah wanita, dan anak-anak. Karena anak2 sampai saat ini masih lazim dianggap sebagai urusan wanita, maka ya pantas untuk dijadikan satu paket dalam kepentingan yang perlu diperjuangkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan tersebut.

Masak sih, hare gene wanita masih dianggap manusia lemah yang bisa ditindas dengan semena-mena? Dimana-mana kan sudah banyak dipromosikan tentang emansipasi wanita. Sudah banyak juga dipublikasikan tentang wanita2 yang berhasil mengungguli pria dalam pencapaian karirnya. Masak masih ada wanita yang mau ditindas, hanya karena dia wanita?

Promosi dan publikasi emansipasi wanita memang boleh gencar, tapi apa daya, merubah budaya itu tidak bisa hanya melalui slogan, artikel, iklan atau seminar. Di kalangan berpendidikan mungkin mudah saja untuk menyebarkan kesadaran akan hal ini, karena mereka mampu menggunakan rasionya dalam mengambil keputusan. Tapi di kalangan dengan wawasan yang terbatas, seringkali mereka terkungkung dalam keterbatasannya. Mereka tidak tahu bahwa mereka punya hak untuk diperlakukan secara manusiawi. Kalaupun tahu, mereka tidak berani mendobrak apa yang telah menjadi kebiasaan, tidak punya kemampuan untuk berargumen, tidak punya kekuatan untuk melawan.

Superioritas

Kekerasan yang terjadi itu kayaknya sebagian besar merupakan tindakan sewenang-wenang dari pihak yang merasa dirinya superior terhadap orang yang dia anggap berada di level lebih rendah. Superioritas majikan terhadap pembantu rumah tangganya. Superioritas suami terhadap istri. Superioritas orang tua terhadap anak. Superioritas ibu tiri terhadap anak tiri.... eh... nggak ding, itu di sinetron :P

Superioritas yang diwujudkan dalam bentuk kekerasan, menurutku sebenarnya adalah suatu cara untuk menutupi kelemahan dan kekalahan dalam kehidupan seseorang. Bisa jadi sebagai pelampiasan kekalahan di dunia luar, karena tidak mampu menjadi yang superior di dunia luar. Bisa jadi cara untuk menutupi ketidakmampuan berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik dalam rumah tangganya. Atau menutupi ketidakmampuannya menjadi pemimpin yang layak menjadi panutan dan teladan. Atau lagi, memang orangnya sakit jiwa :P

Pada dasarnya manusia memang perlu pengakuan akan keberadaannya. Tapi sebagian manusia kebablasan dalam mengartikan naluri itu. Mereka mencari pengakuan bahwa dia lebih dari yang lain. Ketika mendapati dirinya tidak mempunyai kelebihan yang mampu dibanggakan, mereka melakukan pemaksaan untuk mendapat pengakuan itu dengan cara merendahkan orang lain. Memukul, menghina, menganiaya bisa menjadi cara untuk merendahkan orang lain, sehingga orang yang melakukannya akan merasa terangkat posisinya karena terbukti dia lebih kuat. Meski sebenarnya derajat dia malah jatuh menjadi mahluk barbar yang tidak berbudaya.

Salah Kaum Pria?

Apa boleh buat, harus diakui bahwa kebanyakan pelaku KDRT adalah kaum pria :( Apa boleh buat juga, kaum pria memang ditakdirkan lebih kuat daripada wanita, demi menjalankan tugas alamiahnya sebagai pelindung keluarga.

Sejak kecil seorang anak laki2 dituntut oleh lingkungan menjadi anak yang kuat secara fisik dan mental. Pergaulan di kalangan anak laki2 juga sarat dengan persaingan fisik. Setiap anak laki2 berusaha menjadi superior terhadap yang lain. Yah, dari sinilah bibit2 kekerasan itu bisa muncul.

Tapi tentu saja tidak bisa dijadikan alasan untuk menganggap wajar kekerasan yang dilakukan kaum laki2. Sebagai kaum beradab yang mempunyai etika dan budaya, sudah seharusnya kekerasan bukanlah pilihan untuk memaksakan kehendak. Penggunaan kekerasan malah menunjukkan kalo dia telah gagal menjadi manusia yang beradab dan berbudaya. Dia tidak punya kemampuan lain untuk menunjukkan keberadaannya selain dengan cara kaum barbar. Lebih tidak punya rasa kemanusiaan lagi jika itu semua dilakukan terhadap keluarganya sendiri.

Tentu saja tidak bisa digeneralisir bahwa semua pria suka kebablasan dalam menerapkan ke-superioritas-annya... ;)

Demi Kebahagiaan Bersama

Sudah seharusnya memang masing2 pihak menempatkan diri sesuai dengan posisinya. Kaum pria dengan kelebihan fisiknya menjadi pelindung, bukannya menjadi penguasa. Orang tua menjadi pendidik, bukannya pendikte. Majikan menjadi peminta bantuan, bukan pemerintah.

Setiap orang mestinya juga sadar bahwa dia adalah mahluk sosial yang membutuhkan keberadaan orang lain, sehingga dia bisa memahami bagaimana dia seharusnya memperlakukan orang lain. Kalau dia masih butuh orang lain, ya perlakukan setiap orang dengan sepantasnya.

[ps: Kalo kekerasan di dunia virtual gimana ya? perlu ada undang2 tersendiri nggak ya :P ]

 

Tuesday, April 12, 2005

Enjoy Jakarta

Sekitar akhir Maret kemaren Bang Yos Gubernur kita, eh nggak semuanya orang Jakarta ya? :P, mencanangkan program Enjoy Jakarta 2005. Pengennya sih dengan program ini Jakarta bisa lebih dikenal di seluruh dunia sebagai salah satu tempat tujuan wisata yang menyenangkan. Meskipun kota yang satu ini sempat sering diguncang bom teroris, paling tidak masih ada sisi-sisi yang mungkin patut dieksplorasi oleh para pecinta travelling dari seluruh penjuru dunia.

Sebelumnya ya maaf saja ya, sebagai icon dari program Enjoy Jakarta ini ternyata Bang Yos mempercayakannya kepada mbak KD, yang notabene adalah kelahiran Malang :P Nggak tahu deh apa alasannya, tapi ya memang KD lebih punya nilai jual global jika ditampilkan di depan wisatawan manca daripada kalo misalnya pake artis asli betawi seperti Omas, Mandra, atau Mpo' Atik :D

Jualan Jakarta

Katanya nih, Bang Yos dalam program ini akan menyajikan 6 keunggulan Jakarta. Pertama Bang Yos akan memamerkan lapangan2 golf yang bertebaran di Jakarta dengan mengadakan turnamen golf internasional Indonesian Open. Adalagi nanti program wisata bahari di kepulauan seribu. Terus wisata belanja, dimana mungkin seluruh pertokoan akan serentak memberikan diskon besar2an untuk mendukung program ini. Setelah itu wisata makan-makan, para wisatawan akan digiring ke tempat2 makan khas Jakarta untuk menikmati eksotisnya masakan nusantara. Kalo gak salah ada juga wisata hiburan malam di Jakarta, waduh.... mudah2an yang ini gak kebablasan :( Terus apa lagi ya... lupa... tanya Bang Yos ndiri deh ya, pokoknya ada 6 gitu deh, katanya... :P

Hmmm... kayaknya asik juga tuh programnya. Lagipula akhir2 ini Jakarta tampak cukup aman, tidak ada bom, tidak ada bakar2an, tidak ada demo yang rusuh. Kalaupun ada travel warning dari beberapa perwakilan negara kepada warganya agar tidak berkunjung ke Jakarta, kayaknya itu suatu tindakan pencegahan paranoid aja karena intel mereka yang terlalu sensitif :P

Enjoy Gimana?

Sebagian warga Jakarta mungkin dengan lugas akan memberikan bibir mencibir atas slogan muluk "Enjoy Jakarta" ini. Enjoy apaan? enjoy macet? enjoy polusi? enjoy banjir? enjoy kriminal? enjoy korupsi?... enjoy deh sana! :| Sah-sah aja kalo ada warga yang apatis kayak gitu, wong emang kenyataannya ya seperti itu keseharian hidup di Jakarta.

Tapi namanya orang jualan ya nggak mungkin dong jualan yang busuk2. Yang dipajang buat para wisatawan pastilah sisi2 menarik dari Jakarta. Wisatawan hanya akan digiring ke tempat2 tertentu yang telah disiapkan untuk menyambut mereka. Makanya sampe dibela2in mempercantik bunderan HI dan trotoar di Thamrin dengan biaya yang tidak tanggung2. Maksain 3 in 1 biar keliatan bahwa di jalan utama Jakarta itu sebenarnya nggak terlalu macet. Namanya juga orang jualan.

Promosi wisata di kota2 lain di dunia kabarnya juga begitu, hanya menampilkan apa yang ingin ditonjolkan. Bukan berarti sisi2 kumuh berusaha ditutup2i, tapi kan memang para wisatawan itu tujuannya ingin bersenang2, masak diajak ke daerah kumuh. Kalo mau bersenang2 ya ikuti aja apa yang ditawarkan, karena memang sudah disiapkan untuk membikin hati senang. Yang busuk2 tetap ada di tempatnya, tapi jelas tidak ditawarkan. Kalo mau maksa pengen menikmatinya ya silakan saja :P

Buat Para Warga

Warga Jakarta juga bisa ikutan "enjoy" kok dengan adanya program ini, meski sebenarnya mereka bukan sasaran utama. Mereka bisa ikut menikmati konser2 musik, turnamen olahraga, bulan diskon besar2an dlsb. Lumayan kan? Buat mereka yang punya bisnis yang bersinggungan langsung atau tidak langsung dengan para wisatawan, tentu bisa enjoy lebih banyak.

Program ini memang bukan bertujuan untuk kesejahteraan penduduk setempat. Ini program ke luar bukan ke dalam. Program cari duit. Jadi buat para warga selamat menikmati macetnya Jakarta, polusinya Jakarta, banjirnya Jakarta, kriminal di Jakarta, selamat menikmati itu semua. Dan sebagai selingan pereda stress bolehlah anda ikut menikmati program "Enjoy Jakarta" yang telah disiapkan itu.

Kesadaran

Soal enjoy di Jakarta buat para warganya, sebenernya itu tergantung mereka sendiri juga. Sejauh mana mereka punya kesadaran untuk menciptakan lingkungan yang tertib dan teratur buat kepentingan bersama.

Gimana mau gak gampang macet kalo pengemudi di Jakarta suka main serobot. Asal tau aja, waktu mudik lebaran kemaren aku sekeluarga menelusuri jalan2 di kotaku untuk bersilaturahmi, mobil2 yang paling tidak tertib suka main serobot kanan kiri, hampir bisa dipastikan memajang plat nomer dengan huruf B :(

Peraturan2 Daerah yang berusaha membangun kesadaran masyarakat juga sudah banyak dibuat. Tapi penerapannya.... ya entar dulu deh. Perda yang melarang buang sampah sembarangan dengan ancaman kurungan 3 bulan atau denda 5 juta, hingga saat ini cuma jadi penghias pinggir kali yang penuh sampah. Palingan hanya berlaku kalo ada operasi yustisi kebersihan aja, yang entah berapa tahun sekali diadakannya. Dan kesadaran masyarakat dalam hal yang satu ini, belum menggembirakan :( Tau nggak? Aku pernah ditertawakan seorang teman cewek karena mengantongi bekas bungkus permen. Buang aja di bawah, katanya...

Enjoy Aja!!

Ya sudahlah, siapa suruh datang Jakarta kan?

Jakarta memang penuh dengan peluang, makanya banyak orang mencoba mengadu nasib disini. Dan makin hari makin padat saja ini kota. Semakin banyak orang, semakin banyak maunya, semakin susah ngaturnya. Kita nikmati saja peluang yang telah berhasil kita peroleh, tapi sebagai konsekuensinya harus rela untuk juga menikmati sisi2 busuk Jakarta. Macetnya, polusinya, banjirnya, copetnya, penodongnya, itu sudah jadi satu paket dalam dinamika kehidupan Jakarta.

So, seperti iklan bilang.... Enjoy Aja! :P

 

Thursday, April 07, 2005

Lagu Wajib Pengamen Anak2


Ternyata begitu berat
Jalankan sgala printah-Mu
Begitu banyak rintangan
Tuk menghadapkan wajah ke hadirat-Mu Tuhan

Indahnya, dunia ini
Membuat aku terlena
Bekerja terus bekerja
Tak kenal waktu dan tak kenal lelah

***

Gema adzan subuh, aku lelap tertidur
Gema adzan dhuhur, aku sibuk bekerja
Gema adzan ashar, aku geluti dunia
Tuhan, pantaskah sorga untukku

Gema adzan maghrib, aku di perjalanan
Gema adzan isya', lelah tubuhku Tuhan
Tak pernah lagi kubaca firman-Mu
Tak ada waktu buat sujud kepada-Mu

***

Begitu besar kasih dan sayang-Mu
Begitu banyak limpahan karuniamu
Aku yang sombong dan aku yang lalai
Tuhan, pantaskah sorga untukku

***



***


[entah siapa pengarang lagu ini, mungkin para pengamen jalanan itu sendiri, atau mungkin salah satu grup nasyid, aku belum tahu. Sudah cukup lama sebenarnya lagu ini beredar di kalangan pengamen anak-anak, tapi tidak pernah berhenti aku merasa tertohok....:( ]

 

Saturday, April 02, 2005

Dikepung Anjing

Udah seminggu lebih nggak bikin posting nih. Salah satu alasannya adalah memang hari2 ini kerjaan lagi padet, nggak sempat untuk mencari ide dan mengolahnya jadi tulisan di blogku tercinta. Ada sih beberapa ide, tapi ya itu tadi perlu waktu tersendiri untuk mengolahnya, padahal waktuku lagi dikuasai oleh tuntutan pekerjaan. Tapi setelah dipikir2, aku baru nyadar, bahwa ide yang muncul itu berupa tulisan yang berisi opiniku tentang satu topik. Dan tentunya aku harus mikirin dulu gimana opiniku terhadap peristiwa itu. Makanya jadi perlu waktu tersendiri.

Kalo nggak mau bingung2 pake mikir panjang kali lebar, tulisan yang lebih gampang dan cepet dibuat adalah tulisan tentang kejadian2 yang pernah dialamin. Tinggal mengingat2 saja kejadian saat itu dan diluncurkan dalam tulisan. Tulisannya juga jadinya bisa lebih hangat dan akrab :) Ya udah, ini salah satu pengalaman yang bagiku rada2 aneh yang pengen aku ceritakan. Tentang dikepung anjing.

Ngantri Tiket

Kejadiannya pada waktu bulan puasa beberapa tahun yang lalu, sekitar dua minggu sebelum lebaran. Waktunya ngantri tiket kereta api buat mudik ke "Jawa" (entahlah, kenapa orang Jakarta nggak mau disebut sebagai bagian dari "Jawa"...). Seperti biasa, kalau mau dapat tiket KA untuk mudik lebaran harus rela ngantri dari dini hari atau bahkan dari kemarin malamnya. Karena tradisi orang Jawa memang kalo lebaran yang namanya mudik itu hukumnya hampir wajib.

Jadilah pada hari H (entah aku lupa, itu hari Henin, Helaha, Habu, ato Hemis.. :p) aku sahur sejam lebih awal, begitu selesai langsung berangkat ke tempat reservasi tiket di dekat stasiun Juanda. Sodara sepupuku, cewek, akan menyusul menjelang subuh buat gantian ngantri. Sampai disana, antrian sudah terbentuk tapi belum terlalu panjang. Masih ada harapan. Menjelang subuh sodaraku itu datang. Lumayan, ada teman ngobrol.

Nyari Musholla

Beberapa saat kemudian masjid Istiqlal yang pas di seberang tempat reservasi tiket ini mengumandangkan adzan subuh. Sodaraku itu lagi berhalangan. Akupun minta ijin buat sholat dulu. Istiqlal sih sebenernya tinggal nyebrang, tapi entah kenapa saat itu aku males. Aku nyari musholla kecil aja di sekitar situ buat sholat subuh. Biar sodaraku itu nggak terlalu lama nunggu sendirian.

Nanya ke orang2 sekitar situ, katanya ada di lantai dua stasiun Juanda. Tapi stasiunnya masih ditutup, jadi nggak bisa masuk. Nanya lagi ke orang, katanya ada di gang satu di perumahan sebelah stasiun. Aku pun melenggang mencari gang satu.

Gang satu ketemu. Jalan yang selebar dua mobil itu dibatasi dengan rantai yang melintang menutup ujung gang. Aku lewati rantai itu dan berjalan masuk ke dalam mencari2 musholla yang dibilang orang tadi. Gang ini tidak terlalu panjang, karena terlihat sejarak dua ratus meter ada pertigaan, akhir dari gang ini.

Suasananya masih sepi, maklumlah masih subuh. Mungkin di dalam rumah2 itu sedang ada kesibukan sehabis sahur, tapi ya tetep nggak keliatan dari luar. Ada seorang ibu2 memakai daster berjalan di depanku. Di ujung gang terlihat ada seseorang sedang menarik gerobak. Beberapa saat kemudian tampak seseorang bersepeda melintas di pertigaan. Tidak terlalu sepi. Tapi aku belum melihat tanda2 ada musholla di sekitar situ.

Dan Anjing2 itu Datang...

Lewat satu rumah, ada anjing menggonggong dari dalam pagar. Sempet kaget sebentar, tapi kemudian tenang lagi karena anjing itu masih di dalam pagar. Aku memang rada takut sama yang namanya anjing. Pertama takut "diambus" (basa jawa, yang kira2 artinya dicium2 sama si anjing dan kena air liurnya), karena kalo sampe pakaianku diambus, aturannya itu pakaian harus dicuci tujuh kali dan salah satunya pake pasir. Males banget nggak sih. Takut yang kedua, takut digigit. Lihat aja rahangnya yang lebar dengan gigi2 runcing... hih!

Aku melanjutkan berjalan hingga hampir sampai pertigaan. Tengak-tengok kanan kiri, kok belum keliatan juga tanda2 ada musholla ya?

Tiba2 dari rumah yang masih beberapa meter di depanku, keluar seekor anjing. Menggonggongi aku. Aku pun berhenti berjalan. Wah... rada takut juga nih. Anjing itu menggonggong terus sambil berjalan selangkah2 mendekat. Aku masih terdiam. Dari ujung pertigaan tiba2 muncul dua ekor anjing lain yang ikut menggonggong meramaikan suasana. Waduh!!. Dari rumah diseberang muncul juga anjing lain. Hah!! kok begini? Dan entah darimana saja, tiba2 konser menggonggong itu semakin lengkap dengan berbagai warna suara. Di depanku saat itu, tanpa aku tahu darimana saja mereka muncul, tiba2 sudah hampir sepuluh ekor anjing (nggak sempet ngitung sih sebenernya, wong lagi ketakutan gitu) berdiri congkak menggonggongi aku. Mami....!!!!

Mulutku pun mulai merapal "Shummum bukmun umyun ... dst" berkali2 tanpa henti. Dengan harapan bahwa kata guru2 ngaji ayat itu bisa untuk mengusir anjing adalah benar. Sambil aku melangkah pelan2 ke belakang. Aku nggak berani lari, karena takutnya nanti malah dikejar. Bisa tambah berabe, karena aku sangat paham dengan kemampuanku berlari yang sekedarnya saja.

Tapi rupanya sepuluhan anjing di depanku belumlah cukup. Anjing dari rumah di belakangku yang tadi sempat menggonggongi aku dari dalam pagar, tiba2 mendorong pintu pagar dan berlari keluar. Diapun ikut bergabung dengan choir menakutkan itu, menggonggongiku dari belakang dan menciptakan efek suara surround. Aku terjebak!!!

Pucat Pasi

Keringat dingin terasa bercucuran. Kakiku gemeteran hebat. Dan aku yakin banget saat itu wajahku pasti pucat pasi, karena kepalaku rasanya dingin tanpa dialiri darah. Tapi rupanya anjing2 itu tidak takut dengan wajah pucat seperti hantu sinetron yang aku tampilkan. Mereka mungkin malah bangga karena bisa membuat aku terpojok ketakutan.

Mulutku masih terus komat-kamit. Aku minggir ke tempat parkir sebuah bangunan kantor, dengan harapan anjing2 itu tahu kalo aku tidak bermaksud memaksakan diri untuk melanjutkan perjalanan, dan kemudian mereka bersedia membiarkan aku pergi. Tapi mereka malah mendekat selangkah demi selangkah dan terus menggonggong. Huh, gimana nih??!! Mau ngelawan dengan ngelemparin batu, iya kalo bisa bikin mereka pergi, kalo tambah ganas??...Aku melihat ke sekitar. Apa aku melompati pagar rumah orang dan berlindung di dalam saja ya? wah, bisa disangka maling.... Memanjat tiang listrik?... ngapain? emangnya Nobita? :p lagian bisa bertahan berapa lama?... Aku bingung dan ketakutan. Aku liat lagi ke sekitar, tidak ada orang sama sekali yang bisa dimintai tolong mengusir mereka. Aduuuuh...

Hhuuh, nggak ada cara lain nih. Yang pasti aku harus pergi dari tempat ini. Jelas anjing2 itu tidak menginginkan keberadaanku disini. Kalau saja mereka bisa aku ajak bicara, pasti sudah aku beri mereka penjelasan bahwa aku nggak bermaksud jahat. Bahkan mungkin mereka akan aku tanyai dimana musholla tempat aku bisa shalat subuh. Apa daya, mereka cuma bisa menggonggong, dan aku nggak ngerti bahasa gonggongan mereka.

Aku liat, anjing2 itu masih menjaga etika permusuhan sama aku. Aku tidak tampak melawan, mereka juga tidak meningkatkan ancaman. Mereka tidak merangsek mengejar aku. Mereka tetap menggonggong galak di tempat mereka masing2. Oke deh kawan...ya udah kalian menang ...aku menyerah... aku pergi deh... tapi biarkan aku lewat ya... plisss....

Lepas Akhirnya

Pelan2 aku mendekati anjing yang memblokir jalan di belakangku. Dia mundur selangkah sambil terus menggonggong sok galak. Ah... kayaknya bisa dicoba terus. Aku melangkah lagi. Dia tambah galak, tapi tidak mendekat. Selangkah lagi.... selangkah lagi. Aku pun melewati itu anjing tanpa ada pergumulan yang sangat aku takutkan... hhhh... Lepas sudah aku dari kepungan...

Begitu melewati anjing itu bukan berarti aku sudah merasa bebas, karena gonggongan mereka masih sangat mengintimidasi. Aku merasa tidak perlu menengok ke belakang untuk memeriksa bagaimana posisi anjing2 yang lain. Yang jelas gonggongan belum mereda, meski udah nggak surround lagi. Aku berjalan kaku pelan2 meninggalkan gerombolan anjing itu, berusaha berjalan dengan irama yang wajar, walaupun sebenarnya pengen lari sekencang2nya....

Akhirnya sampai kembali aku di pembatas rantai di ujung gang. Nafasku terasa terlepas disitu. Legaaa bukan kepalang.... anjing2 itu tidak mengejarku... aku dibiarkan saja pergi. Hhhh... alhamdulillah aku tidak kurang satu apapun. Paling cuma darah di kepalaku yang terasa masih belum mengalir lancar, dan kakiku masih lemes gemeteran.

Di seberang ujung gang itu, nampak dua orang sedang main catur dengan khusyuk. Mereka cuma menengok sekilas saat aku lewat. Apa mereka nggak denger ya, paduan suara anjing yang barusan? Hampir aku nanya ke mereka, tapi kuurungkan. Ah biar aja deh, yang penting aku udah selamat.

Masih Dibahas

Aku nggak mau nerusin nyari2 musholla lagi. Udahlah, udah jelas ada masjid besar magrong-magrong di seberang jalan. Akupun menuju jalan raya, menyeberang, dan masuk ke Istiqlal untuk shalat subuh berjamaah. Sekalian mau bersyukur bahwa aku baru saja terlepas dari bahaya dikeroyok anjing.

Tapi terus terang sampai sekarang aku masih bertanya2.
Itu anjing sebanyak itu darimana ya?
Masak mereka itu dibiarkan lepas di jalanan oleh para pemiliknya?
Masak sih pagar2 rumah mereka tidak dikunci sehingga mereka bisa keluar ke jalan?
Terus kemana orang2 yang sebelumnya sempat aku lihat lewat di jalan itu?
Kenapa mereka bisa lewat dengan aman tanpa digonggongi segerombolan anjing?
Kenapa aku digonggongi oleh gerombolan anjing itu, padahal aku juga cuma mau lewat doang?
Kenapa orang2 yang sedang main catur di ujung jalan itu sepertinya tidak tahu, tidak melihat, dan tidak mendengar kejadian yang aku alami itu????

[Ditutup dengan background suara desiran angin yang semakin kencang..... lolongan anjing di kejauhan..... dan suara tawa perempuan.... Hiiii..hihihihi.. hiiiii..hihihihi... !!!!!]